DESI PURNAMA SARI

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
DIBALIK KEPERGIANMU

DIBALIK KEPERGIANMU

Tantangan Menulis di Gurusiana Hari ke-41

Senin, 24 Februari 2020

Rumah sakit tidak hanya tempat pengobatan bagi pasiennya tapi juga pengobatan bagi keluarga pasien. Pengobatan keimanan melalui kejiwaan yang sudah tertanam dalam setiap individu. Lantunan bunyi ambulanc seakan menyadarkan kita kalau kehidupan itu sangatlah sebentar. Kadang kematian itu menghampiri mereka, yang kecil, yang remaja dan juga yang sudah dewasa serta tua.

Berbicara tentang kematian maka keluarga yang ditinggal tidak akan pernah merasakan kalau waktu mereka bersama hanya sejenak. Jangankan melihat jenazah yang sudah terpaku, bahkan ketika melihat selembar kertas dari hasil laboĊ• saja banyak anggota keluarga yang histeris sambil berkata kalau hasil ini tidak benar.

Kita bisa bicara apa? Hanya bisa menatap lembaran itu. Itu pula yang terjadi kepada salah seorang pasien yang masih berumur sekitar 40 tahunan. Dia begitu tenang ketika isterinya memegang lembaran itu. Tatapannya seakan kosong sambil sekali-kali dia mengelus kepala isterinya sambil berkata,"Janganlah bersedih, karena ini hanyalah sebagian dari takdirku!".

Isteri menatap pilu sang suami sambil menatap kepadaku, "Seperti inilah suamiku, dia selalu memintaku tenang tapi kamu lihat sendirikan hasil ini?".

Aku menatap lembaran itu seakan mengingatkanku kejadian sekitar 18 bulan yang lalu. Siapa yang sanggup membaca dan bahkan menerima sebuah diagnosa yang tak pernah terlintas dalam mimpi bahkan dalam hidup kita.

Ku peluk wanita itu sambil berkata,"Bunda adalah orang yang hebat! Insan pilihan yang ditunjuk Allah untuk melewati ujian ini, hanya bunda yang sanggup maka Allah mengetahui itu". Kata-kata itu begitu saja terlontar dari bibirku sambil memeluk anakku yang masih berjuang menunggu lembaran berikutnya.

Sang suami itu menatapku dan menoleh kepada anak dalam pangkuanku,"Lihatlah, anak kecil saja masih bisa tersenyum tanpa menangis, bagaimana mungkin aku menangis di dekat dia."

Terkadang ketika kita terbawa perasaan maka kita tidak menyadari semua yang ada di sekeliling kita. Wanita itu memeluk suaminya sambil berkata,"Jangan tinggalkan aku abang, aku tidak bisa hidup tanpamu."

Dalam diam aku tetap menyimak pembicaraan mereka. Ketika sang suami mengutaran rencananya. Ya, sang suami memilih untuk pulang ke kampung halamannya dan menjalani pengobatan di rumah sakit atau pun tempat yang jauh dari kota ini. Ternyata mereka adalah sepasang suami isteri yang baru saja menikah pada tahun 2019 kemaren.

Suami yang seorang perantau di kota ini. Meniti kariernya di kota ini dengan jabatan yang lumayan tinggi jika di lihat dari usianya. Sementara isterinya juga wanita karier yang baru saja naik jabatannya sehingga mereka menjadi sepasang kekasih yang baru saja menikmati kesuksesan kariernya.

Sang suami itu mengajakku bercerita tentang kematian yang mengajak air mataku keluar menganak sungai. Dia mengingatkan kita untuk apa sombong dengan jabatan tinggi? Karena ketika kita sudah tiada nanti maka akan ada orang baru yang akan menggantikan posisinya. Hanya butuh waktu sebentar saja maka posisi kita akan tergantikan.

Lalu bagaimana dengan isterinya? Sang isteri akan menangis dan merasa kehilangan sekali, tapi itu hanya butuh waktu beberapa tahun karena bagaimana pun kehidupan istrinya akan tetap berlangsung dan suatu saat nanti akan ada pengganti dia di samping isterinya sehingga semua cerita dia dan isterinya akan tersimpan di dalam album kenangan saja.

Begitu pula teman-temannya, sepeninggalan kita nanti. Teman-teman akan merasa kehilangan dan bahkan ada yang merasa takut kalau kita seakan lembali tertawa bersama mereka. Tapi itu hanya sesat, nanti di kantor ini akan kembali lagi terdengar tawa dan canda dari teman-teman kita karena tidak akan mungkin kalau mereka akan bersedih seumur hidupnya.

Lantas, bagaimana dengan kita? Kita akan dihisab tentang perbuatan kita semasa kita hidup. Meminta pertanggung jawaban akan kehidupan yang kita jalani. Maka sudah siapkah kita menjawab setiap pertanyaan itu?

Ku tatap pilu mata lelaki itu. Dia bercerita kalau dia ingin memperbaiki kehidupannya sebelum ajal itu datang. Karena di saat seperti ini hanya Allah yang mampu menolongnya. Dia juga ingin menyerahkan semua keputusan kepada pemilikNya.

Aku berkata,"Ku dukung niat baikmu wahai calon penghuni sorga, tapi tetaplah berikhtiar dan berdoa. Semoga dengan berikhtiar kita bisa merubah ke arah yang lebih baik dan akan memiliki waktu lebih lama lagi untuk beribadah, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berputus asa."

Aneh memang, ketika aku begitu bijak memberikan sentuhan jiwa maka seakan jiwaku pun ikut tersentuh sendirinya.

Sang suami itu menatapku dan isterinya bergantian,"Ya, kamu benar jika aku mengalah itu artinya aku putus asa. Aku akan bangkit dan melanjutkan pengobatan ini."

Segera dia gandeng tangan isterinya sambil melirik arlojinya yang berwarna hitam itu. Dia berujar,"Ayo isteriku, kita ke klinik bedah umum sekarang!".

Air mata sang isteri menetas menatapku pilu, sambil berjalan mengikuti langkah sang suami dia berkata,"Terimakasih saudaraku, semoga Allah memudahkan juga jalanmu".

Ya, aku tersenyum sambil melambaikan tanganku. Kembali menatap pejuangku. Semoga Mukjizat Allah itu semakin nyata.

Berada di ruangan laboratorium itu kadang menyediakan makanan bergizi untuk jiwa kita. Semoga dengan memberi motivasi kepada pasien lain akan menjadikan kita insan yang bermanfaat. Sehingga kadang paksu berkomentar,"Kamu itu cocok menjadi psikolog, hampir setiap saat kamu mampu menghipnotis pasien agar kembali mengalirkan darah semangat dalam dirinya."

Apapun profesi kita selagi bisa berbagai kenapa tidak. Meski terkadang hatiku pun rapuh akan skenarioNya tapi yakinlah kalau itu sudah aturan terbaik dariNya untuk kehidupan kita.

Catatan:

Berbagi, Yes!!!

Menjatuhkan, No!!!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Betapa berharganya anugrah kehidupan ini. Sungguh tulisan yang menginspirasi semangat hidup ke depan. Salam sukses b

24 Feb
Balas

Semoga kita selalu di jalanNya ya paksalam sukses juga

24 Feb



search

New Post