Desi Suryanti

Saya bungsu dari lima bersaudara, yang terlahir dari keluarga sederhana pada tanggal 10 juli 1977. Pendidikan saya dimulai dari SDN 08 Simpang Haru(th 1989), SM...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ceritaku Hari Ini

Tadi siang saya bertemu dengan orang tua siswa di pasar. Beliau bercerita tentang anaknya yang membuat saya merasa lucu sekaligus haru. Ceritanya dua hari yang lalu saya menghubungi anak nya melalui handphone beliau. Sekedar menanyakan kabar dan bagaimana perkembangan belajarnya selama dirumah aja. Dan apakah tugas yg diberikan dikerjakan dengan baik.

"Tau ga bu bagaimana reaksi anak bujang kecilku pas ibu nelpon kemarin?" kata si ibu mengawali percakapan kami.

"Mangnya kenapa mama?" jawabku agak penasaran.

"Selama ini dia sangat berharap ibu nelpon, ma kok bu guru ga pernah menelpon abang ya?? Si adek ditelpon sama ustadzah nya, abang kok nggak ya?? Apa ibu guru abang sibuk? Atau bu guru abang kurang sehat ya ma?"

"Kalau Abang kangen sama bu guru coba Abang yang nelpon duluan"

"Abang malu ma"

Mendengar cerita ibu ini saya merasa bersalah sekali. Sesuatu yang tidak pernah terfikir sama sekali. Selama stay at home saya hanya berkomunikasi di group WA orang tua. Dan selalu berkomunikasi dengan orang tua. Tanpa pernah menyapa mereka anak-anak muridku yang ternyata sangat merindukan aku walau sekedar sapaan melalui chat whatshap. Aku seperti terbangun dari tidurku..

Hari itu tiba-tiba saja ada keinginan untuk menghubungi orang tua siswa dan saya minta ijin untuk berbicara dengan anak walau hanya beberapa menit saja. Karena saya harus menyapa mereka satu persatu. Ternyata anak ibu ini sangat bahagia sekali mendapat telepon dari saya, guru yang dirindukan nya.

"Mama...akhir nya....ibu guru Abang nelpon juga" teriak nya sambil melonjak kegirangan. Mata nya berkaca- kaca.

"Kok Abang nangis?, Abang sedih ya, habis dimarahi ibu guru tadi ya karena tugas abang belum kelar?"

"Ngga kok ma, Abang cuma senang aja ibu guru nelpon tapi sayang cuma sebentar aja, kata bu guru mau nelpon teman-teman Abang yang lain.

Ya Allah betapa aku merasa sudah begitu menganggap sepele mereka, aku tidak pernah memikirkan perasaan mereka. Aku hanya mengirim tugas dan materi pelajaran tanpa pernah menyapa mereka. Maafkan aku ya Rabb...betapa naif nya aku selama ini..

Ternyata sapaan yang hanya beberapa menit sungguh membuat mereka merasa dihargai dan disayangi..

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post