#Tagur H.12

Cerita ini setahun yang lalu sebelum pohon asam kesturi yang tumbuh di halaman depan rumah kami di tebang. Pohon asam kesturi itu selalu berbuah lebat. Setiap orang-orang yang lewat selalu bilang, “Senang banget liat pohon asam nya Bunda selalu berbuah lebat ngga pernah berhenti berbuah seperti dipetik satu muncul seribu.”

Banyak tetangga yang minta bahkan kadang orang yang kebetulan lewat di depan rumah kami, karena rumah kami di depan jalan raya.

Awalnya tidak ada yang aneh pada pohon asam kami ini. Pagi itu saya sedang menyapu halaman kemudian saya menemukan uang receh lima ratusan dan seribuan sebanyak lima ribu rupiah. Saya pikir ini mungkin uang anak-anak yang tercecer sewaktu mereka bermain.

Keesokkan harinya saya kembali menemukan uang recehan ada yang seratus perak, dua ratus dan lima ratus perak juga berjumlah lima ribuan. Saya bertanya kepada anak-anak saya siapa yang kehilangan uang. Mereka tidak ada yang merasa kehilangan.“lalu siapa yang sengaja memasukan uang dari luar pekarangan ini dan untuk apa?” Pikirku sambil tetap menyapu halaman.

Dalam kondisi bingung saya dikejutkan oleh sapaan ibu Ida

”Assalamu’alaikum Bun, ngelamun aja?”

“Wa’alaikummussalam…eh..uni Ida..” jawabku tergagap.

“Lagi mikirin apa sih kok serius amat, sampai ngga nyadar saya datang?” Uni Ida mulai Kepo.

“Ini uni saya bingung sudah dua hari ini saya menemukan uang receh yang berjumlah lima ribuan dibalik pagar ini”

“Itu rejeki namanya, ya diterima. Itu aja kok repot.” sahutnya sambil nyengir.

“Bukan begitu uni rejeki dari siapa? Dan dalam rangka apa? Tapi kalau lima juta sih ngga nolak sih...hehe.”Jawabku sambil ketawa.

“Mungkin orang yang mau beli asam bun.” Kata uni Ida

“Kalau mau beli asam mengapa ngga terang-terangan aja.” jawabku kurang yakin.

###

Malam itu aku sengaja duduk-duduk didepan teras rumah, sambil ingin membuktikan siapa sebenarnya orang yang suka metik asam malam hari.

Beberapa saat kemudian lewatlah Mas Nok tukang bakso keliling dikampung kami.

“Uni..minta asam nya ya?” kata Mas Nok sedikit berteriak.

“Ya Mas, masuk aja Mas biar lebih terang buah nya juga bisa keliatan yang besar-besar nya”. Sahutku.

“Ga papa Uni ini juga udah cukup buat ngilangin lemak-lemak dikuah bakso”. jawab Mas Nok.

Sampai jam sepuluh malam saya tetap tidak bisa membuktikan siapa gerangan orang yang suka memasukkan uang receh ke halaman ku.

Paginya saya lihat ke bawah pohon asam ternyata uang nya ngga ada. Saya pikir mungkin orangnya tau kalau saya nungguin semalam.

Dua hari berlalu saya tidak menemukan uang receh dibawah batang asam itu. Lha kok saya jadi ngarep uang receh nya ya?.hehe

Malam itu sekitar jam sebelas malam saya mendengar sayup-sayup bunyi krincingan uang receh yang dilempar dari luar pekarangan. Pagi harinya saya kembali melihat ada beberapa uang receh berjumlah lima ribu rupiah. Saya jadi tambah penasaran siapa gerangan yang suka lempar uang receh ke dalam pekarangan ini.

Mengapa bukan uang ratusan ribu yang dilempar ke dalam pekarangan saya.hehe

###

#Penasaran masih menjadi misteri

#Yang mersa penasaran sama dengan saya ikuti kisah nya ya

#Salam literasi