Pelatihan Sagu Sabu telah mengubah persepsiku tentang menulis.

Awalnya untuk mengarang pidato perpisahan siswa kelas VI saja harus menghabiskan waktu seminggu. Belum lagi rasa takut ditertawakan oleh orang yang mendengar.

Tenyata menulis itu tidak susah. Semua yang dialami selama 24 jam bisa dijadikan tulisan.

Mulai dari mimpi indah ataupun bangun kesiangan. Semuanya bisa dijadikan bahan untuk menulis.

Sekarang hari-hariku dipenuhi dengan ide ini dan ide itu untuk dijadikan bahan tulisan di Guru Siana.

Sederhana saja, walau belum sehebat Andrea Hirata dengan Laskar Pelanginya, ataupun seindah Asma Nadia dengan Surga yang Tak Kurindukan. Setidaknya keberanian untuk menulis sudah ada di dalam hati. Ketakutan karena tidak diterimanya tulisan bagi pembaca musnah. Kurasa itu sudah lebih dari cukup.

Yang lebih penting, asumsi bahwa menulis itu susah sudah tidak ada dalam hidupku.

Tulisanku biasa-biasa saja, karena dihasilkan dari kejadian-kejadian biasa. Tetapi di dalam hati aku selalu berdoa bahwa suatu saat nanti tulisan biasa ini menjadi luar biasa.

Bukankah gagal itu biasa, terus berusaha itu baru luar biasa.

Semoga suatu saat, hari itu akan tiba.

Walau tak sehebat Andre Hirata...