DESRIAH RUSMAN

di dunia nyata biasa disapa Desy, ada juga yang memanggil dengan Ecy. didunia travel teman teman memanggil dengan nama Iyya. lahir di kota Sorong Papua. Seorang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Jembatan Pelangi di Lantebung

Jembatan Pelangi di Lantebung

Teriknya matahari tak menyurutkan anak - anak SD INP BIRA 2 menikmati indahnya hutan bakau di lantebung. Mereka berusaha menarik perhatianku yang tengah duduk menikmati hempasan ombak yang di tiup angin,mengayunnya ke pantai menyusuri hutan bakau menuju daratan.

Kental kudengar bahasa Makassar yang mereka gunakan dalam beradu pendapat memastikan merek HP dan tongsis yang berdiri anggun disampingku. Mendengar kegaduhan mereka, akupun sedikit memberi perhatian ke meraka dengan menjawab rasa penasarannya mengenai handphone dan tongsis ku.

Perhatianku tertuju pada anak berbaju biru dengan potongan rambut agak plontos bagai taruna cilik. Dia duduk persis di hadapanku, Usianya sekitar sebelas tahunan. Tangannya sibuk memainkan gawainya. Tapi kulihat aksinya seolah meminta untuk di perhatikan. Mungkinkah anak ini kurang mendapatkan perhatian dari kedua orangtuanya ? Pikirku.

"Namanya siapa?" Sapaku yang ternyata mengagetkannya.

"Afdal kak" jawabnya segera.

Kakak? Batinku. Pantasnya sih aku di panggil ibu, untuk anak seusianya yang hampir seumuran dengan anak sulung ku. Ah tak pentinglah itu.

"Kesini sama siapa dek?" Tanyaku lagi .

" Bareng teman teman kak" jawabnya lagi.

"Kalian ke sini tidak di temani guru atau orangtua? Sudah ijin ke orangtua belum?" Tanyaku khawatir

"Tidak kak" jawabnya sambil tersenyum.

Hhhmmm...Akupun sedkit mengguruinya, agak kesal karena mereka jalan tanpa sepengetahuan orangtuanya.

"Kesininya naik apa?"

" Numpang openkap kak"

"Lah, tinggalnya di mana sampe numpang mobil?"

"Di Bira dekat terowongan satu kak" jawabnya.

"Kalian dari mana bisa sampe kesini?"

"Dari sekolah, terima rapor terus ke jenetallasa, lanjut ke benteng rotterdam. kembali ke sekolah lanjut lagi ke sini kak". Jawabnya dengan semangat dan santun.

Aku terkejut dengan keberanian dan kemandirian mereka.

Jarak sekolah mereka dari taman wisata hutan mangrove lantebung sekitar duapuluh kilometer, jarak yg cukup jauh untuk usia mereka. Bermodal numpang mobil yg lewat, mereka nekat mengunjungi objek wisata ini.

Tak lupa mereka mengabadikan momen kebersamaan mereka dengan berswafoto menggunakan tongsis milikku yang mereka pinjam. Kami seperti sudah kenal lama, tak ada kecanggungan namun mereka tetap santun dalam bertutur kata.

Sayangnya perjalanan mereka ke hutan bakau ini tidak di dampingi orang dewasa atau guru. Sehingga mereka datang hanya berswafoto tanpa tahu apa manfaat dari hutan bakau ini. Akupun mengumpulkan mereka dengan membuat lingkaran kecil, mengajaknya bernyanyi dan bermain dengan menyelipkan informasi mengenai hutan bakau.

Bagiku menjadi guru tidak harus berada di sekolah, juga tidak selalu mengajar menulis, membaca, memberikan tugas ataupun ujian. Bersama mereka, akupun belajar, belajar menjadi guru. Aku berbohong ketika ada seorang diantara mereka bertanya " kakak guru ya?" dengan percaya diri kujawab " iya". Dan merekapun percaya.

Tak pernah sedikit pun terpikir olehku untuk menjadi guru. Aku lebih suka traveling dan mendaki gunung. Entah kenapa setahun belakangan ini, orang mengira profesiku adalah guru.

"Ngajar dimana?"

Itulah pertanyaan yang selalu di lontarkan saat bertemu beberapa guru. Diawali dengan mengenakan seragam Pramuka dewasa putri (pembina pramuka),karena sebagian besar pembina Pramuka diangkat dari guru, mengikuti kelas SAGUSABU III di Makassar, hingga Temu Nasional Guru Penulis yang dilaksanakan awal bulan ini di Jakarta.

Mungkin saat duduk di bangku TK,SD,SMP, SMA hingga kuliah ada terbesit keinginan menjadi guru. Entahlah, bisa saja secara sengaja alam bawah sadar menjembatani semua ini. Di usia yang tak lagi muda dan tidak juga tua, aku tersadar bahwa menjadi guru itu nyaman dan menyenangkan. Walau hanya tiga puluh menit kurasakan menjadi guru di Jembatan Pelangi Hutan Mangrove Lantebung.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Woow..keren Bu.

27 Dec
Balas

Terima kasih Bu edit

27 Dec

Wow, keren jadi guru. Sukses selalu dan barakallahu fiik

26 Dec
Balas

Wa fiika barakallah Bu Siti ropiahTulisan ibu lebih keren

27 Dec

Mantap, semoga banyak guru di Indonesia yang peduli seperti penulis. Salam kenal. Barakallahu

27 Dec
Balas

Aamiin...Terima kasih Bu Siti Zulaikah Salam kenal balik

27 Dec

Keren sekali tulisannya... Senangnya bisa menikmati suasana pantai. Tentu banyak kisah tersimpan didalamnya. Bicara soal guru, Kita semua adalah guru .Ajarkan apa yang bisa kita ajarkan. Tetap semangat ya kak. Sukses dan salam kenal.

26 Dec
Balas

AamiinTerima kasih Bu Yayah Sukses juga untuk ibu Salam kenal balik Bu Yayah

27 Dec

Terus berkarya bu'

27 Dec
Balas



search

New Post