Sahabat Bukan Dalam Mimpi

May...begitulah saya biasa memanggilmu. Bertemu di bangku SMA sama sama pengurus OSIS dan paskibra. Kelas dua dan tiga kita dipertemukan lagi dalam satu ruang kelas yang istimewa, kelas 2.1 dan 3IPA1, teman teman bilang itu kelasnya istimewa khusus orang – orang pintar. Mulai dari kelas 1.1-1.8 yang nilai raportnya bagus atau peringkat pertama dialah perwakilan dari kelas untuk mengisi salah satu bangku yang ada dikelas istimewa itu.

Saya termasuk siswi yang beruntung yang bisa duduk di kelas istimewa itu, bersaing sehat dengan teman sekelas dari 1.7. Tidak pernah mengira mendapatkan peringkat satu dari lima puluh sembilan siswa saat penerimaan rapor kenaikan kelas. Di catur Wulan pertama kelas satu saya mendapat peringkat empat belas dari limapuluh sembilan siswa. Catur wulan kedua masuk lima besar dengan urutan ke lima dari lima puluh sembilan siswa. Dan di catur Wulan ke tiga saya berhasil mendapatkan peringkat pertama.

Duduk di kelas istimewa ini tantangannya sangatlah berat, persaingan semakin ketat. Saya tidak pernah merasa sepintar dan secerdas mereka yang duduk dikelas ini.

Saya harus membagi waktu antara belajar dan ke tiga organisasi yang saya geluti. Setelah mengikuti seleksi calon pengurus dewan Ambalan di sekolah. Saya terpilih menjadi ketua dewan putri. Berbagai kegiatan kepramukaan saya ikuti. Hingga kakak kelas mengajak kami untuk mengenal satuan karya. Satuan karya di perkenalkan kepada kami saat itu hanyalah SAKA BAHARI. Waktu belajarku semakin berkurang, tidak terhitung berapa banyak ijin yang saya minta dari sekolah untuk mengikuti kegiatan pramuka dan pihak sekolah tidak pernah menolak ijin yang saya minta dalam bergiat.

Tugas – tugas utama dalam menuntut ilmu tak pernah terabaikan. Walau kadang sering ijin karena kegiatan Pramuka. Saya tak lagi mengejar angka angka cantik untuk mengisis kolom kolom nilai di rapor. Hanya berharap bisa naik kelas dengan jurusan IPA. Tidak peduli akan berada di urutan ke berapa nantinya. Begitulah semesta merespon alam bawah sadarku.

Saat penerimaan rapor catur Wulan ke satu dan dua, saya tak lagi mendapat peringkat. Seperti ada yang hilang saat membuka buku raport dan melihat baris yang berisi keterangan peringkat kelas itu kosong. Saya tidak bisa mensejajarkan antara nilai – nilai di raport dengan nilai - nilai dalam organisasi. Saya bertekad mengejar ketinggalan ini, karena keinginan yang besar untuk duduk dikelas IPA1. Hanya berharap mendapat bagian dari peringkat sepuluh besar agar bisa mengisi bangku di kelas IPA1.

Keinginan itu terwujud, walau hanya mendapat peringkat ke delapan dari lima puluh dua siswa. “Yang penting baris yang berisi peringkat kelas tidak kosong” batinku. Dan organisasi kepramukaan berjalan dengan baik.

Namaku masuk dalam daftar di kelas 3IPA1. Hanya ada beberapa teman yang pindah sesuai dengan jurusan yang mereka pilih tapi tidak banyak. Kebanyakan mereka teman teman yang dari kelas 2.1. Maya teman bangkuku, sebenarnya kami sudah saling mengenal saat duduk di kelas satu karena organisasi yang kami geluti di OSIS dan PASKIB. Dan dikelas dua juga kami berada dikelas yang sama.

Persahabatan kami lalui dengan duka dan suka. Kami pernah tidak saling tegur sapa dikarenakan masalah sepeleh. Karena kami sudah sepakat membuat jadwal jika dalam pelajaran bahasa Inggris bergiliran membawa kamus. Saya yang waktu itu mendapat giliran membawa kamus, tapi datang dengan tangan kosong hingga akhirnya kami di hukum oleh guru bahasa Inggris. Maya yang tidak suka di hukum akhirnya melampiaskan kemarahannya ke saya dengan mogok bicara.

Bersambung...

#TANTANGANMENULISHARIKE_8

#MARIKIMENULIS

#TINGGALKANJEJAKBACADIKOLOMKOMENTAR