Desri Lova

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
'Sayur lumek (Lumay)
Bengkulu Interaktif

'Sayur lumek (Lumay)

Tantangan Menulis Hari ke-27

#TantanganGurusiana

Sudah sepuluh tahun dua bulan lamanya saya tinggal di Kepulauan Bangka Belitung, tepatnya di Kota Tanjungpandan Belitung. Memang, saya bukan warga asli sini. Dikarenakan pekerjaan dan ikut suami, akhirnya saya menetap di pulau ini. Walaupun bukan asli orang Belitung, saya sudah betah tinggal di di sini, bahkan sudah cinta dengan pulau kecil ini. Tidak hanya karena pemandangannya yang indah, masyarakatnya juga sangat ramah. Menariknya lagi, walaupun banyak perbedaan dalam hal suku atau budaya, yang namanya konflik SARA tidak pernah terjadi. Masyarakatnya hidup dengan tenteram, aman dan damai.

Selama tinggal di Belitung, terkadang banyak hal-hal yang saya rindukan terhadap kampung halaman saya. Maklum, dari kecil sampai dewasa saya dibesarkan di sana (Kerinci Jambi). Ada kerinduan yang bisa saya obati sendiri dan ada pula yang tidak bisa saya obati langsung. Obatnya sangat sederhana sekali. Kalau saya rindu dengan keluarga, untuk mengobatinya, ya saat itu juga saya akan menelepon atau video call dengan keluarga. Kalau saya rindu dengan masakan khas Kerinci, tinggal saya beli bahan-bahannya di pasar, terus memasak masakan yang saya rindukan tersebut. Insyaallah rasa rindu yang dirasakan saat itu langsung terobati.

Nah, terkadang yang menjadi masalahnya adalah ketika saya rindu dengan masakan khas daerah saya, tetapi bahannya tidak ada atau tidak pernah dijual di Belitung. Sedih rasanya, terpaksalah menahan selera akan rindu masakan kampung halaman. Terutama rindu dengan jenis sayur yang tidak dijual di Belitung. Kalau untuk bahan yang lain sih masih dapat dikirim oleh orangtuanya ke sini. Kalau sayur kan tidak mungkin. Bisa-bisa belum sampai Belitung sudah keburu busuk duluan. Akhirnya, ya terpaksalah menahan selera. Pas mudik, baru balas dendam. Sampai Kampung, menu pertama yang dicari adalah jenis sayur-sayuran yang tidak dijual di Belitung. Setiap hari makan sayur juga tidak jadi masalah, karena dari kecil sudah terbiasa makan sayur. Tidak ada ikanpun, tak mengapa. Yang penting ada sayur. Biasalah anak yang tinggal di daerah pegunungan ya seperti itu. Sayur adalah menu andalan.

Adapun jenis sayur yang tidak saya temukan dijual di Belitung di antaranya sayur selada air, sayur pucuk labu Siam, sayur pakis, dan sayur Lumek (lumay). Semua dari jenis sayur ini adalah kesukaan saya. Mau ditumis, dimasak pake cabe, dimasak santan, semuanya enak. Makanya saya suka.

Saat itu, waktu kondangan ke rumah salah satu keluarga dari suami di Belitung, tak sengaja pandangan mata tertuju pada salah satu jenis sayuran yang sebelumnya sudah saya sebutkan di atas. Ya, tidak salah lagi, jenis sayuran itu adalah Lumek (lumay). Adapun nama latin tanaman ini adalah Solanum Ningrum L, masih keluarga Solamaceae atau labu-labuan.

Saya langsung mendekati tanaman itu, untuk memastikan ini lumay apa bukan. Saya robek sedikit daunnya, lalu saya cium, untuk memastikan ini bau daun lumay apa bukan. Setelah dicium, benar, ini memang bau lumay. Wih...hati ini jadi tak karuan, ada perasaan bahagia yang tak terhingga yang saya rasakan saat itu. Ternyata, bentuk bahagia itu sederhana ya?

Segera saya ceritakan ke kakak ipar mengenai tanaman itu, lalu dengan inisiatifnya sendiri ia langsung menanyakan tentang tanaman tersebut ke yang punya rumah. Kebetulan tanaman itu tumbuh disamping rumah, tepat di depan rumah Mbah. "Kalau boleh tau ini tanaman apa ya?" Tanya ipar. " Saya tidak tahu dengan tanaman itu, kami tidak pernah menanamnya" empunya rumah menjawab. " masyarakat Belitung memang tidak mengenali tanaman ini, makanya tidak dikonsumsi.

"Kalau begitu, boleh tidak kami minta dan bawa pulang?". "Iya, ga apa-apa, silakan kalau mau dibawa pulang". Alhamdulillah, batin saya. Akhirnya tanaman itu kami cabut, untuk dibawa pulang dan ditanam di halaman depan rumah. Sampai sekarang, tanaman lumay itu masih ditanam di rumah. Kakak ipar terus menyemai buah lumay yang sudah matang (warnanya hitam) untuk dijadikan bibit agar tidak punah, karena itu satu-satunya tanaman Lumay yang kami jumpai.

Tidak hanya pucuk lumaynya saja yang enak dimakan, buahnya juga enak, rasanya manis. Makanya anakku suka sekali dengan buah lumay. Setiap pagi, siang atau sore hari dia akan terus menyambangi tanaman lumay yang disemai oleh bude (kakak ipar),untuk mencari buah lumay yang sudah matang. Alhamdulillah anakku menyukai buah yang rupanya begitu banyak manfaatnya. Sesuai dengan apa yang sudah saya baca, dapat diketahui bahwa ada beberapa manfaat apabila kita mengkonsumsi sayur atau buah lumay, di antaranya adalah sebagai obat anti kanker karena mengandung vitamin B17, bisa menurunkan demam, mengobati infeksi pada saluran kemih (mampu bersifat sebagai biuretik), anti peradangan, menurunkan kolesterol, meningkatkan kinerja hati dalam menjalankan fungsi detoksifikasi (membuang racun dalam tubuh), meredakan batuk, mengatasi keputihan, mengatasi disentri, mengatasi penyakit kulit seperti gatal-gatal atau kutil (mengandung zat antibiotik). Tapi harus diingat, jangan mengkonsumsi terlalu berlebihan, karena terdapat Glikoalkaloid solanin (terutama pada daun yang telah tua), yang bisa menyebabkan kita keracunan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bund... Jadi pengen nyobain

10 Mar
Balas

Iya Bunda...sayur ini emang enak banget...

12 Mar



search

New Post