Desty97

Bantu beri saran untuk memberi koreksi diri...

Selengkapnya
Navigasi Web
Hikayat rasa tentang puisi receh yang ingin di nilai(ayo jangan lupa beri kritik dan saran)
Tentang rasa yang tak mampu diungkap kan dengan kata

Hikayat rasa tentang puisi receh yang ingin di nilai(ayo jangan lupa beri kritik dan saran)

ATM

(Aku telah memilih cinta)

Bila kau mau tau tentang risalah cinta

Tengok saja diriku yang tak mampu melawan rasa

Meski aku coba samarkan tapi semakin merajalela

Namun tetap saja tak mampu melenyapkan rasa

Begitu pula dengan percikan kenangan saat itu

Semakin ronta

Dan langit pun menjadi saksi bisu nya

Serta sinar tak mampu menyilaukan cahayanya

Hmm..

Ya aku telah memilih cinta untuk dirinya

Tapi tidak untuk dia

Maukah kau merasakan pilu hati ini?

Ah pasti kau berkata tak ingin itu bukan urusanku

Ya ini urusan hidupku

Tapi kau terlibat pula di dalam ceritanya

Ini nyata adanya

Menyesakan saat mengingatnya

Lha, apa mau mu?

Jika niatmu hanya untuk berlalu lalang untuk meninggalkan rasa

Mengapa engkau datang?

Tiada guna membuatku tertawa itu hanya menyiksaku

Mengapa engkau bertingkah seakan selalu ada

Hingga aku terbuai atas keyakinan ini

Lha, apa mau mu sebenarnya?

Apa kau main-main saja denganku

Seperti game online yang selalu mainkan

Kenapa duniamu membuat cinta rumit ini

Hingga kamu berhasil memanipulasi yang terjadi

Lalu aku tertipu masuk dalam perangkapmu

Hingga timbul goresan yang seharusnya tak ada

Lalu yang jadi pertanyaan

Mau kemana lagi kau melangkah?

Mau kemana lagi kau singgah?

Sedangkan dirimu hanya senang bermain-main saja!

Benih rasa luka

Bayangan mu tak tak terpintas lagi

Jejak mu tak terlihat lagi

Kabar mu pun tak ku temukan

Seperti nya kau terhempas angin kah?

Aku akui dengan cara melepasmu

Semua akan baik-baik saja

Ohh.. nyatanya tidak

Sempat aku tepuruk dalam sunyi

Entah apa maksud semua ini

Engkau menanam kan benih rasa luka

Seperti kopi yang terlihat hitam

Tapi enak untuk di teguk

Apalagi dirimu manis untuk di kenang

Tenggelamnya rasa sayang ini

Bersama manisnya kopi

Kopi yang diracik gula

Dan kau aku racikan dengan kebencian!

Layar 4,9 inci

(hampir sempurna)

Aku pernah jatuh cinta berulang kali

Tapi lain dengan yang ini

Cinta yang entah akan aku bawa kemana?

Aku terlalu dini untuk memahami kata cinta

Aku terlalu labil untuk mengerti kata cinta

Aku tak begitu paham arti cinta

Aku sudah berada di titik jenuh

Dimana setiap hubungan tercampur dusta

Dimana semua menjadi sebuah cerita belaka

Wahai sayangku berharap hadir

Datang dalam relungan hati

Jiwa yang sepi sunyi dalam hati

Sepi menanti kehadirannya

Dalam layar 4,9 inci aku menemukan mu

Mataku menangkap jelas identitas mu

Hatiku mendadak mengerutu

Ingin kenal akan sosok dirimu

Tanpa banyak basa-basi

“Hai”,begitulah aku menyapamu bersama emoticon senyum

Aku menunggu balasan selama 30 menit

Sampai padangan ku tak lepas dari fotomu

Dan kau akhirnya membalasnya

Menit demi menit hari demi hari

Bulan demi bulan tahun demi tahun

Kau menghatarkan keyakinan ketertarikan aku untuk memiliki mu.

Kenyamanan setiap harinya yang kau berikan

Kini terlihat jelas di benakku

Aku ingin memiliki nya

Sekarang! Tidak untuk esok maupun lusa

Aku menikmati kegelisahan dan kegugupan ini

Terlanjur melekat di kehidupan ku

Kini aku besahabat dengan waktu

Secepat apa pun waktu bergulir

Tapi aku yakin kan kita bisa berada

Diakhir waktu secara bersamaan

Hei, tunggu dulu!

Nona,boleh kah aku menyapa mu?

Nona, boleh aku mengenal mu?

Ayolah jangan takut padaku

Aku takan menerkam mu

Hei tunggu dulu !

Mau kemana kau?

Tenang aku tau diri tak sebanding denganmu

Aku hanya ingin tau nama mu

Keluguanmu membuatku terbinar-binar

Seperti layaknya bertemu idola

Hah idola ?

Iya idola hati..

Kenal kan aku adalah pengangum rahasia mu!

Ah,sudahlah

Inginku berucap pada gadis bernama Roro

Bilamana aku menaruh harapan padanya

Namun, ah sudahlah dia anak dewan

Sedang aku hanya anak desa penjual putu

Ingin aku bersapa hay padanya

Saat ia pulang sekolang di pinggir tanjakan itu

Namun juga ah sudahlah ia bersama teman nya

Yang pasti dia malu

Jelas dia anak terpandang

Ingin aku memangil namanya

Roro,bukan rara atau pun riri ..ruru..rere

Itu adalah ejaan anak TK saat belajar membaca

Terlihat dari wajahnya dan lembut suaranya

Dia asli solo bukan menado

Namun lagi-lagi terlalu sayang

Solo jauh dari pandangan

Ketika emak meminta aku untuk ke bali

Tempat kelahiran serta pembesaran dirinya

Dengan alasan pasti

Mendapatkan warisan

Hingga pada akhir cerita

Aku dipertemukan dengan sosok manisnya

Namun lagi-lagi ah sudahlah aku hanya anak putu bali

Yang tak mampu melawan rasa

Tersayat saat ucap kata "jenuh"

Terlepas dalam kisah asmara

Sembunyi terselubung rasa rindu

Menekan rasa untuk bertemu

Bersama bisikan angin tiada arah

Ingatan ku tak luput dari wajahnya

Tersayat saat ucap kata “jenuh” dari bibirnya

Tiada rasa lagi selain kecewa dengan jarak

Karena memberikan beban jaraklah alasannya

Dengan lantangaku berkata pada nya

Atau jangan-jangan ...

Apa mungkin ini indikasi kebohonganmu

Menghalalkan segala cara untuk melepaskan ku

Memberikan pengakuan seharusnya tak diungkap kan

Terdampar di labirin harapan

Ketika dingin menusuk jiwa

Kehangatan tentang rindu musnah

Mulut terbungkam tanpa bahasa

Mata menjadi sayup

Dan air mata mulai menetes

Andai aku mampu menahan rasa gejolak jiwa

Raga yang bernaung ingin kembali bersama

Pasti tak akan ada kata kecewa

Dalam sebuah harapan yang berujung ini

Aku terdampar di labirin harapan

Berputar-putar mencari keyakinan

Namun harapan yang kucari sirna

Hanya lah omongan belaka sampai beradu mulut

Yang mana aku kalah akan debat sengit

Sehingga aku terjerumus kehancuran

Engkau menang dengan memberi bekas

Bekas luka menggores terlihat jelas

Jelas adanya jejak tentangmu

Jelas aku goreskan itu dalam sebuah kisah

Kisah hidup yang menjadi sengketa

Sengketa hati memperebutkan dirimu

Adek berjilbab biru

Oy,adek berjilbab biru

Siapa nama kau dek?

Abang naksir kau dek

Wajah ayu manis nan menggoda

Badan langsing layaknya selebriti

Senyum nan aduhai mempesona

Mata elok nan di pandang

Oy,adek dapat salam dari calon imam

Kalau kita berjodoh boleh tak emak bapak berkunjung

Abang pinang kau dengan bismillah

Kalau berlanjut ke pelaminan

Salam-salaman jadi pengantin baru

Pengantin ayu nan ratu sejagat

Nah,abang jadi raja nya

Oy,adek tenanglah abang cinta tulus

Walaupun duit pas-pasan

Tapi hati tak pernah bohong

Yang penting abang setia

tanpa nama

Hey,kau manis ...

Mata bulat seperti bola pingpong

Alangkah manisnya di pandang

Layaknya arum manis

Hey,kau manis ...

Siapa nama ayah ibu ?

Biarkan saja aku berkunjung

Agar kau bisa jadi calon besan untuk emak-bapak ku

Hey,kau manis ...

Apa makanan kesukaanmu?

Tempe orek kah?

Jika ia biarkan aku memesan banyak untukmu serta juru masaknya

Hey,kau manis ...

Lihatlah aku disini!

Aku yang sembunyi menaruh harapan padamu

Dan aku pula yang memberi mawar berduri itu

Hey,kau manis ..

Pipi bulat layaknya bapau

Aku takan menyakitimu

Aku hanya ingin menikmati senyuman mu

Saat kau menerima mawar berduri itu

Kenalkan aku si tanpa nama yang manis yang rupawan.

Aku,bukan

Aku bukan,kapten amerika yang kuat melawan musuh

Aku pun bukan, anak band yang di minati para gadis

Aku hanya anak kemarin sore,baru jatuh cinta

Aku hanya anak desa,emak bapak ku petani

Dan aku pun bukan dilan panglima tempur

Kerja ku hanya memegang cangkul

Aku bukan oppa korea yang keren di pandang

Wajahku hanya pas-pasan layaknya hidupku

Aku bukan rompis yang romantis

Dan aku pun bukan selebriti bergelimangan kemewahan

Aku hanya bisa memastikan selalu ada

Aku pun hanya mengajarkan tentang rasa yang tulus

Namun, tenang aku tak memaksa

Biarlah rasa ini mengalir adanya

Walaupun kau tak suka biarlah

Ini urusan ku bukan urusan mu

Seperti tersambar petir

Waktu di tengah konser itu

Aku menemukan dirimu

Berdiri paling depan

Dengan bersorak paling keras

Mataku tertuju pada nya

Dia yang lincah

Gayanya yang anggun

Tingkahnya yang menggemaskan

Dag di dug saat melihatnya

Menandakan aku merasakan gelora asmara

Rasa yang tak biasa

tiba-tiba hadir begitu saja

Dan rasanya seperti tersambar petir hatiku

Saat teman dekatku mengenalkanku padamu

Apalagi saat kita berjabatan tangan kau tersenyum

Itu rasanya seluruh badan ku bergemetar

Layaknya aku mengalami tremor

Gerimis mengundang tangis

Tepat malam minggu itu

Rintik-rintik air turun dari langit

Gerimis pun mulai datang dengan awetnya

Teringat seperti kisah cinta yang kandas

Harus kah aku memberi formalin?

Agar cinta dan sayang mu awet

Rinduku semakin awet padanya

Apalagi teringat kejadian lama itu

Kau mengetuk jendela kamar ku

Hanya untuk mengatakan “selamat tidur”

Sesak tangis kurasakan

Saat mengingat kisah itu

Sekarang aku hanya bisa menulis namanu

Di balik kaca yang berembun

Tapi tidak di dalam sanubariku

Gerimis di sore ini memang indah

Saat usai pelangi datang

Seperti hal nya cintaku yang usai

Ada lembaran baru untuk hati yang kosong

Iqro

(bacalah)

Hai, alumni hati

Apa kabar mu?

Lama tak ada berita

Lama pula tak jumpa

Apakah kau masih ingat aku?

aku wanita yang dulu memujamu

aku pun wanita yang terlupakan

jika ingat tenang ya,

aku tak akan mengusik lembaran mu

aku hanya ingin menyapa mu

dan aku hanya ingin tau kabar mu

bila kau sempat bacalah surat ini

tidak wajib ko cuman sunah

kapan pun boleh kau membaca nya

aku hanya ingin tau kabarmu

salam damai untuk dirimu

lelaki yang sempat memujiku.

terhalang sinyal

Demi cintaku padamu

Gunung pun akan ku hadapi

Laut pun akan ku sebrangi

Walau lelah jiwa dan raga ini

Kau bakar jiwaku dengan api asmara

Walaupun terkadang terhalang sinyal

Yang tiba-tiba menghilang tak jelas

Tetapi kau sudah membuai hatiku

Seiring berlalunya waktu

Ini bukan sekedar rasa memikirkan

Ini sekedar mimpi

Yang aku hanya ingin melihat wajahmu selalu di sampingku

Wajahmu yang lebih indah dari sekedar bunga

Rasa ini mekar sendirinya seperti bunga

Bunga yang harum membuat ku berwarna

Akan ku hadapi semua resiko mencintaimu

Derita cinta

Sudah semua kata ku ungkapkan

Sudah ku rangkai banyak bunga untukmu

Sudah ku berikan senyum termanis ku padamu

Ini cinta bukan sekedar rasa

Yang dapat di hitung dengan angka

Luka terdalam menjadi kesedihan

Iklas yang aku harus terima

Hati ku patah lagi dan lagi

Karena kau hancurkan harapan ku

Hanya dengan satu kedipan mata saja

Mengapa ini terjadi lagi padaku?

Derita cinta yang tak usai

Perpisahan yang mengakhiri

Tangis yang aku hadapi

Rindu yang tak berujung

Sepasang sepatu

Bila sudah bosan bilang saja

Bila kau mulai malas padaku bicaralah

Ini hati bukan untuk coba-coba

Jadi tolonglah jujur padaku

Tak usah ada kedustaan diantara kita

Jika sudah tak cocok sudahilah

Aku menerimanya

Dari pada kau bersandiwara

Ingat!

Layaknya sepatu harus cocok kiri dan kanan

Jika berbeda dia tidak akan serasi

Seperti hal cintamu padaku

Jika sudah tak ingin berjuang mundurlah!

Aku terima lapang dada

Walaupun akan aku terima resiko sakit itu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post