Dengan sedikit tersendat dan air mata yang terus bercucuran di pipinya,Aini memberitahukan kepada Pak Adangnya,"Assalamualaikum Pak Adang,ini Aini,ayaah..meninggal Pak Adang,"kata Aini terbata-bata."Innalillahi wainnailaihi Rojiun,Aini harus sabar,Aini harus ikhlas,Aini harus baik-baik di sana ya nak.."kata Pak Adang Aini."Ya Pak Adang,"kata Aini."Memang benar kata Pak Adang,Aini harus kuat,Aini harus kuat menerima ini semua,kasihan ibu ,kasihan juga adik-adik"kata Aini dalam hati.Aini pun menghapus airnya,kemudian ia pergi mengurus administrasi biaya pengobatan ayahnya selama di rumah sakit,serta biaya ambulan untuk mengantar jenazah ayahnya ke rumah.Pihak rumah sakit pun mengurus ke berangkatan jenazah ayah Aini.Ibu dan Aini ikut diatas mobil ambulan.

Mobil melaju dengan kencangnya ke arah rumah Aini.Dalam perjalanan semuanya membisu,Aini tidak menyangka sama sekali,sesingkat itu umur ayahnya.Teringatlah Aini dengan pemberian baju untuk ayahnya, yang selalu di pakai ayah,di hari terakhirnya ayah masih sempat memakai baju pemberian Aini.Ayah nggak lihat Aini jadi guru PNS dulu ,Aini belum sempat membahagiakan ayah.Begitu juga kiranya Adik Aini yang paling kecil dibujuk ayah untuk khitan,ternyata semuanya sudah direncanakan oleh yang Kuasa,kita semua tinggal menjalankannya,gumam Aini dalam hati.

Lebih kurang 2 jam dalam perjalanan,akhirnya mobil ambulan sudah sampai di rumah Aini.Semua sanak famili,tetangga dan keluarga pihak ayah sudah menunggu jenazah ayah,banyak sekali yang datang ke rumah Aini.Mungkin karena ayah suka bergaul dalam lingkungan masyarakat.Orang-orang membantu mengangkat jenazah ayah ke dalam rumah.Di dalam rumah dua orang adik Aini sudah menunggu jenazah ayah,keduanya tidak tahan menahan air mata,ia merangkul jenazah ayah.Aini pun teringat akan adiknya,Alan yang belum tau tentang kematian ayahnya.Aini harus berangkat ke Padang sekarang juga.Karena ia yang tau alamat adiknya itu.Aini berangkat ditemani oleh beberapa orang sanak saudara Aini yang laki-laki.

Dalam perjalanan ke Padang,Aini diam seribu basa,ia hanya membayangkan bagaimana adiknya bisa menerima semua ini,Aini juga tau tipe adiknya Alan yang berwatak keras,suka mengamuk,bagaimana ia bisa membujuk adiknya itu nanti.Semua bayangan berkecamuk di hati Aini.Mobil Aini pun sampai di tempat kosnya Alan.Dengan sedikit tercengang Alan melihat kedatangan Aini beserta sanak saudara yang lain."nggak biasa nya ,ada apa ?"kata Alan agak keras,mungkin karena perasaannya juga nggak tenang.Aini pun langsung memeluk adiknya itu kuat-kuat,dan ia katakan berlahan-lahan pada adiknya itu kalau ayah meninggal,dan Aini ceritakan semua kejadiannya sampai ayah dibawa ke Bukittinggi dan meninggal dirumah sakit tersebut.Alan berdiri dan meninju tembok kamarnya,ia tidak peduli dengan tangannya tersakit,ia menangis sekuat-kuatnya.Apa yang Aini bayangkan terjadi,Alan mengamuk,ia menyakiti dirinya sendiri,ia menyesali ini semua sampai ia mengeluarkan kata-kata "kenapa nggak dia saja yang meninggal,kenapa harus ayah,kenapaaa..katanya kuat-kuat sambil terus meninju dinding kamarnya.

Sanak saudara Aini yang laki-laki dan teman-teman Alan pun memegang tangan Alan,Aini terus membujuk adiknya sambil merangkul"Istighfar Lan,istighfar...kita harus kuat,kasihan ibu",kata Aini membujuk.Mendengar Aini menyebut Ibu,Alan mulai sedikit tenang,tapi ia belum juga bisa menerima semua ini.Karena kejadian ini tiba-tiba,ia masih shock.Alan masih tidak percaya,Memang ayah orangnya sangat baik,baik pada semua anak-anaknya.Semua anak-anaknya sangat kehilangan.Mobil pun berangkat meninggalkan kota Padang.

Cerbung (Cerita Bersambung )