devi ulma

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

APESS

Aku lupa, kapan persisnya aku mulai sering berdebat dengan Bapak. Bukan debat kusir, tapi berkaitan dengan pengetahuan beliau. Semisal politik, pertanian dan kehidupan berbangsa dan bernegara. Bapak bukan seorang petinggi ataupun pengurus pemerintahan. Beliau hanya petani. Istimewanya, Bapak satu dari sedikit petani yang memiliki sudut pandang berbeda. Aku yakin itu adalah didikan Nenekku, beliau juga punya cara berpikir seperti Bapak. Jauh lebih bijaksana dan terbuka malah.

Mungkin karena sering berdebat dengan Bapak, aku terbiasa mengemukakan pendapatku dengan lugas, sering keceplosan tanpa memandang situasi maupun lawan bicara. Hal inilah yang menyebabkan aku dibenci oleh orang tua sahabat kentalku. Bahkan hingga sekarang ia tidak bertegur sapa denganku. Awal-awalnya aku masih berusaha untuk menyapa, tapi beliau tidak bereaksi, malah pura-pura tidak dengar atau tidak lihat. Ya sudah, aku ikuti maunya. Mungkin dengan menyapaku darah tinggi beliau jadi kambuh. Lebih baik tidak kan?

Permasalahan ini berawal dari percakapan kecil. Saat itu aku bertamu ke rumah sahabatku, kami berdua masih di tahun pertama pendidikan Diploma 2 jurusan kependidikan. Kami menjalani kuliah sambil bekerja. Semua mahasiswa juga demikian. Bekerja setengah hari dan setengah harinya kuliah. Kampus kami sedang mengalami masalah serius, mereka terbentur dengan aturan baru dari pemerintah. Resikonya, lulusan kampus kami terancam tidak diakui yang berujung pada gagal mendaftar CPNS.

" Katanya ijazah kalian tidak laku" Ujar beliau saat mendaratkan pantatnya disampingku.

" Aku dengar juga begitu BI"

" Lalu apa yang akan kalian lakukan? "

" Itu bukan kita yang menentukan Bi. Pihak kampus yang akan mengambil kebijakan. Ini tidak hanya merugikan kita, merekalah yang akan menanggung kerugian besar nanti nya. Tidak mungkin mereka lari dari tanggung jawab setelah kita terkatung-katung begini"

" Tapi, kalaupun itu semua berhasil kalian tetap tidak bisa ikut tes CPNS."

Sejak semula pihak kampus sudah menjelaskan. Karena kami dibawah naungan Departemen Agama, kami bisa ikut seleksi yang diselenggarakan oleh Departemen Agama. Dan kami mengangguk paham saat itu, lalu entah kenapa ditengah perjalanan mendadak amnesia.

" CPNS itu perkara rezeki Bi. Dari ribuan yang mendaftar, yang diterima paling seratusan. Toh PNS bukan satu-satunya pekerjaan. Sekarang saja kami kan sudah bekerja. Jangan risaukan hal yang belum terjadi "

Seketika raut wajah Ibu sahabatku itu berubah. Ia berdiri dari duduknya. Berteriak marah terhadap benda yang menghalangi jalannya atau merusak pandangannya.

Sahabatku yang tidak mengetahui percakapan kami ikut kena semprot Ibunya. Persis dihadapanku.

Kesalahan terbesar yang aku lakukan ternyata ada pada pernyataan bahwa PNS bukan satu-satunya pekerjaan. Beliau adalah fans fanatik PNS. Bahwa pekerjaan terhebat sejagad raya itu adalah PNS. Begitulah, persaudaraan kami terkendala oleh pernyataan tersebut.

Beruntung aku memiliki Bapak. " Belajar saja, ambil ilmunya. Ijazah bisa diperjual belikan. Tapi tidak dengan Ilmu" Begitu beliau berpesan saat mendengar kesulitan yang tengah dihadapi kampusku. Aku setuju 100% dengan pendapat beliau.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Terima kasih Pak. Salam kenal juga. Salam literasi.

14 Jun
Balas

Terima kasih Pak. Salam kenal juga. Salam literasi.

14 Jun
Balas

Opini yang keren Bun. Terima kasih folownya. Sya folbac Folower ke-6. Semoga sehat selalu aamiin

14 Jun
Balas

Aamiin... Terima kasih Bu, semoga selalu menghasilkan tulisan yang keren dan bermanfaat. Salam literasi.

14 Jun

Lain lubuk lain ikannya. Lain orang lain adatnya. Sukses berkarya ibu.

15 Jun
Balas

Terima kasih Bu... Sukses juga buat Ibu...

16 Jun

Terima kasih Bu... Sukses juga buat Ibu...

16 Jun

mantap keren cadas...ulasan keren menewen... salam literasi dari Banyumas

14 Jun
Balas

Terima kasih Pak... Salam literasi dari Bukittinggi.

14 Jun

semangat bun...Barakallahu Fiikum, salam literasi

24 Jun
Balas

Terima kasih Bu... Salam literasi.

24 Jun

Indah dan menarik ulasannya ibu guru. Keluarga demokratis. Salam kenal dan salam literasi

14 Jun
Balas



search

New Post