devi ulma

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

BUKAN SALAH MAUDY

Dibalik segala pro-kontra perihal kelulusan Maudy Ayunda yang aku kenal tapi jelas ia tidak kenal aku. Dia jelas bukan saudaraku, apalagi dekinganku. Dia juga jelas tidak membayarku untuk melakukan ini. Tidak, ini bukan sebuah konspirasi melainkan sebuah hal yang berasal dari pemikiranku sendiri.

Belakangan jagad maya dihebohkan oleh acara kelulusan Maudy Ayunda dari Standford University ( semoga aku tidak salah mengeja tulisannya). Anak semuda, secantik dan sepintar itu sudah lulus S2. Sementara aku sendiri, sekedar mendaftar saja masih bingung. Bingung dengan tesnya, bingung dengan biayanya. Bingung dengan jam belajarnya. Dan yang paling jelas, tidak akan ada yang membiayai kalau aku tidak punya uang.

Lalu, apa salahnya Maudy Ayunda yang lahir di keluarga berada, yang dari kecil sekolah di sekolah mahal hingga kuliah diluar negeri. Bukan dia yang minta kan? Seperti halnya kita yang lahir di keluarga yang pas-pasan. ( pas lagi butuh pas engga ada). Jadi, kita semua dilahirkan dalam kondisi yang tidak bisa kita pilih. Ini hal pertama yang harus dipahami.

Hal yang kedua, mendidik anak mencintai ilmu pengetahuan itu bukan hal yang mudah. Jangan ambil contoh publik figur. Bukankah di sekitar kita juga banyak orang-orang tajir yang bahkan bisa naik haji setiap tahunnya dengan fasilitas VVIP. Tapi apakah anak-anak mereka juga kepikiran untuk belajar sampai ke luar negeri?

Mungkin hanya 0,1 persen dari mereka yang berpikir demikian. Kenapa?

Pola pikir, kita itu suka menghitung biaya, lalu membandingkan dengan hasilnya. Kalau untuk kuliah di dalam propinsi saja butuh biaya besar, maka orang tua 'maunya' anak mereka setidaknya lulus CPNS. Biar balik modal. Disinilah saya mulai menangis.

Tapi tlong jangan dipelintir pula pendapat saya ini dengan mengatakan bahwa naik haji tidak wajib ya. Naik haji tetap wajib bagi yang mampu, tapi Islam juga meninggikan orang-orang berilmu beberapa derajat.

Pendidikan itu bukan perdagangan, bukan bisnis, minta balik modal segala. Saya tidak bisa merubah apa yang telah tertanam di benak orang-orang yang demikian. Malah jika setelah ini tulisan saya tidak lagi tampil di dunia maya kemungkinan saya sudah diprotes ramai-ramai. Diboikot, atau mungkin hape saya disita oleh emak. Jelas saya tidak mungkin bisa beli hape lagi.

Yang ketiga, adalah pilihan yang tidak mudah meninggalkan ketenaran demi pendidikan. Kita bisa bandingkan dengan para pesohor, berapa persen dari mereka yang bergelimang kepopuleran itu bisa menyelesaikan pendidikan tinggi hingga ke luar negeri. Tidak banyak, yang saya satu adalah Tasya Kamila yang lolos beasiswa LPDP, Allysa Subandono yang kuliah di Australia hingga S2. Gita Gutawa yang kuliah di Inggris, Cinta Laura yang lulusan Oxford University semuanya bisa dihitung dengan jari.

Padahal yang lainnya juga dari keluarga kaya, minimal mereka punya uang sendiri. Vakum dua tahun untuk pendidikan sebenarnya bisa. Tapi kenapa mereka tidak memilih sekolah?

Yak, alasannya mumpung. Mumpung mereka sedang terkenal, kalau nanti vakum, pas balik lagi malah takut sudah engga laku. Dulu ada artis yang sempat saya idolakan, tapi tidak segitu nya ya. Cantik, sukses dan berprestasi yang akhirnya memilih menanggalkan cita-citanya demi mengejar ketenaran di luar negeri sana.

Disinilah letak ujian kehidupan bagi sekelas Maudy Ayunda yang berani mengambil langkah dan tidak takut jika nanti karirnya menjadi redup gara-gara pendidikan.

Sudahlah, hidup Maudy itu tidak semudah yang kita lihat. Tentu Tuhan juga telah menyiapkan kesulitan untuk hidup selevel dia, hanya saja ia tidak pernah mengeluh. Makanya kita tidak tahu. Terlepas dari itu semua, salut untuk Maudy Ayunda, semoga bisa menjadi contoh bagi anak-anak muda kita lainnya. Tidak harus sampai ke luar negeri juga. Dalam negeri juga keren kok, selama pendidikan tak terputus.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post