dewi apriliana

Assalamu'alaikum, "Educating the mind without educating the heart is no education at all' - Aristotle. Banyak hal yang perlu kita pelajari sebagai seorang pen...

Selengkapnya
Navigasi Web
Tukarkan Sampahmu Jadi Buku

Tukarkan Sampahmu Jadi Buku

‘TUKARKAN SAMPAHMU JADI BUKU’

Sebuah Upaya Penguatan Pendidikan Karakter dan Literasi di SMA N 2 Wonogiri

BAGIAN 1. LATAR BELAKANG

Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara, sesungguhnya telah meletakkan fondasi yang kuat pada pengembangan pendidikan di negara ini. Bahwa mendidik pada dasarnya bukan hanya sekedar mengembangkan pikiran intelegensia anak, tetapi pendidikan harusnya seimbang mengembangkan juga kegiatan fisik dan memajukan tumbuhnya budi pekerti anak didik. Inilah yang kemudian munculnya Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang penguatan penumbuhan budi pekerti, melalui Gerakan Literasi Sekolah (GLS) salah satunya.

Literasi bukan hanya sekedar bagaimana anak bisa membaca – bebas buta aksara; Literasi sesungguhnya merupakan salah satu kunci utama bagi anak didik kita untuk berhasil memenangkan persaingan global dengan anak-anak negara lain. Berdasar pemikiran inilah sekolah kami sangat bersemangat ketika termasuk dalam sekolah yang melaksanakan program rintisan Gerakan Literasi sekolah.

Selama tahun ajaran 2015/2016, SMA N 2 Wonogiri telah melaksanakan program rintisan GLS. Sekolah kami memandang GLS sebagai sebuah upaya yang sangat positif untuk mengembangkan karakter positif siswa. Beberapa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan panduan tahapan GLS. Sebagai contoh, sekolah kami telah menerapkan kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum pelajaran, pengadaan lomba-lomba yang mendukung peningkatan gemar membaca, misalnya lomba menulis cerpen dan puisi, serta lomba perpustakaan kelas. Salah satu kegiatan yang terpenting lainnya adalah pengadaan pojok baca secara mandiri oleh siswa di setiap kelas.

Saya pribadi, sebagai bagian dari guru, sangat mendukung kegiatan pengembangan literasi di sekolah saya ini. Awalnya saya mengikuti kegiatan ini sekedar memenuhi kewajiban sebagai guru untuk terlibat dalam GLS, tetapi semakin lama terlibat, saya merasa bahwa kegiatan ini sangat penting untuk meningkatkan karakter anak didik jika dilakukan dengan sepenuh hati. Dalam hati nurani saya terusik dengan pemikiran Ki Hajar tesebut, terlebih seorang pemikir dunia seperti Aristoteles menyatakan bahwa,”Educating the mind without educating the heart is no education at all”, (Mendidik pikiran saja tanpa mendidik hati/karakter sesungguhnya sama sekali bukanlah pendidikan)

Saya adalah guru Bahasa Inggris. Kalau saya hanya mengajar agar semua siswa saya berhasil membaca dan menjawab pertanyaan dari teks-teks berbahasa Inggris, jangan-jangan saya sama sekali bukanlah pendidik. Saya hanya mementingkan mendidik pemikiran mereka, mengesampingkan mendidik karakter jiwa mereka. Saya sangat mencintai profesi saya sebagai seorang pendidik dan saya ingin menjadi pendidik yang selalu berusaha menjadi lebih baik, jadi mulailah saya merubah sudut pandang saya.

Saya berusaha tidak sekedar mengajar mereka untuk bisa membaca tapi saya berusaha lebih keras untuk membuat mereka mencintai kegiatan membaca tersebut. Saya sendiri gemar membaca, saya merasa saat kita membaca karena mencintainya maka dengan sendirinya isi bacaan tersebut akan merasuk dan kita bisa ambil sarinya. Jam belajar bukanlah siksaan karena saat membaca sudah menjadi kegemaran, maka membaca buku pelajaran akan terasa menyenangkan dan ‘chalenging’. Pada akhirnya saya memandang pengembangan literasi di sekolah ini adalah bagian yang sangat penting untuk menumbuhkan karakter baik siswa saya, merupakan bagian dari kegiatan saya sebagai seorang pendidik.

Saya kemudian terlibat lebih aktif dalam GLS dan mengamati adanya sebuah permasalahan dalam pelaksanaan pengembangan literasi di sekolah kami. Saya memandang semangat siswa untuk terlibat program GLS masih naik turun, belum konsisten merasuk menjadi bagian hidup essensial siswa. Masalah yang kami temukan di lapangan adalah: siswa menganggap kegiatannya kurang menarik dan koleksi buku di pojok baca kelas banyak yang kurang berkualitas karena banyak peserta didik yang belum mampu menyumbangkan buku yang baik di pojok baca. Akibat dari masalah tersebut adalah program GLS tidak menjadi sarana yang optimal sebagai sarana unggulan di sekolah kami untuk pendidikan karakter.

Setelah berdiskusi dengan beberapa rekan guru, saya mengajukan sebuah program kegiatan ‘Tukarkan Sampahmu Jadi Buku’ untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut. Ibu kepala sekolah juga mendukungnya sehingga program ini kemudian bisa terlaksana di SMAN 2 Wonogiri.

Saya berharap dengan program ini, siswa akan dapat menambah koleksi buku di pojok baca kelas secara mandiri. Poin tambahan dari kegiatan ini adalah, tidak hanya sekedar menambah buku bacaan, tetapi saat sebuah kelas melakukan sebuah usaha mandiri secara bersama maka karakter gotong royong akan muncul. Buku bacaan yang diusakan secara mandiri akan menjadi lebih spesial dan memunculkan rasa bangga sehingga mendorong perasaan ingin membacanya. Hasil akhir yang ingin diraih adalah ‘Pengembangan Literasi atau membaca menjadi budaya di sekolah kami.

Dan alangkah indahnya jika Literasi sudah menjadi budaya sekolah. Siswa akan berlomba-lomba menambah khasanah bacaan mereka dengan buku-buku yang bermanfaat dengan informasi digital baik,baik audio maupun visual. Di sudut-sudut kelas, di bangku-bangku taman, kita dapati peserta didik dengan gembira membincangkan bacaan mereka, menceritakan hal baik apa yang mereka dapat mereka petik dari bacaan mereka tersebut.

AGIAN 2.DESKRIPSI KEGIATAN

A. Sosialisasi : Sampaikan dari Hati

Tahapan pertama yang saya lakukan setelah program ini disetujui oleh Kepala Sekolah adalah melakukan sosialisasi.

Saat saya yang seorang guru, bukan salah satu pemangku kebijakan di sekolah, menyampaikan sebuah inovasi kegiatan berbasis budaya sekolah tentu ada kekhawatiran akankah ide kita dapat diterima oleh sekian banyak warga sekolah. Ada sebuah istilah orang Arab yang membuat kembali lebih percaya diri saat melakukan sosialisasi; apa yang disampaikan dari hati akan sampai ke hati pula. Saya tidak sedang menggurui orang lain saat sosialisasi, saya hanya sedang berusaha menunjukkan keinginan dari hati saya untuk mencoba peduli pada peningkatan karakter gemar membaca pada siswa.

Saat melakukan sosialisasi kepada guru dan karyawan pada 22 Mei 2017, saya lebih dahulu menyampaikan keyakinan saya bahwa pada dasarnya fitrah manusia adalah condong pada kebaikan. Dalam hati nurani setiap guru pasti sepakat bahwa guru tidak sekedar sebagai penyampai ilmu pengetahuan tetapi juga membentuk kepribadian baik siswa, terutama karakter gemar membaca untuk meningkatkan ketrampilan literasi mereka.

Seperti gambaran yang disampaikan Ahmad Fuadi, seorang sastrawan, guru dapat menjadi seikhlas para petani . Sepenuh hati menyiapkan bahan dan lahan belajar di kelas, memelihara peserta didik sebagai penerus bangsa, menyirami mereka dengan ilmu dan memupuk jiwa mereka dengan karakter yang luhur.Setelah itu, barulah saya menyampaikan ide program ‘Tukarkan Sampahmu Jadi Buku’ sebagai bagian dari GLS untuk meningkatkan karakter gemar membaca pada siswa.

Dan saat semuanya tersampaikan dari hati, maka semakin banyak yang kemudian menunjukkan kepedulian mengenai kegiatan ini, lebih banyak bantuan dan dukungan.

Demikian pula saat saya menyampaikan sosialisasi pada siswa pada 24 Mei 2017. Bukan dengan mendoktrin atau terkesan menggurui, tapi saya mencoba menunjukkan bahwa kegiatan yang akan dilakukan ini dilakukan untuk kebaikan mereka sendiri. Menunjukkan bahwa sebagai guru, kita menjadi orang tua kedua mereka di sekolah dan sama seperti orang tua mereka dirumah, pasti menginginkan yang terbaik untuk masa depan mereka.

Sosialisasi secara resmi dilakukan kepada ketua kelas dan wakil ketua kelas dari kelas X, kelas XI, dan kelas XII. Mereka kemudian meneruskan informasi tersebut kepada rekan sekelasnya.

Selain sosialisasi secara resmi, saya juga aktif menyelipkan informasi dan dorongan untuk melakukan kegiatan ini saat menyampaikan materi pelajaran dikelas. Wali kelas atau rekan guru lain juga membantu menyampaikan informasi ini kepada peserta didik di berbagai kesempatan.

Untuk mensosialisasikan kegiatan Laskar Aksara kepada orang tua, saya menggunakan edaran tertulis. Hal ini dilakukan atas arahan dari kepala sekolah dan ketua TU agar lebih efektif dan ‘cost efficient’. Peserta didik diminta menyampaikan edaran tertulis kepada orang tua masing-masing dengan harapan agar terjadi dialog bagi anak menyampaikan hal yang mereka ketahui tentang kegiatan ini. Setelah dibaca, orang tua diminta menandatangani tanda terima di bagian bawah surat edaran. Tanda terima itu kemudian dikumpulkan oleh peserta didik melalui wali kelas masing masing.

A. Pelaksanaan Program ‘Tukarkan Sampahmu jadi Buku’

Sebelum kegiatan ini dilaksanakan, perlu dibentuk sebuah Bank Sampah sekolah di SMA Negeri 2 Wonogiri. Kepala sekolah juga menyetujui pendirian bank sampah ini karena akan dapat mendukung usaha sekolah kami menuju sekolah adiwiyata.

Pendirian bank sampah di sekolah kami di pandu oleh sebuah bank sampah yang se area dengan sekolah kami yaitu Bank Sampah Giri Tri Hapsari Wonokarto. Bank sampah Giri Tri Hapsari sudah berdiri sejak 2012 dan masih eksis sampai sekarang. Bank sampah ini juga telah mendapat bantuan dari Dinas Lingkungan Hidup Wonogiri.

Pengurus bank sampah Giri Tri Hapsari menunjukkan bagaimana naik turunnya sebuah bank sampah. Mereka juga menunjukkan bagaimana pengelolaan administrasi sebuah bank sampah. Alur administrasi yang diajarkan dapat diterapkan di bank sampah sekolah kami walaupun berbeda segmen nasabah, Bank Sampah Giri Tri Hapsari memiliki nasabah masyarakat umum, sedangkan bank sampah di sekolah kami nasabahnya adalah para peserta didik.

Bank sampah di SMA N 2 Wonogiri bernama BIMA, singkatan dari : BIsa MAndiri. Sesuai dengan tujuan kegiatan, yaitu membentuk karakter mandiri pada siswa dalam mengupayakan buku bacaan di pojok baca kelas. Selain itu, Bima adalah tokoh yang gagah berjiwa ksatria dalam dunia pewayangan. Setelah mendapat persetujuan kepala sekolah, kami mulai menyiapkan administrasinya. Untuk peralatan bank sampah diurus oleh kepala TU SMAN 2 Wonogiri.

Bank sampah BIMA SMA N 2 Wonogiri, di launching saat upacara bendera tanggal 17 Juli 2017. Pada saat launching ini ibu kepala sekolah secara simbolis menyerahkan buku tabungan bank sampah BIMA dan tempat pemilahan sampah kepada perwakilan siswa.

Nasabah bank sampah sekolah kami adalah kelas, bukan per individu siswa. Total 39 kelas sebagai nasabah akan lebih memudahkan dalam administrasi dibanding dengan ribuan individu siswa. Selain itu , hasilnya nanti pun untuk ditukar dengan buku bacaan untuk mengisi pojok baca kelas bukan untuk buku bacaan milik pribadi. Melalui sistem ini, peserta didik juga akan belajar bergotong royong dengan teman sekelasnya untuk menambah saldo di tabungannya.

Sistem bank sampah di sekolah kami adalah ‘barter’ yaitu menukarkan hasil memilah sampah jadi buku bacaan. Jadi nasabah nantinya tidak diperkenankan mengambil saldo tabungan dalam bentuk uang cash, tidak pula berlaku pinjam uang ke bank sampah.

1. PEMILAHAN

Peserta didik memilah dan mengumpulkan sampah berdasarkan jenisnya di tepat yang disediakan di kelas masing-masing. Pada dasarnya sampah dipilah menjadi dua bagian besar yaitu sampah kertas dan sampah plastik. Bank sampah kami fokus pada sampah non organik dengan tujuan untuk dijual ke pengepul sampah atau didaur ulang lewat pelajaran Kewirausahaan.

2. PENYETORAN

Peserta didik menyetorkan sampah yang telah mereka pilah dan kumpulkan seminggu sekali ke Bank Sampah Sekolah pada hari Jum’at. Penyetoran diterima siswa dan guru petugas bank sampah.

3. PENIMBANGAN DAN PENCATATAN

Petugas Bank Sampah menimbang dan mencatat sampah dengan tepat di buku tabungan nasabah. Saldo di buku tabungan dapat dipantau oleh setiap nasabah.

4. PENUKARAN JADI BUKU

Nasabah meningkatkan saldo tabungan kelas dan jika sudah mencukupi, dapat ditukarkan dengan buku bacaan. Kelas dapat menentukan sendiri semacam ‘Wish List’ berisi buku bacaan yang diinginkan untuk dimiliki. Atau bisa langsung ditukar dengan beberapa buku bacaan yang telah disediakan oleh petugas bank sampah.

Contoh buku bacaan yang disediakan :

1. Hee Ah – kisah Pianis berjari Empat yang inspirational Rp. 10.000

2. 17 tahun usiaku – kisah inspirational gadis jepang buta Rp. 10.000

3. Nganimasi bersama Mas Be Rp. 10.000

4. Misteri Penyamar Ulung –pasukan Mau Tahu Rp. 10.000

5. Kisah Sherlock Holmes – petualangan detektif seru Rp. 35.000

6. Dunia Anna – karya saduran sekelas Dunia Shopie Rp. 45.000

7. Sang Pemimpi – buku kedua tetralogi laskar pelangi Rp. 58.000

8. Keliling Dunia dalam 80 hari – Novel saduran terbaik dunia Rp. 65.000

9. Novel Bintang – buku ke4 setelah Bumi, Bulan,Matahari Rp. 88.000

10. Filosofi Kopi – karya sastra terbaik lain dari Dee Lestari Rp. 54.000

11. Surat Kecil Untuk Tuhan – edisi cover film Rp 55.000

1. Kegiatan Lanjutan ‘ CERITAKAN BUKUMU’

Kegiatan ‘Ceritakan Bukumu’ merupakan kegiatan lanjutan setelah siswa berhasil menukar sampah jadi buku. Dalam tahap ini peserta didik distimulus untuk menjadi seorang pembelajar. Membaca buku tidak hanya jadi sekedar kegemaran tetapi juga menjadi sarana untuk belajar nilai-nilai mulia kehidupan. Kegiatan ‘Ceritakan Bukumu’ dilaksanakan setiap hari Senin, di lapangan, setelah upacara bendera.

Pada kegiatan ini, peserta didik menyampaikan resume ringkas mengenai isi buku yang telah mereka baca dan menyampaikan pendapat mereka tentang buku tersebut serta mengemukan hal baik apa yang dapat mereka pelajari dari buku tersebut. Pemilihan peserta didik yang akan maju, diutamakan dari kelas yang telah berhasil menukar sampahnya jadi buku pada minggu tersebut. Pemilihan perwakilan kelas, saya serahkan kepada ketua kelas melalui diskusi mandiri mereka.

Jika dalam suatu minggu tersebut tidak ada kelas yang menukar buku, maka pemilihan dapat dilakukan secara acak. Misalnya pada upacara tanggal 14 Agustus 2017, dalam minggu tersebut tidak ada kelas yang saldonya dapat ditukar dengan buku. Pada kegiatan ‘Ceritakan Bukumu’ hari itu, peserta didik dipilih secara acak. Pemilihan hari itu saya serahkan kepada pradana pramuka karena hari itu bertepatan dengan upacara hari pramuka.

A. Permasalahan yang Dihadapi dan Upaya Mengatasinya

Sebuah kegiatan tentu menghadapi beberapa masalah dalam pelaksanaannya. Dalam kegiatan tukarkan sampah jadi buku ini muncul masalah sebagai berikut:

Pada awal kegiatan ini, belum ada kelas yang menyampaikan ‘wish list’, kelas belum menyampaikan buku bacaan apa yang mereka harapkan. Buku bacaan memang belum menjadi prioritas utama bagi kebanyakan siswa kami. Untuk mengatasinya kami menyiapkan beberapa buku bacaan yang dapat ditukar dengan sampah.Saya membeli dari toko buku saat toko buku menggelar diskon libur sekolah. Meskipun buku diskon, kami telah menyeleksi isinya dengan cukup teliti. Cerita atau informasi di buku tersebut mengandung hal positif yang dapat dipelajari oleh peserta didik.

Inisiatif untuk menyediakan beberapa buku untuk ditukar ini dikarenakan belum adanya toko buku besar di kabupaten Wonogiri. Toko buku kecil di kecamatan kami kebanyakan menjual buku pelajaran, koran, majalah atau buku khusus keagamaan. Toko buku besar terdekat adalah di kota Surakarta, satu jam perjalanan dari Wonogiri.

Permasalahan lain adalah: beberapa kelas belum pandai memilah sampah. Sampah yang disetorkan ke bank sampah tercampur dengan sampah basah atau sampah kertas yang tidak rapi dan tercampur dengan tissue bekas atau plastik minyak bekas bungkus makanan. Akibatnya sampah jadi banyak yang belum layak jual sehingga saldo tidak meningkat secara signifikan.

Untuk mengatasi masalah tersebut, saya kemudian membuat edaran tertulis mengenai prosedur pemilahan sampah sebelum disetor ke bank sampah sekolah. Selain itu secara lisan, saya dan petugas bank sampah mengingatkan perlunya memilah sampah dengan lebih baik agar penyimpanan di bank sampah tidak bau dan memiliki nilai jual yang lebih baik atau untuk didaur ulang. Edaran tertulis pertama, masih sedikit membuahkan hasil.

Saya menyadari memang perlu waktu dan energi lebih untuk memulai sebuah pembiasaan baru. Maka dibuatlah edaran terlulis keduaUntuk menghemat biaya membuat edaran tertulis, muncul inisiatif untuk membentuk grup WA Bank Sampah yang terdiri dari kelas – kelas sebagai nasabah. Dengan grup ini lebih banyak informasi tersampaikan dengan cepat dan murah.

Kelas yang telah berhasil memilah sampah dengan baik, berhasil meningkatkan saldo rekening tabungan secara signifikan dan kemudian berhasil menukar beberapa buku saya beri stimulus berupa reward sederhana semacam stiker penyemangat atau mug bank sampah. Dengan reward dan pujian yang kami sampaikan bersamaan dengan kegiatan ‘Ceritakan Bukumu’, kami berharap makin banyak kelas yang tertarik untuk lebih terlibat.

Tantangan yang dihadapi pada kegiatan ‘Ceritakan Bukumu’ adalah masih banyak peserta didik yang malu untuk berbicara di depan umum. Untuk mengatasinya, di setiap kesempatan berusaha menyelipkan pesan bahwa setiap peserta didik pasti punya kemampuan untuk menceritakan bukunya di depan umum. Meyakinkan bahwa mereka tidak harus begaya formal untuk menceritakan bukunya. Agar lebih rileks, mereka boleh bercerita dengan bahasa mereka yang kadang ringan dan seru, saya hanya perlu mengingatkan agar tetap menggunakan bahasa yang sopan. Bagi beberapa siswa yang masih merasa grogi, saya akan mendampingi di belakangnya. Sedangkan untuk teknis pelaksanaan kegiatan ini, saya bekerjasama dengan wakas kesiswaan yang bertanggungjawab mengatur setiap pelaksanaan upacara.

Perlu stimulus lebih banyak dan berkesinambungan agar berhasil membuat siswa merasa bangga bisa mengupayakan buku sendiri, agar siswa kemudian lebih bersemangat membacanya dan agar kemudian merasa senang dan bangga saat berani menceritakan isi buku yang dibaca. Memang masih beberapa kelas saja yang berhasil menukar dengan satu dua buku, tetapi ini diharapkan akan mencadi pemicu agar makin banyak siswa tergugah untuk menjadikan buku sebgai salah satu prioritas utama dan kemudian membacanya dengan senang.

Memang masih belum sempurna pelaksanaan program ini. Permasalahan muncul silih berganti, diiringi beberapa upaya penyelesaian yang mungkin juga masih perlu beberapa perbaikan dan bantuan. Tetapi menurut saya yang terpenting adalah saya telah mencoba melangkah untuk menumbuhkan karakter gemar membaca siswa; sekecil apapun langkah itu. Karena perjalanan ber mil mil jauhnya pun pada awalnya dimulai dari satu langkah kecil

BAGIAN 3. PENCAPAIAN DAN HARAPAN

“Semakin banyak kamu membaca, semakin banyak hal yang akan kamu ketahui. Semakin banyak kamu belajar, semakin banyak tempat yang akan kamu kunjungi.” –Dr. Seuss

Hasil sementara yang nampak adalah peserta didik sudah belajar menumbuhkan karakter mandiri dengan berusaha mengumpulkan dan memilah sampah kemudian menyetor sampah ke Bank Sampah. Beberapa kelas telah berhasil menukar sampahnya dengan buku bacaan senilai Rp. 10.000. Misalnya kelas XI IPA1 dan XII IPA2 di minggu kedua bulan Juli. Kemudian di minggu ke empat, kelas XI IPA 2 menukarkan saldo tabungannya dengan buku Hee Ah – kisah Pianis berjari Empat seharga Rp. 10.000. Jumlah ini makin bertambah sekarang.

Beberapa kelas makin bersemangat menukarkan sampahnya.Adalah sebuah pencapaian yang menggembirakan ketika mulai ada kelas yang lebih peduli dalam memilah sampah secara lebih baik dan lebih antusias menyetor sampah. Pencapaian tersebut menurut saya cukup menggembirakan untuk sebuah awalan. Peserta didik kelas lain mulai percaya bahwa bukannya tidak mungkin menukarkan sampah jadi buku.

Sejauh ini sampah terbanyak setelah dipilah adalah berupa botol plastik dan cups plastik bekas wadah minuman. Sampah kertas lembaran juga cukup banyak. Juga terkumpul beberapa kilo buku bekas dan kardus. Sampah kaleng paling sedikit terkumpul. Untuk kisaran harga per kilo, bank sampah BIMA mengikuti panduan penentuan harga dari bank sampah Giri Tri Hapsari.

Memang harga sampah pada dasarnya tidak seberapa tetapi sehingga beberapa kelas skeptis untuk menyetor sampah dengan baik. Penetapan harga sampah botol dan cups plastik misalnya, hanya pada kisaran antara Rp. 1.500 – Rp. 2.000 per kilo atau sampah kertas lembaran antara Rp. 700 – Rp. 1.000 per kilo. Perlu usaha berulang dan memberi contoh bahwa nominal – nominal yang kecil itu akan meningkat jadi saldo yang cukup besar untuk ditukar dengan buku jika lebih intensif mengumpulkan dan kemudian memilah sampah.

“All beginning is difficult” – semua permulaan tidaklah mudah, demikian pepatah Inggris mengatakan. Bagi peserta didik di SMA N 2 Wonogiri, memilah sampah kemudian menyetor ke bank sampah dan menukarnya jadi buku belum menjadi konsep yang lazim mereka lakukan. Memulai pembiasaan baru memang memerlukan kesabaran ekstra. Masih perlu diinformasikan dan diingatkan beberapa kali untuk menjadikan itu sebuah kebiasaan.

Dengan bantuan berbagai pihak, hasil yang mulai terlihat dari kegiatan ‘Ceritakan Bukumu’ adalah peserta didik menjadi terstimulus untuk berani menceritakan isi buku yang mereka baca di depan umum. Mereka juga belajar menganalisis hal baik apa yang dapat mereka peroleh dari bacaan tersebut sehingga dapat mulai terjadi diskusi apakah sebuah buku cukup berkualitas untuk dibaca anak seusia mereka.

Harapan yang ingin diraih dari kegiatan ini adalah paling tidak memberikan pengalaman kepada peserta didik bahwa mereka telah pernah melakukan suatu pembiasaan untuk melakukan sesuatu yang berbeda untuk mengusahakan buku bacaan secara mandiri. Sampah yang tadinya berserakan tidak berguna bisa mereka gunakan sebagai sarana untuk memperoleh buku bacaan yang lebih bermanfaat. Mereka akan lebih menghargai sebuah usaha kerja keras. Merasakan sebuah pencapaian bersama saat kelas mereka berhasil menukar sampah jadi buku.

Buku yang diusahakan bersama akan lebih menarik untuk dibaca dan dijadikan salah satu bahan obrolan. Diharapkan ini akan memicu ketertarikan lebih besar pada kegiatan membaca buku dari dalam diri mereka sendiri. Membaca bukan karena paksaan tapi karena kemauan sendiri.

Diharapkan melalui kegiatan lanjutan, menceritakan buku di depan umum, mulai muncul lebih banyak pribadi pemberani dan pembelajar diantara ribuan peserta didik di sekolah kami dan menjadi stimulus untuk melakukan kegiatan semacam itu di tengah pembelajaran oleh guru masing-masing mapel di kelas.

Kedepannya, saya akan menambah jumlah buku yang dapat ditukar agar siswa makin tertarik. Saya akan lebih fokus menambah jumlah buku murah yangberkualitas karena saldo dari sampah lebih cepat ditukar dengan buku yang kisaran harganya tidak terlalu mahal. Saya juga merasa perlu dikembangkan ragam kegiatan lanjutan selain ‘Ceritakan Bukumu’ setelah siswa berhasil menukarkan sampahnya jadi buku.

Diharapkan pengembangan literasi ini, sebagai bagian dari GLS, akan menjadi bagian dari budaya sekolah kami. Saat hal tersebut menjadi bagian dari budaya, maka semua pihak akan melaksanakannya dengan lebih bersemangat dan ada ‘sense of belonging’, ada rasa kepemilikan.

Membaca diharapkan menjadi sebuah tradisi di sekolah kami, dan semoga setiap peserta didik tersebut kemudian ‘agen of change’ menjadi agen perubahan di lingkungan rumah mereka masing masing dengan menularkan tradisi membaca.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantaps ulasannya Bund. Tapi untuk artikel di gurusiana jangan banyak banyak, dibagi dua atau tiga episode atau bagian. Sukses selalu dan barakallah

07 Feb
Balas

Terimakasih Mbak Siti. Saya suka tulisan - tulisan , mbak, Ringkas tapi menarik dan jelas. Saya nulisnya masih suka kepanjangen gak jelas hehe

11 Feb

Sangat inspiratif .Semoga bisa meneladani Sakam literasi

09 Feb
Balas

Salam literasi juga , mbak Anik. Baru belajar nulis nih di Gurusiana.

11 Feb

inspiratif sekali... sekalian. au tanya apakah ad ketentuan tertentu untuk menulis di gurusiana? misal dari panjang ceritanya... ?

13 Feb
Balas



search

New Post