Dewi Fitrianti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Kumis Tipis Aris

Hari penerimaan buku raport bagi semua siswa tiba. Gegap gempita guru dan murid menyambut hari itu. Ada juga Aris yang bertugas khusus untuk mencetak raport kelas sembilan. Tahun ini adalah tanggung jawabnya selain bertugas sebagai wali kelas dan tugas kurikulum. Terbayang demikian sibuknya beliau mengatur waktunya untuk menyelesaikan pekerjaan sebagai guru dalam waktu yang sama. Dan ada guru lain memiliki tugas yang sama dengannya. Bahkan lebih sibuk daripada Aris sendiri. Belum lagi tugas literasi yang ditekuni Aris tentang jelajah literasi mengusung kearifan lokal setempat. Sungguh membuat Aris tidak bisa ongkang-ongkang kaki, duduk santai menjelang pergantian akhir tahun baru.

Diparkirnya avanza putih pada lahan sempit sekolah tempatnya mengajar sampai detik ini. Dan Aris bergegas ke ruang guru.

“Assalamualaikum, Pa Aris”. beberapa murid mengagetkan Aris dan meraih tangan Aris yang menenteng map berisi berita acara penerimaan buku raport hari ini. Map itu terjatuh berserakan.

“Waalaikumsalam, waaahh jatuh semua nih kertasnya” sedikit menggerutu Aris pagi itu menyembunyikan wajah cerah yang berkumis tipis pagi itu.

“Maaf, Pa Aris. Saya tidak sabar ingin tahu kabar, kapan jelajah literasi yang sudah direncanakan tempo hari” Tanya Aksyal kepada Aris guru pembimbing literasinya. Sambil memunguti kertas-kertas yang jatuh berserakan di lantai koridor TU itu, Aris menjelaskan dengan nafas yang masih tersengal-sengal.

“Iya, sebentar. Pagi ini saya fokus pada raport dulu ya. Nanti siang kita briefing soal jelajah literasi” Aris menjelaskan agenda kegiatannya pagi ini.

“Yaaah Bapak….” Mulut Aksyal bersungut sungut..

“Kamu ndak lihat, saya kerepotan begini”, sambil menunjukkan wajah ganteng memelasnya Aris berharap tas ranselnya dibawakan Aksyal muridnya yang bertubuh gempai menggemaskan.

“Ehh.. iya Pa. Mari Pa…, saya bawakan tasnya?” pinta Aksyal kepada Aris.

“Tidak usah, saya tidak apa-apa. Kamu ke kelas saja, karena wali kelasmu akan segera membagikan buku raportmu.” Aris beringsut meninggalkan Aksyal.

Aris menjejakkan kaki di ruang guru pagi itu serasa lebih sibuk dari biasanya.

“Brakk..” tas ransel Aris jatuh lagi. Dilihatnya Dewi bersungut-sungut, menggerutu karena satu halaman lembaran raport murid wali kelasnya belum lengkap dicetak Pa Enggar, rekan kerjanya yang bertugas mencetak raport.

“Ada apa Bu Dewi? Selamat pagi..” Aris menyapa Dewi yang sedang kesal.

“Eh, pagi Ris. Maaf Ris. Aku ndak lihat kamu datang.” Dewi merasa bersalah karena menabrak Aris yang baru tiba di ruang guru.

Semua guru di ruang itu menoleh dengan kegaduhan kecil ini. Ya… Aris. Guru yang selalu membuat kehebohah di sekolah. Aris datang di sekolah itu seperti aplikasi online “grab”. Aris mengambil resiko untuk menerima pekerjaan tambahan tahun ini. Tidak peduli pada apa yang akan dihadapinya nanti. Seperti grab saja. Kehadiran grab sebagai aplikasi online dalam bidang transportasi sangat pesat berkembang. Dan sangat diminati bagi orang-orang gesit pengguna android. Tetapi tidak bagi sesama mereka yang berusaha di bidang tranportasi angkutan dalam kota tempat Aris bertugas. Grab dianggap sebagai pengganggu dan perebut lahan atau rejeki bagi angkutan dalam kota. Seperti grab itulah kondisi yang dihadapinya. Aris berada di zona merah dan bersiap menerima resiko apapun demi suatu perubahan dan inovasi. Itulah yang dihadapi Aris selama bertugas di sekolah itu. Tetapi Aris tetap melaksanakan tugasnya dengan hati legowo.

Aris melihat jelas semua kekesalan seolah tertuju padanya karena kesibukan menjelang pembagian raport ini berbeda dari biasanya. Tetapi Aris mengabaikannya. Aris yang tubuh tinggi tegap itu fokus melaksanakan tugas untuk memperbarui mindset yang masih berkiblat pada pendidikan konvensional. Guru harus sudah mulai beradaptasi dengan e-raport. Semua administrasi di sekolah hampir semuanya bersifat digital. Termasuk daftar hadir berupa fingerprint. Tidak semua guru mahir dalam bidang tekhnologi komputer walaupun benda yang bernama notebook, laptop, atau tablet itu ada dihadapan guru-guru itu.

“Reza, maaf raport kamu saya tahan” ucap Aris pada Reza.

“Kenapa,Pa?” Tanya Reza. Murid tengil dengan segala keusilanya di kelas Aris.

“Nilai raportmu tidak bermasalah, Za. Tapi saya titip pesan, semester depan foto tenar kamu yang heboh itu jangan sampai tersebar di beberapa grup WhatsApp lagi. Jaga nama baik sekolahmu dan jaga sikapmu.” Aris menyampaikan sesuatu yang sungguh membuat Reza tertunduk malu akan kelakukannya diketahui Aris guru wali kelasnya.

Entah sedih atau tidak, Reza pamit sambil mencium punggung tangan Aris dan melangkah pergi meninggalkan Aris dengan tangan kosong. Yang jelas terbayang oleh Reza ketika sampai di rumah dan orangtuanya mendapati Reza tidak membawa pulang buku raportnya semester ini. Ya. Kejam. Aris demikian kejam pada Reza dan menahan buku raport hingga orangtua Reza datang ke sekolah.

Usai pembagian buku raport, Aris bergegas menuju lantai dua, didapatinya ruang perpustakaan masih berantakan dan buku-buku berserakan belum tertata sesuai kelasnya. PR Aris selanjutnya. Lalu menuju ke ruang Laboratorium IPA, tempat briefing literasi yang dijanjikan Aris pada murid-murid literasi bimbingannya. Keringat mulai bercucuran di tubuh Aris yang tinggi tegap. Aris tekan tombol kipas blower di ruang persiapan praktik IPA sambil menunggu murid-murid bimbingannya untuk mengembalikan buku novel dan cerita pendek milik sekolah.

“Wush.. wushh ..wush..” begitu bunyi baling-baling kipas angin itu ketika tersambung dengan listrik. Mendinginkan badan Aris yang mulai bercucuran keringat.

Satu persatu, murid-murid bimbingannya datang menghampiri. Mengembalikan buku-buku. Dan mendiskusikan rencana jelajah literasi selanjutnya.

“Pa, Granindya mau mengembalikan buku” Granindya datang membawa setumpuk buku novel menghampiri Aris.

“Gimana nilai raportnya, Nindya?” Tanya Aris.

“Alhamdulillah, sae. Nggih Pa. Terima kasih.” Jawab Granindya murid kelas depalan yang aktif di PMR dan dan bidang literas juga pandai berbahasa Inggis.

“Syukurlah. Silahkan isi buku jurnalnya di buku besar warna hijau” Aris merasa bangga memiliki murid seperti Granindya. Murid yang sedari nol mencintai buku-buku di sekolah. Dia tidak peduli pada teman-temannya yang sering menyapa dengan sebutan kutu buku pada dirinya.

Ketika beberapa murid yang tergabung dalam Literasi Kaca Geulis Patri Gumati telah ramai berkumpul. Aris memulai briefing untuk evaluasi kegiatan literasi satu semester yang telah berlalu dan merencanakan kegiatan literasi pada semester selanjutnya.

“Monggo, peputra kempal sedaya teng mriki. Kawula kresa nyriosi”

“Sekedhap nuwun inggih, Pa” Sahut Tegar, murid aktif PMR dan aktif pada literasi baca tulis.

“Sedhela ya, Pa” sahut Erlangga, murid aktif pada literasi budaya

“Bapak kresa nyriosi punapa? ngasta kami pamekenan kemawon” Tanya Tegar penasaran.

“Menawi dereng kempal sedaya, ugi taksih berisik kawula mboten miwiti ceriosipun” demikian Aris meminta kepada murid-muridnya dengan bahasa Jawa kromo.

Eh meneng meneng kabehe. krungokake kuwi, Bapak arep cerito” sahut Erlangga mengajak semua murid-murid untuk tenang dan duduk lesehan bersila di lantai keramik Lab IPA.

Kawula kresa nyriosi soal perjuangan Nabi Muhammad SAW, sadereng libur. Selama menyebarkan Islam, Rasulullah SAW mengalami masa sulit. Satu waktu beliau menuju Thaif untuk mengajak penduduk negeri itu memeluk Islam” Aris memulai cerita.

Lajeng punapa, Pa?” Tanya Tegar penasaran.

Thaif yaiku mukawis panggen ingkang sae. Negeri punika ijem sanget. Sekeliling negeri punika kebak kaliyan panggen penyulingan Anggur. Enten kathah kebon anggur ing ngrika. Rasulullah SAW ndugi para wargi Thaif badhe nampi ugi memeluk Islam mawi pitados kaliyan kenabian panjenenganipun. Ugi nyagedaken dukungan ugi bantuan saking piyambakipun sedaya, priyantun-priyantun kafir Mekkah mboten badhe wantun nggerahi panjenenganipun. Agami Islam pun badhe kedhawah ugi tambah kiyat. panjenenganipun tindak datheng Thaif sareng putra angkat panjenenganipun, Zaid. Sayangipun yektos priyantun-priyantun Thaif langkung parah daripada priyantun-priyantun Mekkah. Piyambakipun sedaya mbengoki ugi mencaci ngampeyan Rasulullah SAW. Para wargi Thaif murka sanget ugi ngendika,

“Tilaraken negeri kami ugi tindaka datheng pundi pun panjenengan kresa. Kami badhe nebihi pajenengan sasaged bokmenawi. Mereka tidak mau percaya orang itu adalah nabi. Piyambakipun sedaya mengutuk ugi mencaci ngampeyan Rasululloh SAW, ngantos panjenenganipun rumaos mboten nyaman. Akhirnya, piyambakipun sedaya berjajar teng kaping kalih sisi margi ugi melempari Rasulullah SAW, kaliyan sela. Ya, dengan batu Rasulluah SAW dilempari batu. Dan Zaid melindungi. Bebatuan menghujani beliau. Hingga kaki beliau berdarah. Beliau kesulitan berjalan dan bergegas meninggalkan Thaif. Zaid berjalan di dekat beliau seperti seorang penjaga. Ia berusaha melindungi manusia terbaik itu. Seluruh tubuh Zaid juga berdarah dan mereka beusaha lari dari serangan yang membabi buta itu. Rasulullah SAW berlutut di bawah sebuah pohon; beliau sangat lelah. Beliau kemudian menengadahkan tangan dan berdo’a.” demikian Aris bercerita sedikti tentang kejadian perjalanan Nabi Muhammad SAW di Thaif. Dan memperagakan sambil menengadahkan tangan berdo’a.

“Ya Allah! aku bisa menahan kesulitan apapun selama aku tidak mendapatkan murka-Mu. Ya, Allah! Hingga Kau meridhaiku, aku memohon ampunan kepada-Mu.” Demikian do’a yang diperagakan Aris dihadapan murid-muridnya. Kemudian Aris melanjutkan bercerita.

“Saat itu, bahkan dalam keadaan sakit, tetap berdo’a agar Allah mengampuni dan meridai beliau, Sang Pencipta Yang Agung, Yang Maha Tinggi, sudah pasti tidak akan membiarkan nabi-Nya berada dalam kekacauan semacam itu. Tentu saja, pahala yang akan Dia berikan atas pengorbanan dan kebaikan beliau sangatlah besar”

“Rasulullah SAW adalah nabi yang penuh kasih sayang. Dan beliau tidak ingin ada orang yang terluka atau tersakiti. Beliau menginginkan kedamaian. Beliau tidak bisa mengutuk penduduk Thaif meskipun mereka mencari maki, melempari batu dan mengusir beliau dari negeri itu. Beliau hanya menganggap mereka berlaku seperti itu karena mereka tidak bisa menggunakan akal sehat mereka. Beliau berharap setidaknya anak-anak mereka nantinya akan menggunakan akal sehat mereka untuk menemukan jalan yang benar”. Aris menyudahi cerita soal perjalanan Rasulullah SAW di Thaif dan menghela nafas dalam-dalam.

Punapa ingkang ngasta Pa Aris samekaten gundah kados sakmenika?” Tanya Tegar murid cerdas Aris dengan kepekaannya mencoba menangkap kegelisahan Aris dari cerita tentang perjalanan Rasulullah SAW itu.

Semua hening tak bergeming menunggu ucapan Aris guru kebanggaan mereka.

“Saya sebagai guru, bertanggung jawab mendidik dan mengajar untuk keberhasilan kalian semua. Dan itu memerlukan proses dan waktu. Dalam prosesnya mungkin tidak sekejam penduduk Thaif melempari manusia terbaik itu. Saya mengajak kalian untuk bersama-sama belajar sungguh-sungguh, bila pada saat proses belajar meliterasi apapun selama kita hidup menemui rintangan dan hambatan, tetaplah pada tujuan dan tetap memohon keridloan dari Sang Maha memiliki hati manusia. Untuk dibukakan, dimudahkan mendapatkan pembaharuan dan ilmu untuk kemaslahatan dalam hidupnya sendiri. Serta memaafkan orang-orang yang memandang sebelah mata pada kegiatan literasi ini. Kalian adalah duta-duta literasi yang akan menebarkan virus inovasi tentang cara meliterasi dunia dengan mendongkrak minat membaca buku yang rendah, menghalau segala hoax yang beredar merajalela tidak jelas di media sosial melalui literasi digital. Juga literasi budaya dan kewargaan yang harus benar-benar kalian pahami sebagai warga Negara Indonesia. Karena masa depan Indonesia ada tangan kalian sebagai generasi muda. Jangan putuskan do’a-do’a indah untuk semua nikmat yang diberikan Allah SWT kepada Indonesia.

Semua murid-murid tercengang dengan penjelasan Aris yang mengharu biru itu.

“Bapak mau kemana, sih?” Tanya Sarah.

“Engga kemana-mana. Saya akan mengajak kalian semester depan untuk lebih intens dan teliti dalam menyikapi apapun baik secara lisan atau digital. Mau kemana jelajah literasi kita kali ini?” Jawab Aris dan diakhiri dengan pertanyaan yang membuat murid-murid antusias.

Kresa kepundi, Pa?” Tanya Tegar lagi penasaran.

“Tunggu informasi di WAG, ya! Pastikan kalian ada quota untuk kegiatan literasi semester depan!” Jawab Aris kepada murid-murid semakin membuat penasaran.

“Ah, Bapak selalu saja begini, bikin kita deg deg deg sport jantung!” sahut Granindya.

Kawula sampun ngantosaken wau, sanes?” Aris menjawab komentar Granindya.

Nuwun inggih, Pa” sahut Tegar.

Murid-murid berpamitan pulang dan menunggu jelajah literasi yang akan dilaksanakan semester berikutnya.

Selang satu hari murid-murid libur sekolah, Aris masih saja dikejar-kejar sisa pekerjaan yang harus selesai sampai akhir Desember. Libur semester sedikit tersita untuk menyelesaikan pekerjaan tambahan Aris di sekolah dan mengisi materi penyusunan kurikulum dan RPP berbasis PPK pada beberapa In House Training (IHT) sekolah yang bernaung di bawah satu yayasan besar di Indonesia atas rekomendasi Dirjen Dikdas.

“Ting..” bunyi pesan masuk WhatsApp dari sesama pegiat literasi.

“di Perpusnas ada kegiatan hari Selasa, hayu berangkat!” Rangga dari wilayah negeri Ciampel, sahabatnya mengajak Aris turut serta.

“Ok, ketemu di sana!” jawab singkat Aris.

Aris segera mengabari kegiatan ini pada WAG literasi. Ini awal bagus untuk mengetahui kesiapan murid-murinya untuk meliterasi digital dan selanjutnya.

“Bismillah” Aris meneruskan pesan soal kegiatan di PERPUSNAS. Dan gayung bersambut. Beberapa murid-murid turut serta dan ini telah membuktikan keseriusan dan kesiapan mereka untuk meliterasi dunia secara digital. Senyum Aris mengembang karena bangga. Dan senyum itu menghiasi wajahnya dan kumis tipis yang bertengger indah semakin menambah wibawanya seorang guru. Demikian kesibukan Aris hingga akhir semester tahun pelajaran ini sebagai guru pembaharu. Aris adalah mutiara di dalam lumpur. Tetap bersinar walaupun banyak cerca yang didapatinya. Aris mencontohkan apa yang dilakukan Rasulullah SAW kepada murid-muridnya dalam menghadapi apapun selama proses meliterasi semua aspek dalam kehidupan mereka masing-masing.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Semangat pak Aris.

29 Dec
Balas

Terima kasih

29 Dec



search

New Post