Dewi Komalasari

Nama saya Dewi Komalasari, lahir di Subang tanggal 25 Desember 1981. Saya anak ke satu dari 5 bersaudara. Otomatis saya anak yang mandiri walau sesekali suka pe...

Selengkapnya
Navigasi Web

Ibu Pergi Ketika Saya Tidak Berada Di Sampingnya

Ibu, jujur saja kedekatan saya dengan ibu tidak sedekat saya dengan bapak. Dari kecil hingga menikah, bisa dibilang saya hanya menyusahkan orang tua. Saya dan suami tinggal dirumah orang tua saya. Oleh karena itu otomatis kami sering berselisih paham, ini mungkin karena saya menikah dengan laki-laki yang tidak sesuai dengan kriteria mamah.Saya paham setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk putra-putrinya. Jadi meskipun begitu saya sangat menyayangi beliau. Apalagi ketika dia mulai sakit-sakitan dan di tinggal bapak yang telah lebih dulu menghadap ilahi.Setelah kepergian bapak tanggung jawab saya bertambah, selain kedua anak saya, ada ibu dan adik saya yang harus aku tanggung. Sebelum menjalani semuanya, saya kira akan semakin berat beban hidup saya. Namun memang hidup seseorang kedepannya tidak ada yang tahu. Nyatanya keadaan perekonomian keluarga kami mulai membaik. Saya yakin Allah sudah mengatur semuanya.Akhir tahun 2016 saya mengandung anak ke-3. Bersamaan dengan itu kondisi ibu mulai memburuk, beliau sering ngedrop dan mulai bolak balik rumah sakit. Hingga usia kandungan saya 9 bulan, bukannya membaik, kondisi beliau malah semakin memburuk. Saya bingung, ketika kondisi ibu semakin memburuk, dokter memberikan jadwal operasi tanggal 3 Juli 2017, untuk proses melahirkan melalui operasi caesar , dikarenakan sesuatu hal. Itu berarti saya harus meninggalkan beliau di rumah.Melihat kondisi beliau saat itu, saya takut ibu pergi ketika saya tidak ada di rumah. Tapi saya mencoba menepiskan semua rasa takut itu. Saya menitipkan ibu pada adik ke 2. Saya merasa sedikit lega, karena selama saya pergi, beliau ada yang jaga.Minggu tanggal 2 Juli 2017, saya berangkat ke rumah sakit. Saya berpamitan dengan beliau, saya bilang " Bu, saya berangkat ya ke rumah sakit, do'ain supaya operasinya lancar dan juga ibu baik-baik di sini", dengan tatapan kosong beliau hanya menjawab dengan kata "iya". Saya jadi teringat ketika bapak hendak pergi. Ah...sudahlah, lagi-lagi saya mencoba menepis pikiran buruk itu. Dalam hati berkata mudah-mudahan saja beliau masih bisa bertahan sampai saya kembali ke rumah.Selama perjalanan ke rumah sakit, saya merasa tidak enak hati, saya hanya bisa berdo'a semoga semuanya baik-baik saja.Senin tanggal 3 Juli 2017, alhamdulillah proses operasi berjalan lancar. Tapi karena melahirkan secara operasi jadi tidak bisa langsung pulang, tunggu hingga jahitannya kering, baru boleh pulang minimalnya 3 hari setelah operasi.Selama di rumah sakit saya selalu kepikiran ibu. Sore harinya setelah operasi, adik dari rumah telepon, dia kasih kabar bahwa ibu ngedrop lagi dan sekarang sampai tidak sadarkan diri. Saya menangis mendengar berita itu, saya takut, kemungkinan terburuk terjadi. Saya hanya bisa meminta kepada Allah, jangan sekarang ya Allah...Hati mulai tidak tenang, saya mencoba berpikiran positif, mudah-mudahan hanya ngedrop biasa dan seperti biasanya semuanya akan membaik kembali, itu yang saya harapkan. Beberapa jam kemudian tidak ada kabar apa-apa dari rumah, saya pikir ini berarti bahwa ibu sudah kembali normal, tapi saya masih penasaran, kemudian saya telepon adik di rumah, dia bilang ibu baik-baik saja. Lega rasanya mendengar kabar tersebut.Hari pertama setelah operasi, malam itu saya tidur dari sore, suami saya keluar untuk menebus obat. Sementara suami di luar, saya kebangun, antara sadar dan tidak ibu datang menghampiri saya, yang sedang tergolek lemah di tempat tidur. Lalu dia duduk di kursi yang ada dipinggir tempat tidur. Lumayan lama beliau duduk di situ, seakan beliau menunggui saya di sana. Saya tidak kepikiran apa-apa saat itu, yang ada hanya rasa nyaman karena beliau ada disamping saya.Tapi ketika saya terbangun, benar-benar terbangun, ibu tidak ada di sana. Mungkin ini hanya ilusi. Setelah kejadian itu perasaan saya semakin tidak menentu. Apakah ini firasat?Keesokan harinya, saya tanya suami, barangkali ada kabar dari rumah. Dia jawab iya ada kabar, semuanya baik-baik saja katanya. Tapi kenapa perasaan saya masih saja tidak enak, ada apa ini?Semua orang menutupi kebenarannya karena mereka merasa tidak tega dengan kondisi saya yang lemah habis melahirkan. Mereka takut saya kenapa-napa.Kekhawatiran saya terjawab, +/- pukul 11.00 WIB saya buka-buka hp ternyata banyak pesan masuk yang belum dibaca, tenyata ucapan bela sungkawa dari temen-temen atas meninggalnya ibu saya. Ingin rasanya menjerit, tapi apa yang akan terjadi dengan jaitan diperut saya, sambil menangis saya mencoba tetap tenang. Ternyata apa yang saya takukan terjadi.Ya Allah..ini benar-benar terjadi, ibu juga meninggalkan saya, kini saya sudah tidak punya bapak dan ibu, kini saya yatim piatu. Sakit rasanya, bertahun-tahun kami tinggal bersama tapi ibu pergi ketika saya sedang tidak berada di samping beliau. Ingin pulang, tapi dengan kondisi seperti itu, saya belum diperbolehkan untuk pulang.Setelah saya tahu kabar ibu telah meninggal dunia, barulah suami berani cerita. Kalau ternyata sewaktu dia di luar orang rumah telepon, sepertinya ibu belum mau pergi sebelum bicara dengan saya. Makanya orang rumah telepon, ingin menyambungkan supaya ibu bisa bicara dengan saya. Tapi suami takut saya shock, jadi dia yang bicara dengan ibu, ibu memang sudah tidak bisa bicara tapi beliau masih bisa mendengar. Di telepon suami bilang "Bu, ini Irwan, Alhamdulillah Dewi baik-baik saja, operasinya berjalan dengan lancar, cucu ibu lahir dengan selamat, dan ibu jangan khawatir dan ibu jangan berat, icha (adik bungsu saya) nanti kami yang jaga, kami ikhlas".Percaya atau tidak, kata orang rumah setelah ada komunikasi di telepon, ibu meneteskan air mata, dan ketika telepon ditutup ibu langsung menghembuskan nafas terakhir.Innalillahi wainnailaihi rojiun..Tepat pukul 10.00 WIB ibu dikebumikan dan saya tahu kabar ibu sudah tiada pukul 11.00 WIB. Jadi ketika saya mendapatkan kabar tersebut ternyata ibu sudah dikebumikan. Sedih rasanya, ya Allah.. kenapa harus seperti ini kejadiannya. Kalau boleh meminta, saya ingin mendampingi ibu disaat-saat terakhirnya, seperti saya bisa mendampingi bapak disaat-saat kepergiannya.Tapi kembali lagi, ini memang sudah kehendak-Nya. Tidak ada yang bisa menolak takdir, mau tidak mau, suka atau tidak suka, kita harus menerimanya dengan ikhlas.Dihari ke 3 setelah operasi, saya sudah diperbolehkan pulang. Sementara menunggu suami membereskan administrasi, saya hanya menangis, yang terbayang dipikiran saya, ketika saya pulang, ibu sudah tidak ada di rumah. Ternyata disaat berpamitan itulah saya melihat beliau untuk yang terakhir kalinya. "Bu..maafkan saya karena tidak bisa menemanimu disaat-saat terakhir kepergianmu". Saya hanya bisa mendo'akan ibu, agar ibu tenang di sisi-Nya.Ya Allah ampuni dosa-dosanya, disengaja atau tidak disengaja, dari semenjak baligh hingga akhir hayatnya, terimalah amal ibadahnya, lapangkan kuburnya, terangkanlah kuburnya. Tempatkan dia di surga-Mu..Aamiin Allahuma Aamiin...Cipunagara, 26 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post