Sebagai pribadi dewasa yang dibesarkan dengan adat Jawa yang menjunjung tinggi nilai kesopanan. Ditambah dengan pendidikan agama yang pernah diperoleh di bangku madrasah sedikit banyak berpengaruh pada prinsip beretika.

Melihat perubahan sikap anak didik dari tahun ke tahun seringkali mengelus dada. Perilaku Anak-anak hari ini sungguh berbeda dengan anak - anak era 80-an. Dahulu anak didik memposisikan guru sebagai orang tua yang harus dihormati dan disegani. Saat ini guru adalah teman dan sahabat sebagai tempat curhat.

Saking dekatnya murid dengan guru terkadang sopan santun tak terjaga lagi, bahkan seringkali etika berbicara diabaikan. Hal ini terjadi karena murid berkomunikasi menggunakan bahasa tidak resmi. Bahasa sehari-hari yang digunakan murid dianggap lebih santai dan akrab. Bahasa daerah masing-masing juga masih menjadi pilihan utama saat berkomunikasi dengan guru dan teman sejawat

Guru sebagai pendidik memiliki peran penting sebagai agen untuk mengembalikan karakter positif anak didik. Membiasakan menggunakan bahasa Indonesia resmi baik saat kegiatan belajar mengajar maupun diluar pembelajaran. Jika anak didik sudah terbiasa berbahasa Indonesia dengan benar dengan sendirinya budaya berbahasa yang santun akan tercipta.

Tak lupa para penulis karya ilmiah dan sastra diharapkan memiliki kepedulian terhadap terciptanya budaya berbahasa yang santun. dengan menuangkan tulisannya dengan menggunakan bahasa yang berbudaya Indonesia. Sehingga apa yang kita tuliskan dapat memberikan pembelajaran berbahasa yang baik dan benar serta berdampak terhadap perbaikan budaya literasi yang santun.

Salam literasi santun