“SAGUSABU” adalah sebuah kata yang memiliki makna satu guru satu buku. Melalui SAGUSABU diharapkan peserata pelatihan dapat menulis buku yang akan diterbitkan oleh media guru. Kali ini saya mendapatkan tugas untuk menulis sejumlah tiga ratus kata, sebenarnya bingung saya mau nulis apa tapi tetap saja aku tulis. Jika melihat teman-teman mereka sangat serius menulis, karena kalau belum menulis sejumlah tiga ratus kata mereka tidak boleh pulang terlebih dahulu. Sehingga entah apa yang ditulis mereka terus saja menulis dan akupun demikian. Dengan di pandu oleh seorang nara sumber dari kota entah apa nama kotanya dan siapa namanya ah….saya lupa dengan nama kota asal dan namanya. Tapi saya masih ingat sekali dengan wajahnya yang bulat dan badanya yang bulat pula serata tidak terlalu tinggi. aku mau nulis apa lagi ya?. Entahlah aku tidak tau apa yang harus ku tulis. Oh ya…aku tau apa yang mau aku tulis sekarang. Bapak instruktur yang entah siapa namanya itu memaksa semua peserta untuk dapat menulis. Kata beliau jika tidak dipaksa tulisan tidak akan pernah jadi sehingga harus dipaksakan. Ide memang kadang hilang begitu saja tapi, katanya apa yang sedang kita pikirkan itulah ide. Jadi, tulis saja seketika. Tidak usah pakai kata nanti besok atau lusa nanti. Sagusabu mengajarkan kepada kita bahwa seseorang harus dapat menulis. Menurut nara sumber sagusabu jika seseorang meninggal haruslah meninggalkan sesuatu. Peserta yang mengikuti sagusabu bukan hanya guru saja bahkan anak SD kelas limapun ada yang mengukuti pelatihan ini. Karena pelatihan ini terbuka untuk umum. Harapannya adalah setelah ada pelatihan ini tidak ada produk gagal. Yang dimaksut dengan produk gagal adalah ikut pelatihan bersama sagusabu, tetapi tidak dapat menghasi8lkan buku. Semua yang mengikuti pelatihan harus dan wajib membuat buku sebanyak lima puluh halaman yang akan dijadikan koleksi di perpustakaan KEMENDIKBUD. Semoga semua dapat menghasilkan karya tulis setelah pelatihan ini.

Penulis adalah peserta sagusabu wonosobo.