Oleh : Dewi S

Sampai di rumah makan, di sana udah ada bapak, ibu, kakak, dan adiknya Alvan. “Kenalkan bu, bapak, Atna ini ibu bapak saya”, kata Alvan. Atna dan keluarganyapun memberi salam dan berkenalan. Keluarga Alvan juga membalas salam dan dilanjutkan makan bersama. Atna terlihat kikuk, dan kadang salah tingkah. Akhirnya diapun hanya makan dan tak banyak bicara.

Sambil makan kedua keluarga itu saling berbincang. Saling menanyakan tempat tinggal dan hal ringan lainnya. Tak terasa semua makanan habis disantap. Alvan dan ibunya langsung ke kasir, Atna dan ibunya terus mengikuti untuk membayar makanan, “Sudah bu, kami saja yang bayar”, kata ibunya Alvan dengan sopan. “Iya Atna gak papa, tenang saja”, kata Alvan menimpali perkataan ibunya. “Wah kami jadi gak enak kak”, kata Atna serba salah. “Sudah gak papa”, Alvan menepuk pundak Atna. “Baik kak, trimakasih”, kata Atna.

Selesai membayar keluarga Alvan pamit untuk pulang ke Magelang, ternyata kak Alvan dari Magelang. Namun Alvan tak ikut dengan keluarganya, karena harus membereskan barang yang ada di kosannya, juga masih ada beberapa urusan yang harus di selesaikan. Atna dan keluarganya juga pamit untuk pulang ke rumah.

Sepanjang perjalanna Atna diledek oleh adiknya, “Aku mau pilih yang mana?”, kata adiknya. “Bingung-bingung”, katanya lagi. “Buat aku aja mbak yang satu, mana aja mau deh”, katanya lagi. “Apaan sih kamu”, kata Atna sambil menabok pundak adiknya. “Bingung yang mbak mau pilih siapa”, kata adiknya menegaskan. “Kok bisa kebetulan ya, berdua saudaraan”, kata Atna. “Untung dua-duanya orang yang baik dan sabar”, kata Atna. “cie.. mulai menyanjung nih”, kata adiknya. “Iya beneran, dua-duanya baik banget tau”, kata Atna. “Kalau gak kan pasti akan berantem dan gak akur gitu”, kata Atna lagi. “ Yang satu sudah lulus nih kuliahnya yang satunya entar jadi dokter loh mbak”, kata adiknya lagi. “Kalau ibu mau yang mana bu?” tanya adik Atna. “Ibu sih terserah mbak saja”, kata ibu Atna. “Yang penting mbak cocok”, kata ibu lagi. “Iya benar dua-duanya anak yang baik dan sopan”, kata ibu. “Aku mau daftar ngajar dulu bu”, kata Atna. “Mau coba cari pengalaman”, kata Atna. “Iya bagus mbak”, kata ibu.

Tak terasa mobil sudah sampai di depan rumah Atna, merekapun turun dan beristirahat. Sementara Alvan dan Andra menuju kosan Alvan. Sambil jalan mereka masih membicarakan masalah Atna. “Mas sebaiknya Atna sama mas Alvan saja ya”, kata Andra. “Loh kok kamu bicara begitu Dra”, kata Alvan. “ Kasihan juga Atna kalau harus memilih kita”, kata Andra. “Gak papa mas, Atna sepertinya juga memberikan kesempatan kepada mas Alvan”, kata Andra. “Kasihan juga Atna harus terpisah terus dengan aku, akupun kadang sangat sibuk sampai tak pernah memberi kabar padanya”, kata Andra lagi. Alvan tertunduk, sepertinya berpikir apa yang harus dia lakukan yang terbaik. “Tapi, aku mau mas Alvan jangan mengecewakan dia ya”, kata Andra. “Alvan belum juga mengiyakan semua perkataan Andra. “Sudah mas nanti aku yang bicara sama Atna”, kata Andra. Sampai tak terasa mereka sudah sampai di kosan Alvan. “Malam ini kamu nginep sini saja Dra”, kata Alvan. “Iya mas, besok baru saya ke rumah Atna”, kata Andra. Merekapun membersihkan badannya dan kemudian istirahat setelah seharian mengikuti prosesi wisuda.

Bersambung....

Jakarta, 240422