Oleh : Dewi S

Tak terasa kenaikan kelas sudah dilalui Atna, di kelas Dua SMPN Atna satu kelas dengan Sri teman sekampungnya, karena di kelas dua kelasnya diacak, sehingga banyak teman baru bagi Atna. Bagus juga sekolahnya melakukan hal tersebut, sehingga banyak teman yang bisa dikenalnya, tidak hanya teman satu kelas saja.

Sekolahnya yang mempunyai lapangan yang sangat luas, bahkan merupakan lapangan Sepak Bola, sehingga saat upacara bendera, bisa semua siswa berada di lapangan, jaraknyapun bisa lebih lega. Karena memang banyak sekali sekolah yang di kampung yang mempunyai halaman sekolah cukup luas.

Saat olah ragapun tinggal pilih tempat dimanapun, bahkan bisa berbarengan dengan beberapa kelas. Serunya lagi bila akan olah raga, maka guru olahraganya minta selalu lari mengelilingi lapangan sebanyak lima kali. Karena lapangannya luas maka dengan pemanasan lari lima kali ya sudah panas benar. Guru olah raga Atna, seorang laki-laki, beliau sangat seru kalau mengajar, banyak cara beliau lakukan agar siswanya tidak bosan, makanya banyak siswa yang senang berolah raga dengan beliau. Kala itu olah raga yang dipilih adalah bola Voli, kami menyiapkan sendiri net dan tiangnya, Gurunya selalu memberikan contoh cara servis, smas, posisi menerima bola, menahan bola, semua diajarkan olehnya. Setelah beliau memberikan contoh, beliau terus meminta siswa melakukannya, “ Nanik, ayo kamu coba servis”, kata beliau. Nanikpun langsung menjawab,” baik pak”, dan segera mencari bola dan melambungkan bolanya melewati net. Berikutnya Atna dan teman yang lain juga diminta untuk mencoba servis, smas, maupun menerima dan menahan bola.

Pak Sumardi guru Olah Raga tersebut memang sering meminta Nanik untuk melakukan Olah raga setelah beliau memberikan contoh, karena Nanik ini, anaknya yang berani, berpawakan tinggi besar, Nanikpun senang sekali berolah raga, bukan hanya Voli dia pintar, namun setiap olahraga lantai, koprolpun Nanik yang diminta melakukan yang pertama, disaat teman-temanyan tidak berani lompat di matras, Naniklah yang memulai dan memberikan semangat teman-temannya. Bahkan saat olah raga Rol depan di atas matras, banyak sekali anak lelaki yang tidak berani, apalagi anak perempuan.

Pak Sumardilah yang selalu memberikan motivasi kepada seluruh siswanya agar berani mengembangkan kemampuannya. Mungkin juga karena pak Sumardi menjadi staf kesiswaan sehingga, beliau juga dekat dengan siswanya. Di luar jam pelajaran sering beliau berbincang santai dengan siswanya. Seperti saat Atna dan beberapa temannya berkumpul, pak Sumardi berkata, “ Atna cita-citamu apa?”. Atna menjawab, “ Pingin seperti bapak, jadi guru”. “ Mengapa kamu pingin jadi guru Atna?” tanya pak Sumardi menelisk. “ Mmm, menjadi guru bisa ngajarin orang pak”, kata Atna. “ Kalau mau ngajarin orang tak perlu jadi guru Atna”, kata Pak Sumardi. “Terus bagaimana pak?’ tanya Atna. “Nanti kamu pikirkan lagi jawaban apa yang tepat mengapa kamu pingin jadi guru”, kata Pak Sumardi. Temannya Atna yang lain pada heran kenapa Atna pingin jadi guru, padahal jadi guru itu kan gajinya kecil. Banyak temannya yang lain bercita-cita menjadi dokter, ABRI, bahkan ada juga yang ingin menjadi pengusaha. Impian anak SMP yang penuh dengan hayalan. Hayalan yang mungkin suatu saat menjadi kenyataan. Jalan masih panjang dan perlu perjuangan.

Banyak guru SMP Atna yang masih muda, sehingga menjadikan Atna dan teman-temannya semangat untuk mengikuti pelajaran, dengan berbagai metode gurunya memberikan materi dan tugas, walaupun masih terbatas dengan kondisi yang belum modern, namun membuat siswanya mudah mengerti apa yang gurunya berikan. Kasih sayang guru yang diberikan kepada siswanya membuat siswa juga merasa betah di sekolah, lingkungan sekolah yang nyaman juga menambah senangnya siswa belajar di sekolah.

Bersambung

Jakarta, 270322