Oleh : Dewi S

Atna tidak langsung manjawab, namun dia tersenyum, "Kok malah senyum", kata Alvan. "Apa artinya sudah siap nih?", tanya Alvan memberodong pertanyaan kepada Atna. Akhirnya Atnapun mengangguk tanda setuju. Alvanpun tanpa sadar memeluk Atna dengan erat sambil membisikkan kata "Trimakasih sayang". "Mas", kata Atna. "Eh , maaf aku reflek, saking senangnya", kata Alvan. "Malu dia lihatin orang mas", kata Atna berbisik.

Alvan dan Atna berjanjian untuk ketemu Minggu depan untuk mbicarakan kelanjutan hubungan mereka.

Hari kerja berikutnya Atna dan Alvan menjalankan tugasnya mengajar, mereka sangat tak sabar menunggu hari minggu, sampai suatu hari masih hari Kamis Alvan berangkat kerja salah kostum, harusnya dia memakai baju batik, karena terus saja memikirkan hari minggu maka dia sudah menggunakan baju koko putih untuk mengajar, Alvan baru sadar setelah melihat rekan kerjanya, "Kok semua pada pakai batik ya", kata Alvan dalam hati. Benar juga setelah masuk ruang guru, rekannya ada yang nyeletuk, "Sudah siap nih pak Alvan",. Alvanpun belum paham apa yang dikatakan temannya. " Wah sampai lupa pakai bajunya", temannya yang lain berkata. "Oh iya hari ini kan masih Kamis", kata Alvan dalam hati. Pantesan dia kok beda sendiri. Namun Alvanpun tak kalah alasan, "Hari ini mau langsung foto buat nikah bu", kata Alvan sambil ketawa, menutupi kelupaannya. "Oh sudah mau nikah to", kata temanya yang lain. "Sudah bu, itu sudah bel, ayo kita masuk kelas", kata Alvan mengelak.

Alvan dan guru yang punya jam di kelas langsung bubar dari ruang guru untuk mengajar. Kebetulan memang Alvan diangkat PNS tetap d i sekolah yang tadinya dia honor. Sehingga Alvanpun lebih bersemangat dalam mengajar, apalagi sebentar lagi dia bisa bersanding dengan Atna, gadis pujaan hatinya.

Demikian juga dengan Atna, dia juga sangat menunggu hari Minggu untuk bertemu dengan Alvan membicarakan tentang lamaran dan selanjutnya pernikahannya. Saat itu memang usia Atna masih 23 tahun, Kalau sudah jodoh tak kan ke mana. Apa yang menjadi lamunan Atna, sebentar lagi terkabul, mempunyai pendamping hidup yang ganteng, tinggi, baik, sabar, pengertian pokoknya pria idaman banget. Dia jadi ingat dengan Andra teman SMA nya dan sekaligus saudara Alvan. Andra tak salah menyerahkan Atna kepada Alvan, Alvan memang sudah siap untuk menikah, sedangkan saat inipun Andra belum selesai kuliahnya. Dia tak mau Atna menderita, bila bersama yang lain. Inhin rasanya bertemu dengan Andra, untuk mengungkapkan rasa bahagianya, serta mengucapkan terimakasih atas semua kebaikan Andra selama ini. Namun hanya suratlah yang dia tuliskan, rencana yang akan dia lakukan bersama Alvan, Atna juga meminta maaf atas semua kesalahan yang mungkin dulu tak dia sadari, serta mengucapkan terimakasih apa yang telah Andta berikan semua kepadanya. Tak terasa air mata Atna mengalir dengan deras, dia sendiri tak tahu apa arti air mata ini, rasa bahagia akan menikah dengan Alvan ataukah sedih meninggalkan Andra. Semua campur aduk jadi satu. Suratpun dia kirim ke kantor pos setelah pulang mengajar.

Banyak pekerjaan yang harus Atna selesaikan, mengoreksi tugas yang dia berikan, namun Atna tak merasakan lelah, apalagi terus saja dia menunggu pertemuannya dengan Alvan. Hampir setiap minggu dia bertemu Alvan, namun minggu ini sangatlah dinanti, pembacaraan serius yang akan Atna lakukan bersama Alvan. Sangat menumbuhkan semangat kerja yang luar biasa.

Bersambung.....

Jakarta, 180522