Melestarikan Bahasa Ibu (TAGUR HARI KE 85)
Oleh: Padma Dewi S
Berbagai macam bahasa daerah yang ada di Indonesia merupakan kekayaan budaya yang harus dilestarikan. Sebagai putra daerah tetap harus mengenal dan menggunakan dalam kehidupan sehari- hari. Walaupun hidup dalam perantauan, bahasa daerah tetap digunakan agar tidak punah.
Bahasa ibu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat. Ibulah yang menjadi madrasah pertama untuk mengajarkan agar anak bisa berkomunikasi dengan orang lain. Ibu mengajarkan bahasa Isyarat yang kemudian berbicara menggunakan bahasa yang ibunya gunakan.
Banyak anak – anak sekarang yang tidak mengenal bahasa daerah dari orangtuanya karena mereka tidak dibiasakan maupun diajarkan untuk berbicara dengan bahasa tersebut. Apalagi yang hidup diperantauan, mereka berbicara langsung dengan bahasa Indonesia. Kalau diajak bicara biasanya tidak bisa menjawab dengan bahasa yang sama walaupun mereka mengetahui maknanya.
Bahasa Jawa salah satunya yang menjadi aset budaya yang harus dilestarikan, khususnya di Yogyakarta. Bahasa Jawa tidak jauh berbeda dengan bahasa Jawa di tempat lain. Masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya mengenal yang namanya unggah-ungguh. Dalam bahasa Indonesia unggah-ungguh dapat diartikan sebagai tingkatan bahasa dalam penggunaannya. Jadi penggunaan bahasa ini disesuaikan dengan siapa lawan bicaranya. Ada empat tingkatan bahasa Jawa di Yogyakarta, yang pertama bahasa Ngoko lugu, bahasa ini biasa digunakan dari yang tua ke yang muda, atau yang seusia yang sudah akrab, biasanya juga digunakan oleh majikan ke pembantunya. Contohnya, “Kowe arep neng dhi?” dalam bahasa Indonesia, “ Kamu mau ke mana ?”. Kedua bahasa ngoko alus, bahasa ini setingkat lebih tinggi dari ngoko lugu, biasanya ini digunakan untuk komunikasi dengan orang yang sudah akrab, misalnya komunikasi dengan rekan sekantor. Contohnya, “Jenengan tindak pundhi ?”, Bahasa Indonesianya, ”Kamu pergi ke mana?”. Berikutnya bahasa Jawa Kromo, bahasa Kromo dibagi lagi dengan Kromo lugu dan Kromo Inggil. Kromo lugu merupakan tingkatan dasar Kromo, Kromo lugu biasa digunakan berkomunikasi dengan orang yang usianya lebih tua, atau berkomunikasi dengan rekan yang belum akrab. Contoh, “Kulo nembe adus toyo anget”. Artinya, “Saya sedang mandi air hangat”. Kromo Inggil, merupakan tingkatan tertinggi dari bahasa Jawa, Kromo Inggil juga digunakan berkomunikasi dengan orang yang lebih tinggi baik usia maupun kedudukannya, Berkomunikasi dengan orangtua sebaiknya juga menggunakan bahasa kromo inggil, Kromo Inggil ini terutama digunakan oleh abdi Kraton kepada raja maupun keluarga raja.Contohnya, “Ibu ngunjuk es degan”. Arti bahasa Indonesianya, “ Ibu minum air Kelapa”.
Untuk melestarikan bahasa Jawa, penulis biasanya sering menggunakan di rumah dengan keluarga dan anak, walaupun mereka tidak bisa namun bisa mengerti apa yang dimaksudkan. Bahasa Jawa juga sering digunakan di Sekolah bila ngobrol santai denagn rekan yang berasal dari Jawa. Kadang menggunakan Jawa ngoko bila berkomunikasi dengan yang lebih muda, bahkan bila berkomunikasi dengan yang lebih sepuh menggunakan Kromo lugu.
Marilah kita lestarikan bahasa daerah yang kita miliki, tidak usah malu menggunakan bahasa daerah, terutama bila berada di peantauan, kalau perlu kita ajak pula orang lain agar mempelajari dan menggunakannya. Tidak ada salahnya juga mempelajari bahasa daerah lain untuk menambah perbendarahan bahasa yang sudah dimiliki, serta bisa mengenal budayanya. Bila semua mempunyai keinginan melestarikan budaya sendiri, maka tidak akan diakui ataupun diambil oleh negara lain.
PROFIL PENULIS
Rr Padma Dewi Susilawati, M.Pd., Lahir di Sleman, 16 Juni 1971. Bekerja sebagai Kepala SMPN 82 Jakarta, selalu ingin belajar menulis. Memiliki buku antologi 16, menunggu 4 lagi yang belum keluar, No HP. 081310078517, Alamat email [email protected], FB: facebook.com/padma.dewi.77, IG : @dewiq_svs.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sepakat dengan tulisan Bunda. Sukses nggih. Salam ta'dzim dan salam literasi
Trimakasih bunda Fairuzah, salam sehat selalu
Trimakasih bunda Fairuzah, salam sehat selalu
Trimakasih bunda Fairuzah, salam sehat selalu
Keren Bun, semoga lolos.
Trimkasih bunda Sry, salam sehat selalu
Trimkasih bunda Sry, salam sehat selalu
Trimkasih bunda Sry, salam sehat selalu
Keren menewen tulisannya. Semoga jadi pemenang ya, Bun.
Trimkasih bunda Rosmalinda, salam sehat selalu
Trimkasih bunda Rosmalinda, salam sehat selalu
Trimkasih bunda Rosmalinda, salam sehat selalu
Keren banget
Trimkasih bunda Fifit, salam sehat selalu
Trimkasih bunda Fifit, salam sehat selalu
Trimkasih bunda Fifit, salam sehat selalu
Alhamdulillah sudah tayang
Alhamdulillah sudah tayang
Alhamdulillah sudah tayang
Alhamdulillah sudah tayang
Ulasan yang sangat keren dan mantab bu Dewi semoga semakin sukes selalu
Trimakasih pak Supriyanto, salam sehat selalu
Trimakasih pak Supriyanto, salam sehat selalu
Trimakasih pak Supriyanto, salam sehat selalu
Trimakasih pak Supriyanto, salam sehat selalu
Keren Bun.. salam kenal
Trimakasih bunda Nanik, salam sehat selalu
Trimakasih bunda Nanik, salam sehat selalu
Trimakasih bunda Nanik, salam sehat selalu