Diah Putri

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Senyum Semangat dan Tawa Hangat

Pertama mendengar Kalimantan Tengah, yang terlintas dalam imajinasiku adalah horor. Ya, suatu tempat yang sebelumnya tidak pernah kubayangkan akan kudatangi. Bermacam cerita seram tentang pulau terbesar ketiga di dunia setelah Green Land dan Papua Nugini ini, sempat menyurutkan niatku. Konflik antar suku yang pernah membara di masa lalu menciutkan nyaliku. Dalam benakku tak pernah sedikitpun terlintas untuk mengabdi di tempat yang akhirnya terasa begitu istimewa bagiku ini. Aku perlu membulatkan tekad dan benar-benar meyakinkan diri sendiri untuk akhirnya membuat keputusan. Dan kini, di sinilah aku berbagi ilmu dan mencari rejeki.

Profesi guru di daerahku tidaklah menjadi profesi yang menjanjikan bagi sebagian orang yang menginginkan gaji besar. Persaingan yang ketat juga ketersediaan lapangan kerja yang terbatas semakin mendesak jiwa bebasku. Kebosanan karena terlalu lama menganggur dan menunggu panggilan wawancara membuatku mengambil satu keputusan besar. Berbekal sebuah tawaran dari seorang kerabat, aku berangkat mengantongi tekad. Perjalanan seorang gadis bungsu yang baru pertama kali pergi jauh sendiri dimulai dari kota kecil Sampit. Sebuah sekolah swasta di balik rimbun pelepah sawit mengawali perjuanganku. SMP Tunas Agro menjadi saksi bisu aku membagi ilmu dan pengalaman dengan siswa-siswaku.

Kehidupan di sini memang tidak separah yang kubayangkan, tapi akses untuk bisa mencapai kota Sampit sedikit sulit untuk orang baru sepertiku. Aku harus menyusuri hamparan kebun sawit tanpa ujung sejauh 25 km diselimuti debu tebal yang menghalangi pandangan. Namun semua itu akhirnya terbayarkan oleh mereka, senyum siswa-siswaku.

Mengajar di tempat asing dan jauh dari hiruk-pikuk perkotaan membuatku tersadar. Pemerataan pendidikan di Indonesia masih jauh dari harapan. Keterbatasan fasilitas dan akses menuju sekolah yang menghambat para siswaku menuntut ilmu. Aku benar-benar membuktikannya. Banyak dari siswa-siswaku harus bangun jam 3 pagi untuk bisa datang ke sekolah tepat waktu. Mereka harus sudah siap menunggu bus jemputan jika tidak ingin ketinggalan dan sampai di sekolah tepat waktu. Karena itulah, tak jarang kutemui wajah lesu dan mengantuk di kelasku ketika pelajaran sedang berlangsung. Aku berusaha memaklumi itu, karena bagiku, semangat mereka untuk tetap datang ke sekolah saja sudah sangat luar biasa.

Bukan hanya hal semacam itu yang kutemui di kelas, kadang kala kutemui siswa yang dalam satu bulan hanya masuk satu kali saja. Kenapa? Karena jarak dari rumahnya ke sekolah sangatlah jauh, seringkali mereka tak hadir di sekolah. Sistem perijinan pun dilakukan lebih sederhana, orang tua siswa yang bersangkutan menghubungi wali kelas melalui sms. Bukan karena malas membuat surat, tetapi untuk datang menyampaikan surat izin anaknya akan lebih sulit mengingat jarak rumah mereka dengan sekolah.

Dulu ketika aku masih di Pulau Jawa, aku tidak pernah membayangkan akan menemui hal-hal seperti ini. Aku tidak akan melihat kehidupan lain di duniaku yang serba ada. Namun sekarang aku mulai mengerti mengapa pendidikan di daerah yang jauh dari ibukota tidak semaju kelihatannya. Bukan karena anak-anak di sini tidak pandai dalam menerima pelajaran, tapi karena akses untuk mengenyam pendidikan yang sulit mereka dapatkan. Aku merasa sudah melakukan hal yang benar, membagi ilmuku kepada mereka siswa-siswaku yang penuh semangat. Mereka yang rela meluangkan waktu mereka sedikit lebih banyak untuk bisa mendapatkan pendidikan.

Semangat mereka yang menjadi alasanku untuk tidak berhenti belajar. Dari mereka aku tahu betapa berharganya pendidikan yang sudah mampu kuraih. Dari mereka aku lebih bisa menghadapi segalanya dengan senyuman, menghormati setiap perbedaan, dan memahami sisi lain budaya Indonesia yang tidak semua orang dapatkan.

Salam semangat dari tanah Borneo, Seruyan Kalimantan Tengah. Ini kisah merantauku, mana kisahmu?

Penulis adalah peserta SAGUSABU Sampit

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kerennn Undaaa.....hahahahah

23 Aug
Balas

Oppa, please deh, ahahhaha

24 Aug



search

New Post