Dian Afmiza

Seorang guru di Kota Batusangkar, Sumatera Barat. Dulu pengajar Bahasa Inggris, sekarang guru kelas di SD....

Selengkapnya
Navigasi Web
Bagian 3  Lantai Malam dan Sepasang Mata Kuning (Sosok di Lorong Misty Asrama Pelangi)
https://www.uniqhotels.com/alila-diwa-goa

Bagian 3 Lantai Malam dan Sepasang Mata Kuning (Sosok di Lorong Misty Asrama Pelangi)

Tantangan Hari ke-33

#TantanganGurusiana

Gemuruh tawa menutup kelas yang baru saja diakhiri oleh salah satu Narasumber yang sangat enerjik, kreatif dan menyenangkan. Berbagai lelucon “berisi” disampaikan untuk menghidupkan suasana belajar hari ini. “Jadi gaes... kreatifitas kita butuhkan untuk semua kegiatan kita sehari-hari agar menjadi menarik!” Narasumber menutup kelas dengan bahasa kekinian yang langsung disambut riuh tepuk tangan peserta.

Satu-persatu peserta diklat mulai meninggalkan kelas. Ada beberapa orang yang langsung ke ruang makan untuk menikmati makan siang, ada sebagian yang langsung ke musholla untuk melaksanakan sholat dan ada yang singgah dulu ke kamar untuk keperluan pribadi. Nana, Marwah dan Tania bergerak ke arah musholla tandanya mereka akan melaksanakan sholat dulu. “Na, kamu lihat Fattan, ga?” Tania bertanya pada Nana. “Kalau waktu-waktu begini Fattan pastinya di musholla. Diakan selalu langsung menuju Masjid kalau suara azan sudah terdengar.” Nana menjawab. “Wah, pas banget kalau gitu, aku mau memberikan peralatan ini untuk tugas kelompok kami.” Tania berkata sambil menunjuk kantong berisi barang yang sedang ditentengnya. Tania memang satu kelompok dengan Fattan, sementara Nana dan Marwah satu kelompok dengan Rayhan.

Menjelang memasuki musholla, mereka melihat Fattan dan Rayhan berjalan beriringan baru selesai sholat. “Tan, ini bahan-bahan untuk tugas kelompok kita. Kamu bawa aja ke kamarmu dulu. Nanti malam kamu bisa langsung kerjakan tugas yang bagian kamu.” Tania langsung menyodorkan kantong plastik itu pada Fattan. “Oke Tania, aku akan taro ini dulu dikamar. O Ya, kalian sholat dulu, kita bareng aja ke ruang makan habis ini, ntar kami tunggu di loby asrama.” Nana, Marwah dan Tania mengangguk serempak dan langsung memasuki musholla.

“Ayo, kita lewat jalan pintas ini aja ke ruang makannya.” Fattan memdahului mereka berjalan menuju ke arah lorong Misty. Rayhan, Nana dan Marwah saling bertukar pandang dan tetap mengikuti kearah Fattan berjalan. “Tan, kamu udah tau, kalau jalan ini melewati lorong misty? Katanya agak serem kalo malam, soalnya ga ada lampu yang nyala di sana.” Marwah mewakili kedua temannya membuka pembicaraan dengan Fattan. “Ya, aku dengar lah. Itu cerita tentang mata berwarna kuning yang sering melayang dan menatap setiap orang yang lewat kan?” Fattan memberi konfirmasi. Kalau diperhatikan, di belakang asrama ini ada hutan kecil. Dua hari yang lalu aku melihat seekor burung hantu yang sedang bertengger di pagar dekat lorong misty. Aku rasa yang dilihat beberapa teman yang lewat di sana malam hari adalah mata burung hantu itu!” Fattan menjelaskan dengan tenang. “Oalaaaaahhh... burung hantu tooh?”.... Rayhan, Nana dan Marwah serempak menjawab. Wajah mereka nampak sangat lega sekarang. Dan benar saja, saat melewati lorong misty, mereka melihat ada seekor burung hantu yang sedang tidur di sebuah tonggak pagar.

Dengan perasaan senang mereka menuju ruang makan dan menghabiskan makan siang mereka dengan lahap. Sambil makan mereka tetap berbincang seru satu sama lainnya. “Haha. Berarti kita bisa bebas lewat lorong misty tiap malam dong, sekarang. Ternyata itu hanya mata burung hantu.” Nana menyahut lega. “Setuju! Karena kita sudah mengetahui hal yang sebenarnya, kita tinggal nyalain senter di Hp kalau ingin melihat lorong jadi agak terang.” Rayhan merespon dengan riangnya.

Setelah sholat magrib dikamar mereka, Nana dan Tania berjalan beriringan menuju ruang makan tepat pukul 18.30. Mereka memilih jalur pendek alias lorong misty. Tak ada lagi rasa takut yang mereka simpan. Begitu melewati lorong misty, mereka berusaha menghidupkan senter Hp agar lorong terlihat agak terang. Setelah mengutak-atik Hp mereka, tetapi senter tetap saja tidak menyala. Semilir angin mulai berhembus lembut saat mereka memasuki lorong misty. Namun tiba-tiba desau angin bertambah kencang! Sebuah bayangan hitam melayang di depan mereka. “Itu burung hantunya!” Nana berseru kaget. Tania mengiyakan tapi bulu kuduk mereka tetap berdiri. Sepasang mata kuning tampak oleh mereka berada di sebuah dinding gedung yang gelap. Pastilah si burung hantu bertengger di sana, pikir mereka. Namun saat akan melangkahkan kaki kembali, mereka juga melihat sepasang lagi mata kuning yang berada tepat di lantai di depan mereka!

Keduanya langsung balik kanan dan berlari kencang kembali ke asrama.

Tamat

Batusangkar, 23 Februari 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantul bu karyanya...lanjutkan

25 Feb
Balas

Wah.. kreatif buanget... Berkaryalah terus bu Dian. Your right brain works well.

24 Feb
Balas

Terimakasih bu enggra... I'll make use both of them... thank you for the support, barokallahu fiik

25 Feb

Kereb bu.smg sht sll

25 Feb
Balas



search

New Post