Dian Arifianti

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Semua Belajar, Prosesnya Bisa Berbeda

Semua Belajar, Prosesnya Bisa Berbeda

“Ok semua silahkan mencari tempat secara berkelompok dan keluarkan barang-barangnya”, aku memberi instruksi kepada murid-muridku. Mereka kemudian mencari tempat secara berkelompok. Mulailah ramai terdengar celotehan mereka. Satu sama lain mulai sibuk mengeluarkan bahan dan peralatan masak.

Kemudian terdengar salah seorang muridku bertanya kepada temannya.

“Kamu bawa kompor, tapi ga bawa gasnya. Terus gimana type nyalain kompornya?”

Aku menoleh ke arah sumber suara. Oooh ternyata, kelompok comro membawa kompor tanpa gasnya. Keningku mulai berkerut dan mata mulai menyipit. Rasanya mulai ada yang menggelitik di hati, mencari jalan untuk dilepaskan. Maka kutarik nafas panjang dan menghelanya perlahan-lahan.

“Iya tuh kelompok kamu kok ga bawa gas. Gimana dong madaknya nanti?”

“Iya lupa. Boleh ga pinjem gas kelompok kalian?”

“Boleh. Tapi nanti yaa kalau kelompok kami udah selesai.”

Satu masalah terselesaikan.

Tidak lama kemudian, terdengar lagi kalimat yang membuat aku kembali menoleh.

“Ini buatnya pake apa sih ?”

Naaah kali ini benar-benar membakar emosi. Rontaannya semakin keras untuk minta dilepaskan. Sumbu kesabaran yang memang sudah pendek rasanya semakin memendek karena sang bara api mulai membakarnya sedikit demi sedikit. Saat aku masih sibuk menata hatiku, terdengar suara memanggilku.

“Bu Pipin, sebenarnya aku harus bawa apa siih?”

Ooo naaakk, tahukah kamu, ini bagaikan api yang menyulut sumbu kesabaranku yang memang tidak panjang. Betul-betul menguji kesabaran. Kok bisa, mau masak tapi tidak tahu bahan yang mau dipakai.

“Lho kok kamu tanya aku. Lha kelompok kamu mau masak apa?”

“Kelompokku masak comro dan misro. Tapi aku bingung pakai singkong atau ubi.”

“Kamu bawanya apa?”

“Kelompok aku belom bawa.”

Oooo habis rasanya sumbu kesabaranku terbakar. Rasanya sebentar lagi ledakan amarah itu akan terdengar. Mungkin mataku sudah melotot, urat-urang di keningku sudah menonjol dan mukaku mulai memerah. Namun sesaat kemudian, lintasan lain masuk dalam kepalaku. Yang paling mudah adalah mwmbiarkan sang amarah melepas kekangnya, melampuaskan hasratnya. Tapiiii .... apa yang kudapat? Apa yang murid-murid dapat? Belajar apa mereka dari kejadian ini? Makaaa kuhela nafas panjaang untuk mengendalikan sang amarah yang siap mengamuk. Susah payah kuatur emosi yang siap untuk dilepaskan laksana peluru dari moncong senapan.

“Ok, kalau gitu, kamu sekarang mau apa?”

“Kayaknya harus beli bahannya deh.”

“Emang bawa uangnya?”

“Bawa kok.”

“Terus kamu udah tau mau beli apa?”

“Sekarang sih udah tau.”

“Mau beli apa?”

“Beli simgkong.”

“Ok. Kamu boleh pergi beli singkong sama teman-temanmu. Tapi tidak boleh beli di warung yang harus nyebrang jalan yaaa.”

“Ok bu Pipin.”

Maka berangkatlah para pembelajar cilik ini mencari singkong di warung dekat sekolah. Setelah 5 menit, partnerku menyusul untuk mengawasi murid-murid kami.

Hari ini aku kembali bamyak belajar dari murid-muridku yamg hebat. Tugas memasak tidak berjalan semulus yang diharapkan. Aku belajar sangat untuk meregulasi emosiku. Betul-betul harus berusaha keras.

Aku juga yakin murid-murid hebatku belajar banyak hari ini. Mungkin mereka tidak selesai memasak.seperti kelompok lain. Tapi mereka belajar hal lain. Mereka belajar untuk bertanggung jawab dan mencari solusi untuk kelalaian yang mereka lakukan.

Saya bangga bahwa mereka bertanggung jawab dan berusaha mencari solusi untuk hal tersebut. Saya tahu, bukan hal yang mudah, tapi mereka tidak menyerah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Harus percaya bahwa anak mampu mengatasi masalah anaknya.

20 Aug
Balas

Betul pak

20 Aug

Subhanallah, perlu kesabaran yang luar biasa ya bu...salut.

20 Aug
Balas

Problem solving

20 Aug
Balas

Iya bu.

20 Aug

Butuh kesabaran

23 Aug
Balas

Terima kasih bu Umul Muarofah

20 Aug
Balas

Iya bu Folra

23 Aug
Balas



search

New Post