Aku tidak takut menjadi tua. Aku hanya khawatir, usiaku tak panjang sementara amal kebaikanku selama hidup tak jua bertambah.

Aku tidak takut menjadi tua. Aku hanya khawatir saat aku menua baru menyadari bahwa masa-masa mudaku ternyata sering dihabiskan untuk hal yang sia-sia.

Aku tidak takut menjadi tua. Aku hanya khawatir, harta yang kukumpulkan ketika muda tak mampu menolongku dalam beramal sebab aku terlalu kikir untuk bersedekah.

Aku tidak takut menjadi tua. Aku hanya khawatir saat menua baru kusadari bahwa selama hidup hanya mengejar dunia sementara akhirat kulalaikan.

Aku tidak takut menjadi tua. Aku hanya khawatir saat aku menua dan merindukan suara gelak riang anak-anak namun baru menyadari bahwa ketika mereka masih kecil, aku tak memberikan mereka waktu dan kasih sayang yang berlimpah.

Aku tidak takut menjadi tua. Aku hanya khawatir ketika aku menua baru menyadari bahwa terlalu berlebihan dalam menyayangi dan melindungi anak-anakku sehingga mereka tak mampu bersikap mandiri saat beranjak dewasa.

Aku tidak takut menjadi tua. Aku hanya khawatir saat aku menua baru menyadari bahwa pasanganku mestinya lebih kucintai daripada karir dan pekerjaan.

Aku tidak takut menjadi tua. Aku hanya khawatir saat aku menua baru kusesali bahwa wajahku yang cantik semasa muda ternyata hanya untuk dipertunjukkan ke orang lain, bukan untuk menyenangkan pandangan suami.

Aku tidak takut menjadi tua. Aku hanya khawatir masa mudaku berlalu demikian cepat, pemikiranku tak jua matang, sikapku masih kekanak-kanakan, ilmuku tak bermanfaat, dan ternyata usiaku berlalu tanpa arti.

~lembayungmerahsenja

Terinspirasi dari tulisan "Maturing - Core Value" Pak Yudha Kurniawan OK, Penulis di Gurusiana.