Diana Wahyuni

Paroxsym, Introvert, and Coffeeholic...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kisah Si Bujang: Supermoon

Kisah Si Bujang: Supermoon

Adalah Bujang Keling. Anak lelaki berusia empat belas tahun. Berperawakan kurus kering seperti orang cacingan dengan rambut ikal mayang dan berkulit hitam. Saat tertawa, berjejer giginya yang berwarna kekuningan. Sudah sah, Bujang jarang menyikat gigi.

Langkah Bujang terdengar dari jauh. Manakala berjalan, ia suka menyeret kaki sehingga bergesekan di tanah. Suara yang ditimbulkan langkah kakinya memekakkan telinga.

"Assalamualaikum, Pak Guru!" sapa Bujang.

Ia meletakkan tasnya, kantong kresek bertuliskan "Ramayana", di atas meja. Tanpa disuruh, Bujang sudah mengambil sapu dan mulai membersihkan kelas. Ia memang murid paling rajin datang pagi, paling rajin menyapu, dan paling ringan tangan. Meskipun nilai-nilainya selalu harus diungkit dengan "tuas" agar bisa naik kelas.

"Aku hampir tak tidur semalaman Pak Guru." Tanpa ditanya, ia sudah memulai kisahnya. Bujang memang gemar bercerita.

"Kenapa tak tidur? Apa yang kau pikirkan, Bujang?" tanyaku ingin tahu.

"Pak Guru tak tahukah? Tadi malam aku menyaksikan supermoon di langit. Bulan kelihatan lebih besar daripada biasanya. Sinarnya berwarna kuning keemasan. Berpijar indah di langit malam."

Betul. Tadi malam memang ada supermoon. Aku sendiri lupa padahal sudah mengumumkan sebelumnya pada anak-anak di kelas.

"Sesekali, Pak Guru. Cobalah mendongak langit malam. Menyaksikan kemilau gemintang dan purnama. Nanti, akan ada rasa syahdu terhadap keagungan Pencipta Semesta." Cerita Bujang tak berhenti.

"Atau, di kala siang Pak Guru pergilah ke pantai. Bermain pasir dan melihat ombak yang berkejaran. Langit siang serupa pualam."

"Sudah selesai kau menyapu, Bujang?" tanyaku.

"Aku menyapu sambil berkisah, Pak Guru. Jikalau Pak Guru tak suka, aku akan diam."

Aih! Wajahku merah padam. Tahu saja Si Bujang aku bosan mendengar celotehannya. Mulut Bujang memang hampir tak berhenti berkicau. Bahkan, saat sedang belajar, ia masih bercerita sambil berbisik-bisik dengan teman sebangku.

"Tak, Bujang. Lanjutkanlah kisahmu."

"Pak Guru nanti bisa melihat supermoon lagi. Aku tahu Pak Guru tidur cepat tadi malam. Supermoon tadi malam itu rangkaian pertama dari trilogi supermoon. Dua supermoon berikutnya akan berlangsung pada awal dan akhir Januari tahun mendatang." Bujang melanjutkan kisahnya.

"Dari mana kau tahu aku tidur cepat, Bujang?" tanyaku penasaran.

"Aku tahu. Pak Guru berbalik arah saat hampir sampai di rumah Bu Mira tadi malam. Sebab, di sana sudah duluan datang Pak Guru Hamid. Rencana Pak Guru ingin mengajak Bu Mira menyaksikan supermoon berdua gagal total." Ia terkekeh sambil memamerkan gigi kuningnya.

Kurang ajar Si Bujang. Mukaku jadi merah padam seperti udang rebus.

~lembayungmerahsenja

Photo Credit to astronomi.com

-------------

Kisah Bujang selanjutnya👇

Bujang Kasmaran: Wau Elang

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap bu

05 Dec
Balas

Terima kasih sudah mampir Buu

05 Dec



search

New Post