Nay berteduh di terminal yang akan mengantarnya menuju Gresik. Pikirannya tertuju pada Rangga, nama yang selalu menjadi prioritas hidupnya, salah satu orang yang paling berharga dan yang menjadi partner hampir di segala hal. Rangga dalam ketulusan dan perhatiannya tidak pernah menyinggung hubungannya dengan Ram. Padahal ia sudah tahu bagaimana protektifnya Ram dengannya. Dia orang yang detail dan cermat, apapun kebohongan dan mimik yang Nay perlihatkan pasti ketahuan. Jadi wajar membaca gerakan Nay semudah membimbing tugas membaca anak SD kelas III yang di ampunya. Pagi ini Nay berjanji ingin berkunjung atau mengenal keluarga Rangga di Gresik Jawa Timur. Sehabis kuliah Pengantar Peserta Didik kemudian menuntaskan analisis butir soal Nay bergegas menuju Terminal Bungurasih. Ramai hiruk pikuk berbagai orang dengan tujuan yang berbeda. Terlihat seorang calo tiket merayu laki laki setengah baya malah terlihat sudah kakek-kakek untuk menawarkan jasa pembelian tiket. Busyett! masih ada model begituan di tahun milenial ini. Sudah ada niatan untuk mencegah tapi diurungkannya. Nay cuek saja, biarlah! 4 meter dari kakek itu sudah ada petugas.

Ditengah hujan yang masih mengguyur mulutnya serasa berliur dan mengambil ote-ote panas yang dibeli deket pangkalan ojol. "Ngapa juga pakai bus!" Masih menggerutu Nay dengan Rangga. Sebungkus sigaret masih disimpan dalam tas disela-sela buku kuliah yang tebal. Rangga sudah tahu kebiasaan buruknya dengan segala nasihat akibat suka menghisap racikan tembakau itu saat pikiran galau dan ambyar. Tapi tak digubrisnya, hanya masuk sejenak di alam bawah sadar Nay lalu diam diam keluar bagai asap. Resiko! Batin Nay. Terima kasih sudah menggingatkan, senyum kecutnya menghias kala dari kejauhan terlihat laki laki yang ditunggunya berjalan mendekati seraya melambaikan tangan. "Nay Nay…" suara itu sayup terdengar.

Masih menunggu Rangga, Nay membuka laptopnya. Ada beberapa grup di media sosial yang diikutinya menawarkan tantangan untuk menulis. Masih dengan tantangan menulis.

"Babah ora ngurus!" bibir tipisnya mengumam. "Masih banyak urusan lapo nulis, awak rino wengi wayangan ngene!" Tapi ujung jarinya tetap menulis komentar dari uppload blog grup tersebut. Apa keuntungannya menjadi member grup guru ini? Nay mulai meruntut hal- hal untuk melahirkan alasan yang masuk akal di otaknya.

Kebersamaan untuk menjadi guru yang tak biasa-biasa saja. Be'e (mungkin) tujuan kecil grup itu didirikan, pikir Nayla.

Saat pandangan matanya ke depan, matanya mencari cari laki-laki yang kini menjadi prioritas hidupnya itu sudah tak terlihat. Di setiap sudut sudut kelompok orang lalu lalang untuk bepergian sudah diamatinya. Namun masih belum muncul juga sosok yang dinantinya itu. Hampir dua puluh menit mencari di sekitar peron, ruang tunggu, belum kelihatan juga...