Dian Diana

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar dari Pembelajar

Belajar dari Pembelajar

BELAJAR DARI PEMBELAJAR

Oleh : Dian Diana, M.Pd.

Setelah ayah (mama) meninggalkan kami untuk menghadap-Nya pada Pebruari 1987, ada kesedihan dan rasa kehilangan yang sangat, melanda kami. Wajah ibu (saya menyebutnya emih) terlihat sedih, namun sepertinya kesedihan itu beliau tutupi oleh pesan pada anaknya untuk tabah, tegar, dan tetap bersemangat dalam menghadapi hidup, walaupun tanpa mama. Untuk mengisi hari-harinya, selain mengurus anak-anaknya, emih banyak belajar berbagai keterampilan, baik belajar dengan cara berguru atau pun otodidak. Semangat belajar yang tinggi walau usia beliau tidak muda lagi membuat saya kagum dan bangga.

Kekaguman saya pada beliau, jika beliau mempelajari sesuatu, semangat ingin tahu dan ingin bisanya sungguh luar biasa. Pengetahuan baru yang dipelajari selalu disampaikan pada saya. Tidak sekedar teori yang dicerna tapi juga dipraktekkan dalam kehidupan nyata dan diinformasikan kepada orang-orang yang ada di sekitarnya. Konsistensi yang tinggi untuk mengaplikasikan ilmu yang beliau pelajari secara kontinyu, sulit untuk saya tiru.

Ketika belajar di pengajian tentang ibadah, setelah beliau bertanya banyak dan mengkonfirmasi tentang ibadah yang benar berdasarkan syariat, kemudian beliau laksanakan tanpa jeda alpha. Saya dengar lantunan baca qur’an setiap saat beliau sempat membacanya, saya saksikan beliau terbangun di penghujung malam dan mengajak saya untuk mengantar ke belakang untuk sekedar mengambil wudhu. Saya sangat mengerti maksud beliau mengajak saya, agar saya pun melaksanakannya, tapi malah saya tidur kembali. Pagi hari manakala mentari menyinari, beliau selalu mendirikan sholat dhuha, Beliau bilang, “Kalau kita melaksanakan ini, rizki kita akan berlimpah dan barokah”. Shaum hari senin dan kamis sudah menjadi kebiasaan yang sepertinya sulit beliau tinggalkan. Sungguh, saya belum seperti itu.

Gaji pensiunan yang diterima dari mama, sebenarnya tak mencukupi untuk biaya anak-anaknya sekolah. Anak Emih yang masih sekolah, tinggal 3 orang lagi, kaka, saya, adan adik saya. Untuk menutupi kekurangan keuangan emih berusaha untuk membuat panganan yang bisa dijual di warung-warung, dan alhamdulillah, selalu laku habis. Makanan buatan emih rasanya memang enak. Emih juga membuat ternak ayam kampung dan bebek untuk dijual daging dan telurnya. Hebatnya lagi kandang ayam dan bebek yang ada adalah hasil dari buatan tangannya. Termasuk pagar bambu di belakang rumah, Beliaulah yang membuatnya.

Pagar bambu yang di buat juga digunakan untuk memagari taman dan kebun di halaman dan belakang rumah. Emih juga pencinta tanaman, tugas utama saya di rumah selain mencuci dan menyapu juga menyiram tanaman yang beliau tanam. Halaman depan sebelah dengan luas sekitar 10 meter x 8 meter, terdiri dari 2 undakan. Undakan pertama bagian sudut barat ada bunga sepatu (hibicus rosa-sinensis) dengan kelopak bunga yang besar berwarna pink. Saking sudah lamanya tumbuh di sana, akarnya bisa dijadikan tempat duduk yang menggantung. Sewaktu kecil saya sering duduk di situ sambil nongkrong melihat orang yang lalu lalang.

Bagian sisi depan ditanami bunga mawar (rosa) yang harum dengan kelopak padat berwarna merah tua di tengahnya dan merah muda di sisinya, bagian tengah lahan ada pohon rambutan yang selalu berbunga lebat, tapi tak pernah berbuah, mungkin proses penyerbukannya tidak sempurna. Di bawah pohon rambutan banyak ditanami tanaman nanas, ada sekitar 10 pohon, kalau sudah matang warnanya merah ranum, dan baunya semerbak. Selain dimakan, saudara atau tetangga juga ikut menikmati buahnya. Undakan bagian atas halaman, sisinya ditanami bunga melati (jasminum), yang tak henti-hentinya berbunga, diselingi oleh bunga keladi hias bicolour. Bagian tengah undakan atas, terdapat jambu air yang berwarna hijau tapi manis rasanya. Jika musim berbuah, tak kulewatkan untuk memanjat dan memetik buahnya.Sisi sebelah barat ditanami bunga puring (Codiaeum variegatum) dan bunga soka (saraca asoca).

Lahan bagian timur lebih luas dari barat ditanami Jeruk nipis (citrus aurantifolia), kopi (coffea), mangga harum manis dan gedong gincu (mangifera indica L), jeruk lemon (citrus limon), jambu air kancing (syzygium aqueum)yang jika berbuah lebat sekali seperti bunga bertumpuk, belimbing (averrhoa carambola), sirsak (annona muricata), jambu batu (psidium guajava), dan beligo (benincasa hispida). Halaman belakang ada pohon asam(tamarindus indica) dan pepaya (carica papaya).Semua tanaman yang berbuah sebagian di konsumsi, kalau tetangga ada yang mau, emih mempersilahkan untuk memetiknya. Jika buahnya berlimpah, bisanya Emih menjualnya ke pasar terutama jeruk nipis, asam, dan mangga.

Halaman pinggir rumah bagian barat dengan luas sekitar 8 meter x 2 meter, emih memberikan kebebasan pada saya untuk menanami lahan tersebut, dengan tanaman yang Saya suka. Benih tanaman yang sudah tumbuh biasanya Saya minta dari Pa Tasri (alm) tatangga saya yang petani, yang kebetulan mengolah lahan di belakang rumah saya. Tantangan tersendiri untuk Saya, manakala diberi kepercayaan untuk bercocok tanam. Lahan yang ada saya tanami dengan berbagai aneka tanaman palawija (tumpangsari) baik yang saya temukan liar,ataupun yang saya minta dari petani. Setiap hari saya siangi rumputnya, tempat ini sangat istimewa untuk saya.Kadangkala saya menghabiskan waktu lama hanya untuk menatap atau sekedar menyiraminya. Manakala sayuran atau tanaman berbuah dan berdaun lebat ada rasa puas yang mendalam dan ingin mencicipi hasil jerih payah sendiri. Saya suka meminta Emih untuk memasak sayuran yang saya panen, walaupun cuma sedikit. “Tuuuuhhh kan ada hasilnya, kalau mau berusaha. Pasti bisa!”, kata Emih manakala saya memberikan hasil panen dari tanaman yang saya tanam.

Tidak hanya cara mencintai lingkungan yang beliau ajarkan, ketika ada pekerjaan rumah yang sulit saya kerjakan, emih selalu membimbing atau menyuruh kakak untuk mengajari saya. Apalagi jika pelajaran seni menggambar atau menyanyi, Emih memang pakarnya. Suara nan merdu membuat saya betah belajar menyanyi dengan beliau. Lagu yang masih Saya ingat yang Beliau ajarkan diantaranya : Manuk Dadali, Tauco Cianjur, Tengah Peuting, Nyawang Alam anu Katukang, Dalam Aku Termenung, dan Cinta Hampa.

Rindu suaranya, rindu nasehatnya, rindu masakannya, rindu kasih sayangnya, rindu segalanya tentang Emih. Allohumaghfirli.....

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren licin abis tutur katanya, teruskan bu

07 Apr
Balas



search

New Post