Ningsih dan anaknya sedang asyik memasak bersama di dapur mungil milik mertua. mereka memasak klenyem atau timus, makanan yang berbahan baku ubi yang direbus, dilumatkan, lalu dicelupkan ke adonan tepung. Untuk mengisi kegiatan "di rumah saja" karena musim pandemi, mereka banyak menghabiskan waktu bersama. Suami Ningsih, Eza sedang melaksanakan dinas luar, yaitu memberi makan ulat hongkong di kandang belakang rumah.

Di tengah-tengah waktu saat mereka memasak, terdengar suara orang yang mengetuk pintu belakang. Kebetulan rumah mertua Ningsih merupakan sekompleks dengan rumah kedua adiknya. Ada di sebelah selatan dan 1 rumah di belakang dengan 1 akses pintu pagar. Tampaknya suara laki-laki, mungkin tetangga yang hendak bertamu karena tetangga sering sekali lewat pintu belakang saat berkunjung ke rumah.

Dua orang laki-laki yang kelihatannya masih SMA menghampiri Ningsih. dia pikir mereka adalah teman sepupunya. Mereka bertanya, "Apa benar sini yang jualan liquid?" Sejenak Ningsih berpikir tentang sebutan "liquid" itu. Oh, aku pernah mendengarnya dari saudaraku dan membaca dari artikel internet. "Ehm, maksudnya isinya vape ya Mas?" jawab Ningsih. "Nggih Mbak, benar ya sini yang jual? Soalnya penjual di Facebook mengirimi saya share location kok nyantholnya alamat rumah ini," jelasnya. Rasanya kaget dan ingin tertawa terkekeh saat ditanya apakah benar Ningsih yang notabene sebagai guru menjual liquid karena di rumah juga tidak ada yang merokok, apalagi pakai vapor. "Oh, alamat palsu mungkin Mas!" jawabku. mereka berdua meminta maaf lalu pergi berlalu.