Siang hari yang tenang, petang dengan penampakan awan berhias rintik hujan, Ayu dilanda kelaparan hebat. Kondisi serba tidak memungkinkan untuk keluar ruangan kantor karena tempat ia bekerja jauh dari kantin dan ia lupa membawa bekal makanan. Kue kering berbentuk ulat bulu yang semula berisi penuh 1 kotak plastik sekarang tinggal 2 biji saja, hampir habis oleh teman-teman sekantor yang maniak camilan.

Betapa galau dan gelisahnya Ayu karena bagaimanapun ia tidak bisa leluasa berpikir merampungkan segala pekerjaan jika perut lapar. Alhasil, Anton teman satu divisi dengannya mencoba menawarinya makanan. Lebih tepatnya memesan makanan secara delivery order. Anton sudah lama menyukai Ayu tetapi ia masih ragu untuk menyatakan cinta. Anton harus menunjukkan kepedulian dan empati terlebih dulu kepada Ayu lalu melihat responnya.

Saat ditanya menu apa yang hendak disantap oleh pujaan hati Anton, Ayu pun menjawab “terserah.” Bukannya bingung atau sebal dengan jawaban Ayu karena ia bingung memilihkan makanan yang cocok untuknya, Anton justru senang karena ia tidak perlu repot-repot mengeluarkan uang berlebih kalau-kalau Ayu minta makanan yang mahal, seperti seafood, sushi, steak, dan ramyeon. Dengan selera Anton yang memilih sesuka hati dan tentunya sesuai kantong, akhirnya pesanan datang dan diantar di ruangan mereka, di lantai 5. Seporsi nasi pecel dengan lauk tahu tempe mendarat di meja Ayu, sang pujaan hati.