Ibu Rani selalu menyiapkan bekal makanan untuk Rani sebelum berangkat ke sekolah. Sekotak makanan sehat yang dimasak sendiri, pastinya lebih hiegienis dan menyehatkan. Rani juga dinasihati ibunya agar tidak jajan sembarangan di kantin. Jajan yang kurang sehat, yang mengandung vitsin, pemanis buatan, pewarna, dan berpengawet sangat berbahaya bagi kesehatan.

Semenjak duduk di bangku SD kelas 1, Rani patuh akan nasihat ibu. Ia hanya memakan bekal makanan, minum air putih, dan snack yang diberikan oleh ibu. Sementara itu, uang jajan yang tersisa ia masukkan ke dalam buku tabungan sekolah. Alhamdulillah, selama 3 tahun berlalu tabungan Rani sudah mencapai 1 juta lho. Sekarang Rani sudah kelas 3 dan masih bersemangat menabung.

Tiga tahun berlalu, rasa ingin tahu Rani terhadap makanan dan minuman kekinian mulai muncul. Dulu yang ia tahu hanya roti, jajan pasar buatan ibu, dan puding. Namun, kantin di sekolah Rani semakin ramai dan banyak menjual bermacam jenis jajan atau camilan. Rani tergoda untuk membelinya apalagi selama ini dia tidak pernah jajan di kantin, selain membeli roti sobek berisi selai cokelat dan air mineral.

Tika dan Vani, teman sekelas Rani mengajaknya ke kantin untuk membeli jajan bergambar Barbie dan Upin-Ipin yang bermacam-macam rasa dan warnanya. Jajan bervitsin yang banyak digemari teman-temannya di SD.

“Rani, kita ke kantin yuk! Ada jajan terbaru lho, yang enak itu! Namanya Titos,” rayu Si Tika.

“Yakin kamu tidak mau coba Ran? Nanti menyesal lho kalau kehabisan. Aku traktir deh,” bujuk Vani.

(bersambung)