Dian Garini Lituhayu

After years of living in survival mode, constantly fighting to stay afloat, I’m finally learning to let go. Here in a new city, I’m embracing a slow...

Selengkapnya
Navigasi Web
Cinta Mati Dasamuka

Cinta Mati Dasamuka

Cinta Mati Dasamuka

-Dian Garini Lituhayu-

Seorang ibu bertanya padaku, "Jadi Ms, kapan novel Ms release? Saya menunggu Cokro, Janji Hati untuk lengkap saya baca.." Aku mengangguk saja. Sambil mengunyah isi soto ayam, hidangan sore dari pertemuan ibu-ibu orangtua siswa bulan ini. Seorang ibu menyahut, "Iya Ms, kabari ya, kalau saya menunggu Maria Sofia, itu yang tokohnya berjanji wafat sebagai istri.." Aku melebarkan senyuman. Rombongan ibu-ibu ini rajin membaca cuplikan cerita yang kutulis di media sosial. Seorang ibu yang sejak tadi diam angkat suara. "Saya justru tahu tulisan Ms, dari bapaknya anak-anak, dia bilang, itu wali kelas anakmu tulis cerita, sudah baca belum? Rupanya semua tulisan Ms, selalu dia baca.." Aku mengangguk-angguk. Pikiranku sedang kemana-mana sebenarnya.

Pelan aku menjawab, 'Nggih Bunbun, didoakan ya, karena saya menulis bukan sekedar menulis, harus ada nyawa disana, harus ada pesan disana untuk disampaikan.." Kusuap satu potong brownies coklat dengan taburan gula halus diatasnya. Manis. Seperti manisnya keadaan apapun yang harus dinikmati dengan kesyukuran, apapun yang terjadi. "Cokro, novel Janji Hati itu, memang ditulis sebagai refleksi perjalanan sebuah cinta yang saling menunggu untuk dipersatukan langit. Karena bahasa cinta yang berbeda.." Seorang ibu menyahuti kalimatku. "Itu endingnya bahagia kan Ms? Saya baca sampai gemes. Saya juga menunggu yang cerita horor itu Ms. Membacanya membuat saya takut berada di dekat jendela.." Ibu-ibu yang lain dan aku tertawa.

Aku masih tersenyum, "Saya menulis fiksi belum bisa pesanan ide Bun. Berbeda dengan menulis non fiksi, yang ditentukan tema dan alurnya, saya cenderung bisa mengikuti. Kalau fiksi, saya menunggu ide dengan rapi. Yang cerita horor itu misalnya, saya menunggu tenang dan sepi baru bisa menulis lagi, karena kalau saya menulis cerita mister, yang menjadi tokohnya adalah saya.." Seorang ibu menutup mulutnya. "Jadi Ms jadi setannya?" Seorang ibu lain menimpali, "Ah Pian pasti kada membaca lengkap. Ceritanya Ms ini setannya dalam cerita itu justru punya nilai positif, memang dia jadi hantunya, tapi bukan karena dia ingin. Bukan karena dia mau. Tapi karena menghormati ibunya, yang harus wafat, tapi tak kunjung wafat, kecuali ilmu keabadian itu pindah dan ditanggung oleh anaknya.." Aku sejenak hanya mengamati obrolan mereka. Aku sibuk menikmati kopi luwak di cangkirku. Obrolan tentang kelas sudah selesai dari tadi, dan hujan bulan November mencegahku pulang sementara waktu.

"Kalau yang Maria Sofia, itu kenapa Ms ambil namanya itu Ms? Itu gemes juga saya baca. Itu kan dia ditinggal suaminya jadi TKI di Hongkong, terus suaminya dijatuhcintai sama anak majikannya. Ramli ya Ms nama suaminya. Terus suaminya gak pulang kembali ke Indonesia. Diangkat jadi komisaris besar di perusahaan majikannya. Menikah dengan anak majikannya itu.." Aku tertawa. "Ya masa Maria Ozawa bun? Pilihan nama itu muncul demikian saja, tidak saya atur dan minta. Memang, ada beberapa orang request, minta namanya muncul sebagai tokoh. Tapi ada juga yang pernah marah pada saya, kok tokohnya antagonis.." Mereka tertawa bersama. "Cerita Maria Sofia itu saya tulisan dari sudut yang berbeda. Saya tulis dari sudut Maria, saya tulis dari sudut Ramli, saya tulis dari sudut Jenissa, anak majikan Ramli di Hongkong, saya tulis dari sudut Mutiara, anak tertua Maria, saya tulis dari sudut pandang Zainal, lelaki yang ditemui Maria setelah pindah ke Yogja, bahkan dari sudut pandang Sri, istri Zainal. Karena berbeda sudut pandang, berbeda pula kesimpulan dan cara menyikapi." Kali ini ibu-ibu itu diam. "Owh kenapa begitu Ms?" Aku seruput kopi panasku dengan tenang. "Supaya bisa merasai jadi pihak lain, melihat dari kacamata yang lain, bersikap apabila ada di posisi orang lain. Sebagai Maria, yang cinta setengah mati pada Ramli, bisa jadi saat ditinggalkan, dia mengumpat dan memaki. Dari sudut Jennisa, yang menerima ginjal Ramli yang didonasikan, Ramli adalah Tuhan. Meskipun dilihat dari sudut manapun di awal cerita, pembaca saya menyalahkan Jennisa yang ngotot menikahi Ramli, padahal Ramli sudah beristri. Jennisa belajar mengaji dan menjadi mualaf yang tekun belajar dari Ramli, hanya enam bulan Jennisa dinikahi Ramli, kemudian meninggal. Dari episode itu saya ajak pembaca saya melihat dari kacamata Ramli, melihat dari sudut pandang Jennisa." Seorang ibu yang duduk dibelakang, mengangkat tangannya. "Iya juga siy Mas, kadangkala kita harus berganti kacamata sebelum mengambil kesimpulan. Supaya tak mudah menyalahkan. Itu yang saya simpulkan dari cerita Ms yang itu Ms, Pariyem ya Ms. Pariyem jatuh cinta pada Mujadi, yang meminta Mujadi menikahinya tapi tak kunjung dinikahi, semua sudah diberikan pada Mujadi, tapi seperti lelaki brengsek, Mujadi menolak menikahi Pariyem, karena perempuan lain. Tapi tetap siy Ms, menurut saya Mujadi salah. Pariyem betul, harus pergi dari laki-laki seperti Mujadi. Sekalipun diceritakan, sekian tahun bersama Mujadi, Pariyem itu belajar banyak hal kehidupan pada Mujadi. Iya siy Ms ya, harus lihat dari banyak cara pandang supaya menerima takdir dengan bahagia.." Aku tertawa-tawa, ajang pertemuan orangtua siswa ini menjadi seperti ajang bedah buku akhirnya.

Seorang ibu bertanya, "Pekan depan jadi berangkat lagi ya Ms? Tulisan Ms yang non fiksi tembus nasional lagi ya? Saya dikabari Bu Yeni. Katanya masih menunggu surat diknas resmi ya Ms?" Aku sekali lagi tersenyum. "Nggih Bun, catatan harian di kelas saja. Mengelola kelas super seperti kelas kita. Menunggu surat resmi dari diknas memang.." Tuan rumah datang membawa sepiring rempeyek kacang. Kuning dan terlihat garing. Aku ambil sebuah dan mulai menikmatinya.

"Seperti halnya kita melihat cerita wayang Rama dan Sinta itu Bun, hampir semua orang menyalahkan Rahwana alias Dasamuka. Menganggap tokoh Rahwana adalah tokoh antagonis. Padahal sebenarnya, yang lebih dahulu jatuh cinta pada Sinta, adalah Dasamuka. Bukan Rama. Tapi Rama mendapatkan Sinta sebagai hasil menang sayembara. Selama diculik oleh Dasamuka, Sinta diperlakukan seperti ratu. Jauh dari kekerasan. Sangat lembut dan penuh kasih sayang. Karena Dasamuka ingin Sinta benar-benar jatuh cinta padanya bukan karena takut sebelum meninggalkan Rama. Turun dari egonya yang besar, meluruhkan mahkotanya sebagai seorang raja, demi meluruk menculik Sinta. Dilakukannya apapun yang Sinta sukai, semata karena cintanya. Karena Sinta pada akhirnya memilih menghormati ayahnya dan suaminya, dia tidak bersedia menerima pinangan Dasamuka. Maka Dasamuka menyampaikan akan siap bertempur sampai tewas dengan Rama sebagai bentuk pertanggungjawaban seorang lelaki ksatria. Tidak akan lari. Diakhir cerita, Rama yang cemburu dan curiga, justru mempertanyakan apakah Sinta masih suci selama dalam tawanan Dasamuka. Rama meragukan kesetiaan Sinta. Curiga mendalam karena perlakuan Dasamuka. Jadi, kalau selama ini kita menganggap kisah cinta Rama Sinta dan Rahwana alias Dasamuka itu melulu tentang istri Rama yang dilarikan raksasa, kita bisa melihatnya dari sudut lain yang berbeda, bahwa cinta si Dasamuka itu mungkin yang dinamakan sebenar-benarnya cinta.." Aku menutup obrolan itu dan ibu-ibu yang duduk disekitarku sesaat terpana saat aku bercerita tentang sudut pandang cerita yang mungkin saja berganti, setelah mendengar Kisah Cinta Mati Dasamuka.

Doa kafaratul majlis kupimpin perlahan. Semoga pertemuan hari ini membawa kesan dan manfaat baik. Perkembangan siswa-siswaku terpantau dengan baik. Silaturahmi berjalan dengan erat. Menjadikan aku lebih bersemangat menulis dan tetap menerima takdir apapun sebagai sebuah kebaikan langit. Melihat dari sudut pandang berbeda, agar kita lebih mudah mencerna, melihat dari cara pandang yang lain, supaya kita lebih mudah mensyukuri dan mudah memahami.

---

Pada Sinta ku,

Telah hadir engkau sebagai matahari dalam hidupku, tak pernah kurundungi hari dengan sayapku yang kekar meangkasa buwana jika bukan karena kamu.

Kupersembahkan cinta dan hatiku hanya untuk kelapanganmu, karena cinta sudah bersemai di dadaku dan tak akan bergeser sampai bulan turun memintaku.

Aku mencintaimu Sinta ku,

Dan aku melakukan perang ini hanya semata karena gonjang-ganjing duniaku tanpamu. Aku akan lawan takdirku sebagai raksasa dipandang busuk tak punya hati, membawa singgasanaku untuk kamu duduki, karena kamu selamanya adalah, ratuku.

Padamu Sinta ku,

Ini aku dengan dadaku, menunduk dibawah kakimu.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Subhanallah sudut pandang yang bagus ditulis pujangga yang hebat..namun jika Rahwana yang " Berani Mati" malah mengingkari " Janji Hati" nya sendiri...bagaimana seorang Shinta harus bersikap..maaf saya bukan orang sastra sehingga ndak bisa membolak balikkan fakta..atau membenarkan Shinta..Rahwana..atau Rama

19 Nov
Balas

Nggih Bapak. Dasamuka sampai akhir hayatnya tidak pernah mengkhianati janjinya. Meskipun sudah melakukan kekeliruan besar, cintanya tetap terjaga. Konon di kehidupan berikutnya, Sinta menjadi permaisuri Dasamuka. Karena cinta merekalah sebenar-benarnya cinta.

19 Nov

Saya juga menunggu "Janji Hati" nya bunda. Keren habisss

19 Nov
Balas

Terimakasih Bun. Insyaallah..

19 Nov



search

New Post