Dian Garini Lituhayu

After years of living in survival mode, constantly fighting to stay afloat, I’m finally learning to let go. Here in a new city, I’m embracing a slow...

Selengkapnya
Navigasi Web
Gombalan Buaya

Gombalan Buaya

Gombalan Buaya

-Dian Garini Lituhayu-

Percayakah kamu bahwa lidah dan hati itu selalu nyambung alias terkoneksi, alias sampuk, alias nyetrum? Atau pakailah istilahmu sendiri. Intinya hati dan lisan pasti nyambung. Bagiku sendiri, aku selalu yakin semestinya kalau mulut mengucapkan cinta, maka perbuatan raga akan membuktikannya. Kalau mulut mengucapkan cinta, tapi raga berbuat berbeda, kurasa semua sepakat itu buaya namanya. Bisa jadi gombal saja. Bisa jadi malah dusta belaka.

Yang menjadi renunganku dini hari ini adalah, dampak mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, dalam lisan kita, pada apa yang kita ucapkan, pada apa yang kita tulis, pada apa yang kita lakukan. Sejak zaman masih bocah, dari zaman Zainuddin MZ di radio dan ceramah guru Ijay yang meanduh-anduh setiap subuh, bismillahirrahmanirrahim diajarkan padaku, diartikan dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.

Semakin sering disebut, mestinya warna Dia yang luar biasa itu juga berdampak pada tindakan kita, pada tutur kita, pada tulisan kita. Itu baru potongan kecil saja, kalimat sederhana, dari memulai hari, memulai perihal besar dan kecil, perihal penting tak penting, perihal masuk akal sampai perihal ajaib, orang-orang tua dulu selalu bilang, "minimal baca bismillah ya, untuk memulai apapun..". Sedemikian dahsyatnya ucapan permulaan itu dipakai setiap hari, untuk mengawali melakukan apapun, yang disebut adalah nama Dia, Pencipta Yang Pengasih, Penyayang. Seperti mantra yang mengikat, Sang Maha itu sudah kita bawa kemana-mana dalam setiap tindakan kita. Maha Pengasih Maha Penyayangnya kita seret-seret dalam semua perbuatan kita. Sampai masuk wece pun kita bawa. Supaya kita ingat dan bersyukur, bisa kencing 'ee' dan buang air besar 'oo' juga karena nikmat kasih sayang Dia.

Tapi mengapa sekarang ini, justru disaat melekat sudah kebiasaan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim di masyarakat kita, justru sudah semakin mengerikan tindakan, tutur dan tulisan yang seringkali nyinyir dan sinis kelas dewa? Bahkan banyak sekali sikap dan tulisan yang aromanya saja sangat jahat. Tapi mengapa kebencian dan kemarahan melulu menjadi tema besar perilaku kita? Bahkan sesama umat seagama saling sebut kafir, PKI, munafik. Tapi mengapa masih banyak tulisan yang ampun dije galaknya pada manusia lainnya. Bahkan yang ngeri, ungkapan bunuh, bongkar perut keluarkan isinya, sumpel tanah kuburan sampai ungkapan lain yang bermakna 'you dead man' menjadi longgar dan semakin menjadi. Lalu apa pengaruhnya menyebut nama Dia setiap hari? Setiap hari disebut Pengasih Penyayang, tapi tindakan kita, tutur kita, tulisan kita, boro-boro menunjukkan sikap 'pengasih dan penyayang', yang ada 'sikap pembencih dan penyerang'.

Kalau mengucapkan dan menyebutkan nama-nama bagus Allah tidak berpengaruh pada tutur, pada tindakan, pada perbuatan, apakah berarti ada yang konslet pada hubungan lidah dan hati? Apakah ada kurang setrum kurang aki pada lidah dan otak? Ada yang sengklek? Setiap hari nama Allah disebut, tapi tindak dan tutur kata tampak tak sampuk. Setiap hari menyebut Pengasih Penyayang, tapi tutur, tindakan dan tulisannya gemar menyerang dan merasa paling berwenang. Berseliweran banyak sekali di timelineku, yang pelan-pelan sudah kukurangi dengan unfollow, unfriend bahkan blokir, ungkapan kebencian, yang justru kuperhatikan, keluar dan berasal dari mereka yang nama Dia menjadi ucapan kebiasaan.

Apakah kira-kira Gusti Allah ridho pada kita, yang mengucapkan Nama BagusNya setiap saat, tapi tak nyambung pada tindakan, tutur dan tulisan kita? Apakah kita juga masuk golongan gombal mukiyo? Rajin bilang cinta Dia tapi tak berbukti pada kebiasaan dan perbuatan kita? Selalu mengucapkan nama Dia dan sifatNya yang Maha, tapi jauh panggang api dari bara tulisan kita? Berarti apa dong kita? Apakah kita masuk golongan buaya juga?

Samarinda, 4 Juni 2017

04.21 Waktu Indonesia bagian Tengah

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post