Dian Garini Lituhayu

After years of living in survival mode, constantly fighting to stay afloat, I’m finally learning to let go. Here in a new city, I’m embracing a slow...

Selengkapnya
Navigasi Web
Kalau Sudah Tiada Baru Terasa

Kalau Sudah Tiada Baru Terasa

Kalau Sudah Tiada Baru Terasa-Dian Garini Lituhayu-

Es Cendol dari Bandung alias Es Dawet dari Banjarnegara, mengapa tertulis berasal dari Singapura? Membatin aku sejenak ketika membaca daftar rilis makanan penutup favorit sedunia. Indonesia sebesar ini, dengan jutaan jenis makanan khas basah, kering, kudapan dan makanan berat, manis, asin, berbahan lemak maupun ringan, semua ada ada disini; dan tak satupun nama makanan khas Indonesia muncul. Justru es cendol alias es dawet muncul dengan nama negara asal Singapura.

Dalam daftar rilis tentang makanan penutup terfavorit seluruh dunia, tercantum es cendol salah satunya. Hidangan berbentuk minuman manis terbuat dari cendol, tepung sagu atau tapioka atau campuran keduanya, dengan kuah santan dan siraman gula merah, dihidangkan dengan serutan es batu atau keprukan es. Tak sulit mendapatkan es cendol atau es dawet di Indonesia. Hampir di semua kota di Nusantara ini, hidangan manis segar ini mudah diperoleh. Sesekali kujumpai varian cendol yang ditambahi potongan nangka atau irisan durian, jelas nikmatnya.

Dan uniknya, atau sedihnya? Dalam rilis makan penutup kesukaan itu, es cendol tertulis berasal dari Singapura. Apakah ini es cendol yang kukenal berasal dari Bandung atau es dawet Banjarnegara atau justru varian baru yang hanya namanya saja yang sama dan merupakan makan khas yang berasal dari Singapura?

Seperti kejadian yang sudah sudah, yang lalu lalu. Kecenderungan kita seringkali abai jika memiliki sesuatu. Tidak kita pelihara, tidak kita rawat, tidak kita akui keberadaannya. Sampai akhirnya berpindah tangan, baru terasa kehilangan.

Lihatlah kepulauan atau daerah perbatasan kita yang pernah dan sempat diakui oleh negara tetangga. Setelah disana tersedia jalan besar yang mulus dan pasar sebagai pemenuh hajat hidup masyarakat, setelah ada listrik yang dijadikan pemikat bak lampu pada laron yang sesat. Setelah semua masyarakat penghuni perbatasan lebih merasa menjadi warga negara asing, daripada warga negara Indonesia, baru, kita, kelimpungan.

Lihatlah kejadian saat lagu Rasa Sayange atau kesenian Reog Ponorogo diakui milik negara lain, baru kita kebat kebit. Eh itukan, eh itukan. Begitulah, ketika ada, ketika dekat, ketika menjadi milik kita, tidak kita pelihara, tidak kita akui, tidak kita hargai, begitu diakui orang lain, begitu dianggap kebanggaan oleh pihak lain kita meradang.

Bukan lagu Mbah Rhoma Irama yang ingin kubahas kali ini. Tapi dari lagu itu ada pesan, kalau sudah tak ada, baru terasa sayangnya. Setelah berpindah kepemilikan, baru berubah rasanya. Haruskah seperti itu? Lalu harus bagaimana?

Memiliki sesuatu sebagai sebuah kebanggaan harus dipupuk, budaya, adat, kebiasaan baik, hasil karya, atau apalah bentuknya. Rawat, akui, bangga. Memang terkadang apa yang belum terlihat berkilauan di tangan pemegang lain, meskipun awalnya di tangan kita kelihatan tak ada apa-apanya. Rawat dan bersyukurlah akan apapun yang menjadi milik kita, curahkan perhatian dan kebanggaan, akui dan jangan malu mengakomodasi.

Punya hasil karya hasil sendiri, patenkan. Agar luas manfaatnya bagi diri sendiri tanpa konflik dengan pihak lain. Rajin mengupdate informasi dan berkenan menerima konfirmasi, salah satu yang bisa dilakukan. Jangan ngamuk kalau hal yang tak dirawat ditangan kemudian berkilap ditangan yang lain.

Aku tak sedang membahas lagu Mbah Rhoma Irama, tapi begitulah kita, "..Kalau sudah tiada baru terasaBahwa kehadirannya sungguh berhargaSungguh berat aku rasa kehilangan diaSungguh berat aku rasa hidup tanpa diaKalau sudah tiada baru terasaBahwa kehadirannya sungguh berharga.."

Jakarta, Desember 2018.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Ditinggalkan pergi. Sungguh rasa itu mengena. Salam Bun!

09 Dec
Balas



search

New Post