Mata - Bagian 1
Mata - Bagian 1
-Dian Garini Lituhayu-
Meski agak pucat, dengan pandangan mata yang sayu, kudapatkan kesan dia sangat menarik. Tersenyum dia padaku sambil duduk di satu kursi hitam di belakang ruangan. Kubalas senyumannya. Yang kuperhatikan bibirnya pucat. Tidak enak hendak kutanyakan padanya, mengapa bibirnya seperti warna bedak bayi.
Ruangan mulai penuh dengan peserta yang akan hadir dan berkumpul bersama selama 15 hari ke depan. Bersama belajar dan meningkatkan kemampuan diri mengajar. Semua peserta duduk di tempatnya masing-masing dan mulai bicara satu dengan lainnya, saling mengenal.
Perempuan berkerudung kelabu yang sejak tadi duduk di belakang ruangan tak lagi sempat kuperhatikan keberadaannya. Aku sibuk dengan mulai menyapa dan mengenal satu persatu peserta dari berbagai negara ini. Tak satupun wajah yang kukenal. Semua wajah baru. Beberapa kuperhatikan mengenakan baju terbaiknya hari ini. Maklum, hari pertama. Pembukaan.
Seharian ini semua terlihat antusias. Upacara pembukaan berjalan menyenangkan dan sangat memotivasi. Semua peserta dan panitia bergabung duduk dalam beberapa meja saat kami istirahat untuk kudapan dan kopi. Masih terlalu pagi untukku dan kopi. Kuputuskan duduk di belakang ruangan sambil menunggu waktu istirahat usai. Sebotol air mineral dan sosis solo menemaniku sambil menulis pesan WhatsApp pada beberapa rekan di tempat kerja yang kutinggalkan. Tiba-tiba suara lembut dari sisi kiri menyapaku. "Mba peserta darimana?" mengagetkanku sejenak. "Sendirian saja ya," dia menyambung kembali pertanyaannya. Tak lama kemudian kami berbincang hangat. Masih sama dengan kerudung kelabunya, dan bibir berwarna pucatnya, suaranya naik turun bergelombang seperti halusnya gaya bicara perempuan Jawa pada umumnya.
Sesi pagi berlanjut dengan materi yang menarik. Semua antusias. Semua terkesima dengan hal baru yang kami pelajari hari ini sampai dua pekan ke depan. Satu persatu mulai kami kenali personil dan staf yang terlibat dalam kegiatan ini. Teman baru, saudara baru, pengalaman baru. Menurutku, itulah menang banyaknya saat diklat luar pulau seperti ini. Sebagai sebuah bonus dari belajar dan liburan sekaligus.
"Kamu ngobrol sama siapa sih Bu, dari tadi duduk di belakang saja, gabung dong sama yang lain," tanya Sasha, peserta dari Kalimantan Timur. Aku mengangguk. Aku beranjak dari tempat dudukku di belakang, meninggalkan perempuan berkerudung kelabu dengan mata sayu itu. Aku pamit sambil melambaikan tanganku padanya. Diskusi dan saling berinteraksi adalah kegiatan yang menjadi inti diklat ini, di dalam dan di luar ruangan. Tak satupun kuperhatikan yang tak menikmati. Semua larut dengan rasa antusiasme yang menggelegak.
"Ms. Wida, jangan bengong sendiri terus ah, entar kesambet lho.." suara Budi, ketua kelas kami mendadak di belakangku. Laki-laki yang kutulis usianya kurang lebih denganku itu berkali-kali mondar mandir kamar mandi. Tampaknya batuk dan flu. Hidungnya kulihat merah. Syal panjangnya selalu menutupi lehernya. Cuaca memang kurang bersahabat akhir-akhir ini. Aku membalas ucapannya, "Ih, siapa yang bengong, ini saya ngobrol sama fasilitator yang di belakang. Dia bilang dia sudah lama disini. Sama seperti yang lainnya. Semua ahli ya. Pada hebat semua. Masih muda dan sekolah tinggi semua." Ucapku menimpali kembali. Budi membelalakkan matanya kemudian mengernyitkan keningnya. Memberi isyarat aneh dengan bibirnya kemudian meninggalkanku sendirian kembali.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar