Dian Garini Lituhayu

Lahir dan tumbuh di Kota Samarinda, aku rapat dengan budaya Melayu yang kental mewarnai kehidupan pinggiran Sungai Mahakam. Berkeseharian sebagai ibu dan ibu gu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Takkan Terganti

Takkan Terganti

Tak Terganti

-Dian Garini Lituhayu-

Telah lama sendiri Dalam langkah sepi Tak pernah kukira bahwa akhirnya Tiada dirimu di sisiku

Meski waktu datang Dan berlalu sampai kau tiada bertahan Semua takkan mampu mengubahku Hanyalah kau yang ada di relungku Hanyalah dirimu Mampu membuatku jatuh dan mencinta Kau bukan hanya sekedar indah Kau tak akan terganti

Tak pernah kuduga bahwa akhirnya Tergugat janjimu dan janjiku

Meski waktu datang Dan berlalu sampai kau tiada bertahan Semua takkan mampu mengubahku Hanyalah kau yang ada di relungku Hanyalah dirimu Mampu membuatku jatuh dan mencinta Kau bukan hanya sekedar indah Kau tak akan terganti

Meski waktu datang Dan berlalu sampai kau tiada bertahan Semua takkan mampu mengubahku Hanyalah kau yang ada di relungku Hanyalah dirimu Mampu membuatku jatuh dan mencinta Kau bukan hanya sekedar indah Kau tak akan terganti Kau tak akan terganti

Ribuan hari bersama kulewati bersamamu, dalam jarak, tidak dekat. Sesekali aku datang berlarian ke arahmu dan mencari ketenangan di dalam tatapan matamu. Raga tak bersama, kupikir akan berat mempertahankan semuanya. Ternyata ribuan hari kita lewati dan aku masih bahagia menanti. Awalnya aku tak berpikir semua menjadi seperti ini denganmu. Bertemu di negeri yang jauhnya ribuan mil dari kampung halaman kita. Di tengah musim semi yang beraneka warnanya. Mataku terpikat pada pesonamu yang memukau mata dan hati siapa saja. Setakat hati berkata, "You are the one.." Dan entahlah apapun yang terjadi aku tak pernah berpikir sebaliknya. Sampai kini.

Ribuan hari yang panjang kulewati bersama dalam hati. Tanpa jeda sebenarnya. Aku memujamu sepanjang masa. Jiwaku yang menurutmu merdeka, adalah hasil tempaan hidup yang keras menggelegar kepadaku. Padahal sejak bertemu denganmu, aku tak pernah menemukan kebanggaan menjadi terikat pada siapapun, kecuali padamu.

Panggilan manis padaku sejak hari pertama bertemu dan menerima suapan-suapan sikap manismu adalah pelega dan obat dari semua lara. Aku tak berpikir aku akan berjanji, sebelum bertemu denganmu. Tapi sejak melihat matamu yang sejuk dan syahdu, aku tahu cinta itu benda bernyawa. Bisa hidup saat dihembuskan dengan rasa percaya, dengan rasa yakin yang militan melebihi baja.

Sesekali berlari terbang ke dalam pelukanmu semampuku kukerjakan demi jiwa perempuanku yang haus berada dalam pelukan lelaki di dalam dirimu. Seandainya mudah, ingin kugeret dirimu bersamaku. Mendatangi bapakku dan memintamu menjadikan aku milikmu. Walaupun tanpa itu aku berhak mengatakan pada dunia, aku sudah menjadi milikmu.

Menjelang usia 44 tahunmu, dimana prosesnya mencari jawaban dari kegamangan hubungan bernas ini aku pahami tak ingin kamu diganggu. Aku menghormati segala hal dalam dirimu. Dengan atau tanpa sepengetahuanmu. Pada suatu saat kamu meminta berhenti, sebenarnya seperti mencerabut satu kakiku. Semenit hidup tanpamu saja membuatku menangis dan tak bisa lena sama sekali hampir 50 jam lamanya. Hampir pingsan kalau tak kulihat wajah anak-anak dan cincin di jari manisku. Sementara sayapku sudah tak lagi kupakai mencari. Aku sudah menggantung sayap besarku mencari sosok sebesar dirimu untuk kugelendoti sampai kita tua. Ah, cita-cita itu masih seperti basah di awal mula. Aku tak pernah berhenti memanjakan matamu seandainya kamu mau lebih bersabar menjalani waktu. Kakiku sekarang tinggal sebelah, dan hatiku sudah penuh dengan namamu.

Aku tak pernah menjauh, aku hanya takut kamu menolak. Aku tak pernah berhenti mencintaimu, tapi setiap kali hendak kuangkat suara untuk mendengar suara merdumu, aku takut kamu marah. Aku tak sanggup melihat matamu saat marah. Tidak. Tidak. Tidak. Sudah cukup aku mendengar kisah kehidupanmu, menurutmu, kamu hina. Menurutku kamulah lelaki paling indah di dunia. Tak mudah bagi kita bertemu di suatu masa, dan aku percaya Tuhan pasti punya rencana. Entah apa. Tapi aku jatuh hati pada sosok penyayang dalam dirimu yang tak pernah berhenti menginspirasi.

Orang boleh berkata kamu sosok keras membaja. Tapi aku lebih tahu dirimu. Aku mengenalmu seperti aku mengenal diriku. Hanya seperti tubuh Werkudara yang meraksasa, hatimu lembut bagaikan sayap kupu-kupu. Tak mustahil aku jatuh dalam pelukanmu justru karena alasan itu. Masih ingat bagaimana kamu tawarkan jaket padaku? Aku menolaknya, bukan karena tak mau. Tapi aku senang berada dalam cuaca dingin yang mengikat ragaku pada sebuah tempat dimana kakiku berpijak.

Terkadang aku bingung dengan permintaanmu. Mungkin karena aku melihat ayahku tak pernah memintanya pada ibuku. Semua berkas belajar ibuku, ayahku yang menyiapkan. Semua kertas kerja ibuku, ayahku yang memeriksakan. Semua tulisan ibuku, selalu dibaca ayahku dengan tenang. Ibuku punya buku resep, yang ayahku menjadi pembaca pertama. Saat harus tugas belajar dan sekolah lagi, semua diambil alih ayahku dengan perkasa. Ibuku dengan mudah bergelendotan hanya padanya. Menjadikannya perempuan pandai yang memikat bagi ayahku saja. Sampai kini, ibuku menggantungkan dirinya sepenuhnya pada ayahku dan selalu berkata, “Bapakmu mendukung mamah apapun yang terjadi, dan karenanya mamah akan menjaganya sampai akhir usia mamah, menjadi bentengnya setiap kali dia susah..”

Aku hanya mengira, pola egaliter ala lelaki Jawa seperti ini lebih tepat buat kita. Karenanya ibuku berpesan, “Mungkin adalah seorang lelaki Jawa bagimu nanti Nduk, he is going to support you no matter what. You kneel down for him. For he is going to have your back in any circumstances. Lihat bapakmu. Dia menjadi lelaki berkelas dengan meniadakan kelas dan sekat antara kami. Tidak ada subordinate. Patuh kita ya wajib patuh. Taat ya kita wajib taat. Tapi kita boleh berpendapat. Dia tak segan membantu mamah di dapur dan urusan anak-anak. Dia ungkapkan dia bisa atau tidak. Dia manja dan manis saat kita perlukan. Lihatlah kalian, dirawat dengan apik oleh bapakmu kan? Dia raja buat mamah. Karena dia bersedia membantu dan berada disisi mamah. Mamah yang diminta bapakmu membaca doa setiap kali selesai sholat, bapakmu bilang dia tidak lancar dan pengucapannya kurang baik. Itu tak mengurangi rasa hormat mamah sama sekali.. ”

Tidak, tidak, tidak. Aku tidak bermaksud membantah atau mencari pembenaran. Kamu tak ingin aku terlibat ini dan itu, kuatir aku terpukau kumbang dan melompat bergandengan gamang. Tidak, tidak, tidak. Aku seorang perindu. Aku seorang kutu buku. Aku bukan kutu loncat.

Aku tak tahu, kalau dulu aku tak menulis, apa aku bisa bertemu denganmu? Kalau dulu aku tak pernah keluar dari zona nyaman, apakah aku akan berjumpa dan menatap matamu? Kalau aku tak keras kepala dan gigih berusaha, apakah aku akan berkenalan denganmu? Sepertinya bisa jadi mustahil, karena untuk mendekati kelasmu, aku harus berjuang sampai pada levelmu yang luar biasa tingginya. Aku tak pernah sedikitpun ingin menandingimu, dalam hal apapun. Bagiku menulis dan mengembangkan pemikiran adalah tanggung jawab setiap perempuan, agar tetap bernyawa meski sudah tak ada di dunia.

Aku meminta syarat padamu, bukan untukmu, tapi untukku. Supaya aku tetap menjadi aku saat bersamamu. Agar kamu selalu melihat the very best of me dari semua versi. Aku hanya ingin menjadi satu-satunya bagimu. Seperti aku sekarang yang kebingungan meletakkan rindu. Meski akhirnya aku sering menatap langit dengan tasbih ditanganku sambil merapal doa untukmu. Memegangi dadaku, seperti bahasa tubuh kita via video kalau kita sedang rindu.

Aku ingin selalu menyapamu setiap hari seperti sampai sebulan lalu. Tapi entahlah, aku takut, aku takut kamu menolak. Aku tetap memeluk fotomu setiap malam. Membayangkan dirimu dan segala yang kamu punya setiap hari. Meskipun berjauhan raga. Dirimu selalu disini mengawasi. Melirik lelaki lain? Ah tak bisa. Wajahku sudah berpaling padamu sebagai kiblat segalanya.

Entahlah, aku harus bagaimana sekarang. Aku mungkin tak ingin berdebat. Aku hanya tak ingin menambah runcing segala hal atas kita. Apalagi berargumen perihal pilihan caleg dan pilpres. Tak pernah habis. Sementara derajat keyakinanku pada cinta yang telah ditimpakan di atas kepalaku terhadapmu jauh lebih menguasai komitmen hatiku. Yang menurutku, berbeda adalah hal yang biasa. Bukankah kita sama-sama pemikir? Mungkin aku hanya ingin kita berdamai dengan keadaan dan mengeluarkan versi terbaik kita sampai kita dipertemukan waktu kembali. Aku ingin tetap berada disampingmu. Tapi dimanapun orang pasti berkata terhadap cinta, "It takes two to tango." Jika kamu tak berkenan lagi menjadi sayapku untuk melihat dunia sampai akhir nanti, aku ingin tetap bisa melihatmu sampai di jannahku. Bukankah itu yang kamu nyatakan padaku? Kamu ingin menggandeng tanganku menemani aku menjadi ayah dan ibu bagi anak-anak perempuan di punggungku?

Atau mungkin aku harus puas menjadi tetanggamu di Jannah nanti. Lambai-lambai aku nanti ya. Mungkin dengan segala yang kamu lakukan untuk keluargamu, untuk kehidupan mereka dan kebahagiaan mereka; kamu akan miliki sebuah istana. Aku akan minta Allah dirikan aku sebuah pondok di depan istanamu, agar aku bisa melihat wajah yang halus kusentuh dalam pangkuanku. Agar bisa kucium aroma keningmu saat kukecup dahulu. Agar bisa kulihat lengan kekar yang berjanji selalu menggandengku dahulu.

Terimakasih kekasih. Terimakasih sayang. Sudah kamu ajarkan sesuatu pada jiwa bayiku yang polos dan lugu. Bahwa dunia kadang keras dan harus dilawan. Terimakasih pujaan hati, terimakasih lelaki terindah. Sudah kamu ajarkan padaku menjadi seutuhnya manusia, yang banyak bengkok dan salahnya, bukan bidadari yang rata hati dan gelombang perasaannya.

Selamat ulangtahun cinta.

Dan aku masih disini. Mencintaimu sepenuhnya, tanpa bintik benci. Tanpa bintik ragu. Semoga aku beruntung dipertemukan langit lagi denganmu. Tahun ini, di kotamu lagi.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post