Dian Garini Lituhayu

Lahir dan tumbuh di Kota Samarinda, aku rapat dengan budaya Melayu yang kental mewarnai kehidupan pinggiran Sungai Mahakam. Berkeseharian sebagai ibu dan ibu gu...

Selengkapnya
Navigasi Web

This Too, Will Pass

This Too, Will Pass

-Dian Garini Lituhayu-

Alhamdulilaah, mudah diucapkan saat kita sedang bahagia, menerima rejeki dan dalam kegembiraan. Tetapi, mudahkah mengucapkan Alhamdulillaah ketika kita sedang sedih, berduka, dalam masalah besar dan merasa sendiri tak berdaya?

Semestinya sama mudahnya.

Karena hakikatnya, yang diberikan kepada kita oleh Allah adalah kebaikan, adalah rejeki, adalah penguat dorongan anak panah ke langit sebagai peninggi derajat kehidupan, dalam bentuk penderitaan, kesusahan, kekurangan dan masalah besar.

Ini pengingat buatku sendiri.

Seringkali aku lupa bersyukur jika diberi masalah, padahal masalah itu diberikan sebagai tanda cinta. Cobaan diberikan sebagai tanda Allah berkehendak kita mengiba dan mendekat padaNya dengan segala cara. Lupa mengingat bahwa skenarioNya Maha Bagus dengan siapapun kita ditemukan dan apapun yang ditimpakan atas kita; seburuk apapun di mata manusia. Kan langit Dia Yang Punya? Seringkali aku lupa karena tetiba komplain mengapa begini dan begitu. Lupa harusnya bersyukur dan gembira apapun keadaannya. Ridho menerima keadaan dan bahagia karenanya.

---

Sudah 5 hari berturut-turut sejak kembali dari mudik sederhanaku, aku terputus kontak dengan dunia luar. Banjir yang mengepung kota Samarinda, dengan gabungan tanah longsor di beberapa titik kota menyebabkan aku berdiam diri di dalam rumah lebih banyak. Hujan yang turun deras tak berhenti sejak Jumat membuat tanah menjadi gahar dan lemah. Sebagian besar jalan utama tak bisa dilewati kendaraan roda empat dengan ukuran standar dan apalagi kendaraan roda dua. Akses menuju dan dari kota terputus. Tukang sayur dan paklek penjual tahu tempe pun seperti raib. Berdiam diri dalam rumah mereka masing-masing, karena tak terlalu banyak yang bisa dilakukan. Di beberapa titik listrik dan air bersih dimatikan alirannya.

---

Berbagai cerita berseliweran di dalam beranda dan status whatsapp teman-temanku, saudara-saudariku. Banyak rumah yang ditinggal pulang kampung, dan si pemilik rumah dikabari tetangga yang memberi kabar bahwa semua isi rumah mengapung, mulai dari kasur, tabung gas sampai kulkas. Sebuah postingan orang tua siswa yang juga teman baikku saat SMP dulu menggambarkan keadaan dimana mobilnya ikut hanyut kesana kemari terikut arus justru saat dia masih berada di kampung halaman ibunya di pulau Jawa.

---

Listrik yang dipadamkan tak urung membuat masalah baru, isi kulkas yang penuh sampah makanan basi dan sayur busuk. Pasokan air bersih menjadi langka dan penjual makanan jadi siap makan tak mudah ditemui.

Berbagai macam umpatan dan sindiran kepada pemerintah kota sampai pemerintah propinsi, mulai dari yang halus sampai yang membuat merinding makhluk halus. Adapula yang tenang, karena di beberapa titik air menjadi hal biasa setiap musim hujan. Ada yang santai, karena punya ban dan perahu karet untuk mengarungi kota Samarinda sebagai rekreasi paska lebaran. Kapal khas ketinting pun menjadi ramai sebagai alat transportasi antar jalan raya, seperti kembali ke zaman 70an, ketika aku masih bocah. Tentu saja saat itu di sungai, bukan di jalanan. Tak bisa dipukul rata penyebab banjir kali ini, karena memang dampaknya yang sangat luas dan luar biasa. Curah hujan yang sangat tinggi di bulan Juni, resapan air dan rawa-rawa yang menghilang dari Samarinda, pasang tinggi sungai Mahakam dan sungai-sungai kecil di sekitarnya, belum lagi perihal sampah yang menjadi momok khas setiap ibukota.

---

Ada yang menarik saat ini, fenomena-fenomena kecil yang membuatku takjub dan berbesar hati. Orang-orang baik itu banyak dan ada dimana-mana. Sebuah iklan dipasang besar melalui group daerah dan media sosial, beberapa tenaga dokter spesialis maupun umum, menyediakan pengobatan dan pemeriksaan gratis di klinik mereka pada siapapun yang hendak berobat, terutama yang terkena dampak banjir. Ada yang menyebarkan iklan bahwa sekelompok anak muda fans club sebuah jenis motor siap dipanggil untuk membersihkan masjid dan musholla yang terendam lumpur secara gratis tanpa pungutan apapun. Ada pemilik rumah laundry yang menghibahkan 12 tandon air raksasa miliknya untuk dibagikan kepada warga setiap harinya. Ada pemilik kebun hidroponik yang menerima titipan tanaman dan akuarium di lahan tanamnya yang cukup luas di lantai dua dan tiga rumahnya. Ada pemilik rumah sewa yang mengijinkan 6 petak rumah sewaannya yang dilengkapi dengan air dan mesin genset full isinya untuk ditempati oleh ibu-ibu hamil dan anak-anak tanpa biaya sama sekali. Ada seorang bapak yang memborong segala jenis roti, olesan dan selai yang akan dibagikannya dengan perahu karet miliknya untuk masuk ke dalam gang-gang kecil yang jauh dari jangkauan. Menurutnya nasi akan mudah basi. Ada pemilik rumah besar dengan halaman luasnya menerima titipan anjing dan kucing untuk shelter mereka saat kedinginan, kehujanan dan kelaparan, gratis. Belum terhitung lagi yang memasak khusus untuk dibagi-bagikan kepada pengungsi. Kalau dapur umum yang dikelola lembaga kepolisian, TNI dan lembaga pemerintahan lainnya, tak perlu kusebutkan, apalagi partai (yang bahkan sempat orasi dan kampanye di tengah banjir dalam proses pengiriman bantuan sembako untuk pengungsi—oknum dimana-mana ada*)

---

Yang kutandai dari fenomena-fenomena ini adalah bahwa kita diberi modalitas pas untuk menjadi orang-orang yang bermanfaat. Tak mampu dengan uang, dengan tenaga, tak mampu dengan tenaga dengan kuasa, tak ada kuasa dengan tulisan baik. Semua yang melekat pada kita adalah alat agar kita membantu sesama. Terkadang kita harus dihadapkan pada masalah besar untuk melihat hal-hal kecil istimewa yang kita baikan selama ini. Seringkali setelah badai berlalu, kita baru bisa melihat langit cerah dan aroma rumput hijau yang selama ini luput kita amati.

---

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Astagfirullah, memang ada info di salah satu WA group yang kumiliki tentang banjir ini, dikira hoax, innalilah, ternyata benar adanya. Yang sabar yah Bund, semoga Allah berikan rahmatNya dan segera dapat teratasi.

11 Jun
Balas

Inggih bun, alhamdulillaah sedikit mulai surut hari ini.

11 Jun



search

New Post