Dian_iyank

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kabut Cinta Di Sudut Desa

Kabut Cinta Di Sudut Desa

#Menulisku 169

Part 16

Kutuju mesjid seberang kantor UPT. Sembari menunggu urusan mereka selesai, mending aku salat duhur dulu.

Kumasuki beranda mesjid itu. Mesjid yang bagus dan terurus. Mukena dan kamar mandinya pun bersih.

Subhanallah.

Saat aku mengakhiri salatku. Kulihat Mas Evan memasuki mesjid, sepertinya dia pun belum sempat salat duhur.

Tapi mana Mas Rama. Aku belum pernah sekalipun melihat dia salat di waktu-waktu lain ... hanya sesekali aku lihat dia menemani Mas Evan magriban.

Dia bukan calon imam yang aku cari.

⚘⚘⚘

Saat kembali ke kantor UPT Mas Evan menjajari langkahku.

"Ada apa kalian mengajak saya pulang bersama?" Tanyaku padanya.

"Hari ini Rama ulang tahun. Dia akan mengajak kita makan. Cindy, wuri dan sheila sudah menunggu kita di sana." Jelas Mas Evan padaku.

"Ooh. Mengapa mendadak. Minimal saya bisa membeli kado dahulu." Seruku lagi menyayangkan info dadakannya.

"Rama tidak ingin berlebihan. Dia hanya ingin mentraktir makan saja. Begitu katanya." Mas Evan cepat menjawab pertanyaanku.

"Mbak Uti menyesal ya tidak memberi hadiah pada seseorang yang spesial?" Tanyanya lagi. Ada nada sarkas dalam kata-katanya.

Lagi-lagi dia begitu.

Aku berhenti berjalan. Kutatap dia. Mas Evan tetap melanjutkan langkahnya.

"Ayo Mbak ... kita menyebrang mumpung jalanan lengang!"

Aku tahu dia menghindari protesku.

⚘⚘⚘

Mas Rama mengajak kita makan di rumah makan lesehan dekat kantor kecamatan. Benar saja ketiga temannya sudah menunggu di sana. Aku agak sungkan juga diajak kumpul bersama di luar sekolah begini.

Bagaimana gitu rasanya.

Selain mereka bertiga ada dua orang gadis remaja yang juga hadir di situ. Mereka berdua sangat cantik.

Aku baru kali ini melihat mereka. Mereka terlihat akrab dengan Sheila ... sepertinya Sheila pun begitu. Siapa mereka tanyaku dalam hati.

"Itu adik-adiknya Rama, Mbak Uti." Jelas Mas Evan yang tiba-tiba duduk di sampingku. Dia seperti tahu apa yang kupikirkan.

"Oooh pantas cantik-cantik dan mirip Mas Rama. Eh ... Kenapa Mas duduk di sini...?" Tanyaku heran.

Dia tertawa ... cakep juga lelaki pendiam ini.

"Aku ngga boleh duduk di sini?" Dia balik bertanya. Kuputar tubuhku lebih menghadapnya. Aku terganggu ada nada menggoda dalam suaranya.

"Oooh ngga Mas. Hanya saja biasanya Mas kumpul dengan teman-teman Mas yang lain." Protesku agak tak suka dengan kalimatnya.

"Mbak Uti tak paham signal yang dikirim Evan, ya?" Wuri tiba-tiba nyeletuk. Membuat pipiku terasa panas.

Aku hanya terdiam dan kikuk sendiri. Bagaimana bisa paham jika tak ada penjelasan apa-apa darinya batinku.

???

(bersambung)

Rangkasbitung. Dian_iyank 28/10/2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post