Dian_iyank

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Kabut Cinta Di Sudut Desa

Kabut Cinta Di Sudut Desa

♡Menulisku 167

Part 14

Sampai selesai sholat subuh dan pagi menjelang, pikiranku masih terfokus pada cetusan Mas Evan tengah malam tadi.

Apa maksudnya dia berkata begitu.

Seakan-akan terbersit rasa tak suka aku mempersilahkan dia pulang untuk beristirahat. Memang salah sikapku. Dan ada nada dia merasa diperlakukan tak adil olehku dalam kata-katanya.

Sebersit ide hadir di otakku. Apakah dia cemburu. Pada Mas Rama, sahabatnya.

Masa sih.

⚘⚘⚘

Aku sudah berseragam saat bapak pamit pergi ke sawah. Aku pun sudah siap-siap akan pergi ke sekolah. Badanku sudah agak baikan.

Jadi aku memutuskan untuk pergi ke sekolah. Walau tadi aku masih belum berani mandi air dingin.

Hari ini suhu udara memang terasa dingin sekali Mataharipun belum jelas cahayanya meski jam sudah menunjukkan pukul 06.15 WIB. Mungkin akan turun hujan.

Bergegas kukunci pintu depan dan kuselipkan anak kuncinya di kerimbunan dedaunan dalam pot di sudut teras. Supaya saat bapak pulang beliau mudah menemukannya.

Kami memang tak pernah membawa-bawa kunci rumah kemanapun kami pergi. Anak kunci selalu terselip aman di pot sudut itu.

⚘⚘⚘

Anak-anakku masih berdatangan saat aku tiba di sekolah. Kumasuki ruang kelasku, kusimpan tasku dan segera kutuju kantor guru. Hari ini giliran jadwal piketku.

Mumpung belum jam masuk sekolah. Aku akan menyiapkan absen guru, minuman untuk Bapak Kepala Sekolah dan meneliti kebersihan serta kerapihan ruangan tiap-tiap kelas.

Anak-anak yang berpapasan denganku menyapaku sopan. Mereka menanyakan kesehatanku. Mereka heran aku sudah bisa pergi ke sekolah.

"Memang ibu sudah baikan, Bu. Sampai hari ini datang ke sekolah. Jika masih sakit mending istirahat di rumah saja, bu."

Seru Dito ketua kelas kelas 6. Kecemasan tergambar di raut wajahnya. Dia memang anak yang sangat perhatian.

"Ibu sudah baikan, Dito. Terimakasih atas perhatiannya. Doakan ibu bertambah sehat setelah aktivitas hari ini." Sahutku sambil tersenyum padanya.

"Iya, Bu. Doa terbaik selalu untuk ibu." Sahut Dito tulus.

***

Kutinggalkan Dito dan teman-temannya. Kurapikan meja setiap guru di ruangan ini. Sebentar lagi mereka pasti berdatangan.

"Jangan memaksakan diri seperti itu, Bu guru. Kesehatanmu belum pulih benar. Wajahmu masih terlihat pucat begitu. Jika tak percaya tengok cermin di depanmu."

Itu suara Mas Evan ... tapi dimana orangnya. Kantor guru ini sepi. Belum terlihat seseorang pun di dalamnya.

"Aku di dapur, Bu guru. Jika bu guru mau teh manis atau susu hangat, mau aku buatkan." Katanya lagi membuatku tersipu. Dia tahu apa yang aku pikirkan.

Dan aku suka perhatiannya.

???

Rangkasbitung. Dian_iyank 25/10/2021

(bersambung)

Rangkasbitung. Dian_iyank 16/10/2021

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post