Rintihan rindu (4)
#Menulisku 87
♡cerbung
Acara ulang tahun Vivi dihadiri teman-temanku. Kemarin Vivi juga memintaku menghubungi teman-teman yang lain. Kuundang karib kami yang sering berkumpul termasuk syahrul. Alhamdulillah dia mau datang dan membawa serta anak bungsunya.
Acara makan dimulai. Syahrul didaulat membacakan doa. Kami mengikutinya dengan khidmat. Dan kami semua makan dengan lahap. Vivi memang tiada duanya. Meski dia seorang pengusaha Vivi jago memasak. Keahliannya itu tiada tandingannya.
Aku sering mencoba menu masakannya di rumah. Tapi tetap saja rasanya berbeda. Memang dasar akunya juga tidak senang memasak. hehe..
⚘⚘⚘
Vivi terharu saat lelaki yang bernama Mas Sofyan itu, menyanyikan lagu Selamat ulang tahun versi Jamrud untuknya. Dia sedih. Suaminya tidak bisa hadir di hari ulang tahunnya. Karena harus melawat ke rumah saudaranya di Kuala Lumpur Malaysia.
"Jangan menangis atuh, Vi. Nanti make-upmu luntur. Hilang deh cantiknya."
Seruku menggodanya. "Dia tertawa seraya memelukku. Terima kasih ya Ncie. Kamu sahabat terbaikku."
Lirihnya masih terisak.
"Ya Vie.. Happy birthday. Wish u all the best. Semoga usiamu barokah dan hidupmu selalu bahagia."
Bisikku mempererat pelukan kami.
"Sudah-sudah jangan berduka dong.. inikan hari bahagia. Jadi kita semua harus berbahagia..."
Kata Mas Sofyan menghentikan suasana sedih ini.
Semua memberi selamat kepada Vivi. Sekarang mendung di wajah Vivi sudah tergantikan rona kebahagiaan.
Kulirik lelaki itu yang ternyata juga sedang melihat padaku. Kuberi dia senyum lebar sembari kuacungkan ibu jari memujinya. Dia pun tertawa senang. Ah.
⚘⚘⚘
Acara bernyanyi pun dimulai. Teman-temanku unjuk kebolehan. Merdu juga suara mereka.
Sahrul pun tak ketinggalan dia serius menyayikan lagu-lagu Ebiet G. Ade dengan syahdu. Suara melonya belum pudar. Mantul juga sahabatku itu. Dia tertawa gembira saat ku acungkan 2 ibu jariku. "Neng..."
Suara Mas Sofyan mengalihkan perhatianku. Dia memendekatiku. Aku menatapnya penuh tanya.
"Ada apa Mas..?"
Tanyaku. "Aku pernah salah ya pada Neng?"
Katanya hati-hati. "Kenapa bertanya seperti itu..?"
Tanyaku balik.
"Aku merasa Neng ngga nyaman dengan kehadiranku. Mengapa. Apa aku pernah menyinggungmu..?"
Tanyanya lagi menuntut jawabanku. Aku terdiam. Bingung harus menjawab apa.
"Tidak ada apa-apa, Mas. Aku biasa saja. Mungkin itu hanya perasaan Mas saja. Aku memang seperti ini. Jangan dibawa ke hati ya Mas."
Sahutku menutupi semua dan mencoba membuatnya tak penasaran lagi.
"Benar nich.. Neng tidak ada apa-apa? Jika ada sikapku yang membuat Neng tak suka atau tak nyaman, katakan langsung ya neng. Biar aku tahu. Ok?"
Pintanya padaku.
"Okay, Mas."
Jawabku tersenyum manis. Dia tak paham kami tak sedekat itu untuk mudah mengutarakan rasa.
(bersambung)
#Rangkasbitung. Dian_iyank. 30/1/2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Dia tak paham kami tak sedekat itu untuk mudah mengutarakan rasa. Keren, ditunggu lanjutannya
Terimakasih
Kereeen cerpennya, Bunda. Salam literasi
Trimakasih pak guru.. salam pagi
Keren salam LiterasiDitunggu lanjutannya. Sudah aku follow juga follow balik ya Say salam. Terima kasih
Aku sdh follow jg klo g slh
Cerbung yang keren banget. Ditunggu lanjutannya bu. Barokallah.
Terimakasih