TOLONG PAHAMI AKU
#Menulisku 107
Ini kali ke berapa aku melakukan ini. Demi kesehatanku aku harus rutin malakukannya setahun sekali. Meski aku harus merogoh kocek yang tidak sedikit. Yang penting aku sehat dan tak ada yang tersakiti karena ulahku.
Namun kunjunganku ke ahli Genekologi kali ini tak membuat hatiku nyaman. Aku berpapasan dengan Bu Dian di Laboratorium tadi. Dia pasti bingung ada apa aku ke dokter kandungan. Bapak-bapak ke dokter kandungan biasanya dengan istrinya, ini aku hanya sendirian.
Aku tak mau dia berpikiran macam-macam. Meski dia tadi tak mengatakan apapun. Aku khawatir, ibu-ibu cenderung kepo dan senang berpikiran negatif. Aku tak mau itu terjadi lalu aku dirumorkan negatif. Hampir satu minggu aku mencemaskan hal itu.
⚘⚘⚘
Dari pada aku berkutat dengan pikiran buruk dan menduga-duga sikap bu Dian. Lebih baik aku ajak bicara dia. Cetus hatiku memberikan solusi. Kucari nomer kontak beliau. 8 tahun lamanya kami tak berhubungan. Mungkinkah dia masih memakai nomer itu.
Alhamdulillah dia merespon pesanku. Aku awali dengan basa-basi menanyakan kesehatannya sebab kulihat di tangannya waktu itu ada hasil rontgen. (Ko terbalik aku yang jadi kepo) 🤣
Dia menceritakan habis chek up setelah minggu lalu dia diopname. Ingin tahu hasil pemeriksaan lanjutannya serunya ceria. Dia memang selalu gembira meski derita menimpanya. Itu positifnya Bu Dian.
Setelah berbicara kesana kemari hati-hati kutanya dia.
"Ibu ingat bertemu saya dimana. Dan ibu tahu mengapa saya ada di situ?"
Dia terdiam mungkin mencerna pertanyaanku.
"Kita bertemu di RS Kartini tapi saya lupa di depan poly apa waktu itu. Oh iya depan dokter kandungan ya..? Maaf ya pak waktu itu hati saya sedang cemas dengan kesehatan saya, jadi tak menanyakan kabar bapak.. Dan saya malah tak sepenuhnya sadar tentang bapak. Sekarang saya jadi kepo ada apa bapak ke dokter kandungan.."
balasnya sambil tertawa lebar.
⚘⚘⚘
Bu Dian itu teman pelatihanku. Aku dekat dengannya saat masa pelatihan. Sifatnya yang ramah dan mudah tertawa membuat aku yang kaku bisa nyaman saat berbicara dengannya. Dia juga banyak membantuku mengerjakan tugas.
Jadi kupikir tak mengapa jika aku konsultasi padanya dan meminta pendapatnya. Namun kuberi dulu dia PR untuk merambah mbah google mencari alasan mengapa laki-laki paruh baya seperti aku bergaul dengan dokter kandungan.
⚘⚘⚘
Dia menghubungi aku duluan. "Pak.. saya ikut prihatin. Bolehkah saya tahu mengapa bisa begitu?" Tanyanya miris. Aku bingung bagaimana menjelaskannya.
"Kita sambil makan siang yuk bu. Tapi cari tempat yang aman. Saya tak mau jadi heboh nantinya."
Kataku padanya.
"Siap.. Rumah makan Baranang siang saja ya pak. Sepi. Juga dekat ke tempat bapak dan saya.."
Ujarnya memberi jalan keluar. Tersepakatilah kami bertemu hari rabu setelah ashar minggu besok.
⚘⚘⚘
Belum apa-apa muka bu dian sudah penuh kecemasan begitu. Temanku yang satu ini memang sifatnya impulsif dan tak bisa berpura-pura, juga tak sabaran. Empatinya yang tinggi terkadang sering membuat lawan jenis geer dengan perhatiannya. Termasuk aku.
"Huuussst.. air mukanya tak boleh seperti itu. Membuat saya jadi malu."
Tukasku padanya. Dia meresponnnya dengan tertawa geli.
"Bapak dan ibu tak harmonis .. sampai bapak harus melakukan itu?"
Tuhkan dia langsung menyambarku dengan pertanyaannya.
"Tidak. Kami baik-baik saja. Tapi maaf ya bu .. saya tidak sedang buka aib siapapun. Termasuk aib istri saya dengan menceritakan hal ini pada ibu." Kataku mewanti-wantinya.
"Tenang pak.. rahasia bapak terjamin." Jawabnya cepat.
"Istriku mengidap diabetes melitus."
Ucapku lirih. Dan akhirnya kelegaan menguasaiku. Bu dian pasti paham tanpa harus kuterangkan panjang lebar. Hobynya baca buku. Pemahamannya pasti luas.
"Maaf ya pak.. maaf banget .. sudahkah bapak konsultasikan hal ini sama ibu. Demi kesehatan bapak lho.. yang penting bapak tidak jajan dan tidak zinah. Karena menurut saya bapak berhak akan itu. Asal bicarakan dulu dengan ibu dan kalau perlu ajak orang yang mengerti tentang hal ini untuk menjelaskannya pada ibu ... seperti dokter atau kyai." Sarannya ringan padaku.
Jika tidak mengalami bicaranya pasti mudah seperti itu. Batinku. Mana tega aku meminta izin. Tapi ada benarnya juga. Daripada aku meminta pendapat orang lain atau memendamnya sendiri. Lebih baik aku jujur pada istriku. Mudah-mudahan istriku mengerti. Saat tak mengerti pun minimal dia tahu apa yang aku rasakan.
"Uwaku juga sakit prostat pak sebelum meninggal dia sempat melakukan operasi. Tetanggaku malah sudah taraf kanker sebelum sempat dioperasi meninggal dunia. Makanya saat 2 orang teman guruku memilih tega pada istrinya dengan diam-diam menikah lagi aku mencoba memakluminya. Karena mereka tak ingin kena resiko itu. Bapak baik sekali memilih solusi disedot cairannya di dokter. Subhanallah .. rasa cinta bapak yang menuntun bapak melakukan hal itu. Semoga Allah selalu memberikan kemudahan di hidup bapak.." katanya lirih sambil sedikit sedih.
"Saya sebagai istri terkadang bingung juga miris saat mendengar curhatan bapak-bapak tentang ini. Banyak istri yang tak tahu atau tahu tapi pura-pura tak mengerti pentingnya pelepasan untuk seorang laki-laki. Namun mereka juga tak ingin suaminya menikah lagi. Padahal mereka sudah tidak bisa melayani. Saat uwaku curhat dulu .. aku masih muda perkawinanku baru seumur jagung. Namun curhatan uwa membuat aku dan suami berusaha terbuka tentang itu. Dan wawasan suamiku lumayan dalam soal ini. Karena dia pun sering jadi curhatan teman-temannya. Semoga kami berdua tetap sehat walafiat dan bisa saling melayani selamanya."
Bu Dian menerangkan rasanya panjang lebar. Sungguh aku tak salah orang saat bercerita padanya.
⚘⚘⚘
Aku memberi izin pada Bu Dian, ketika dia ingin menuangkan ceritaku lewat cerpennya. Dengan syarat dia harus bisa mengemas ceritanya sehingga rahasiaku tetap terjaga. Dan aib keluargaku pun aman tidak terekspos.
"Insyaallah pak saya akan menambah-nambahkan cerita dan suasananya. Dan bapak yang akan saya kirim duluan untuk membacanya. Jika bapak sudah berkenan saya posting cerpennya." Janjinya pada saya. Dan saya setuju cerpen ini dia posting.
⚘⚘⚘
Penulis : Saya pun seorang istri yang belum tentu mampu berbagi cinta dengan wanita lain. Apalagi disaat kita butuh perhatian lebih dari suami kita. Namun kita juga tak boleh egois dan menyepelekan kesehatan suami kita.
Jangan sampai ketak acuhan kita ... keegoisan kita mendorong mereka untuk berbuat dosa. Dan memendam rasa sakit sendirian. Beda kasusnya jika suami kita yang sakit. Karena tidak ada istilah polyandri untuk seorang wanita.
Sebelum uwaku curhat dulu. Akupun berpikiran negatif padanya. Dengan mengatakan dasar saja senang kawin. Atau mata keranjang. Harusnya aku mengerti selalu ada alasan dari semua kejadian. Maafkan aku uwa sayang 😧
Bagi kita wanita mungkin itu bukan kebutuhan penting namun saat kita berumah tangga .. bukan hanya kepentingan kita yang harus dipikirkan. Aku jadi ingat petuah almarhum emak mertuaku.
Jika ingin hidup bahagia tumbuhkan rasa saling peduli dan lupakan keegoisanmu. Karena hidup itu dua arah. Ada kita dan ada orang lain. Dan dalam rumah tangga orang lain itu suami kita sendiri. Jangan malu dan tabu bicara terbuka tentang kebutuhannya.
"Semoga kita para istri diberi kesehatan yang prima untuk selalu bisa melayani suami secara lahir dan batin. Amin yra."
Rangkasbitung prihatin. Dian_iyank. 15/3/2021
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Tak tahu harus berkata apa... . Semoga ada solusi yang terbaik.
Amin yra. Trims sdh mampir
Semoga selalu ada solusi terbaik saling menguntungkan.
Amin yra
Tulisan yang keren mampu menyingkap kewajiban yang terabaikan.
Terimakasih
Luar biasa tulisan ibu...mempertemukan pemikiran,perasaan dan ajaran...tapi semua berpulang kepada niatnya ya bu..Salam literasi
Maaf bu...sudah saya follow...ditunggu folbacknya...terimakasih..
Terimakasih pak ..
Cerita yang sarat pembelajaran dalam.berumah tangga. Bagus sekali bunda. Sukses untuk bunda
Terimakasih
Semoga hajat ibu dikabulkan oleh Allah SWT... diberikan ketabahan dalam menghadapi permasalahan hidup...
Amin yra