Dian Handriati

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Jangan Panggil Aku Penyihir ( Babak Calon Arang )

Jangan Panggil Aku Penyihir ( Babak Calon Arang )

Jangan Panggil Aku Penyihir

( Babak Calon Arang) (Part 1)

Dian Handriati

Calon Arang, begitulah dunia mengenalku. Kau pasti pernah mendengar tentang kisahku dari buku-buku dongeng di perpustakaan. Dari celoteh para esais yang angkuh menganalisis kisahku , menilaiku, mengulitiku dalam essai-essai mereka seakan mereka mengenalku. Membawa namaku dalam seminar-seminar sastra lalu membedah, merobek, memotong, memecah-pecah perwatakanku dengan dalih analisis perwatakan. Ya, kau pasti pernah mendengar kisahku dari skripsi mahasiswa- mahasiswa sastra yang menjadikanku sebagai tokoh antagonis mereka. Mungkin Kau mengetahui narasiku dari novel Pramudya Ananta Toer atau dari penggalan cerita rakyat?

Aku tahu gambaran apa yang kau terima tentang aku. Ingatan kolektif yang diukir oleh sejarah berabad abad tentang catatan kelam Calon Arang. Calon Arang, si Penyihir Tua , ia kejam, tak berperikemanusiaan, wajahnya buruk penuh kerut dan senyum kecut, perempuan penuh dendam kesumat. Aku tahu, orang-orang di zamanmu , mengenalku sebagai yang tak memiliki belas kasihan. Akulah yang mereka sangkakan sebagai peneluh, penebar kengerian di Kerajaan Daha. Peneluh teror perenggut nyawa secara massal. Kisah tentangku selalu bersanding dengan kekejaman sebagai sesuatu yang normal. Aku tak tuli, Ketika sumpah serapah , doa kutukan mereka tebar untukku. Kematianku, sungguh jadi puncak orgasme mereka. Dan, Kau tahu, aku tak peduli. Toh, semua makhluk akan mati, dengan atau tanpa kutukan mereka.

Sejarahlah yang kejam. Mematriku dalam abad abad sejarah sebagai penyihir terkutuk. Tidak! Ini semua salah.Berabad-abad aku bungkam, menyimpan ceritaku di sepi hutan-hutan , di kesenyapan puncak-puncak gunung, di kengerian palung-palung laut terdalam. Mungkin, Kau tak akan pernah bisa menemukan cerita kebenaran Calon Arang jika terus kukatupkan mulutku sekuat rekat. Tidak..tidak..tidak. Aku tak akan seperti itu lagi. Jadi,dengarkan baik-baik kisahku sebelum aku kehilangan minat lagi. Tolong, luruskanlah sejarahku, agar tak lagi kusandang nama calon Arang seiring dengan sebutan raksasa penyihir tak berbelas kasihan.

(Bersambung part 2 )

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post