Dian Intan Marsifa fauzia, S.Pd. SD

Guru di SDN 25 Membalong Belitung ...

Selengkapnya
Navigasi Web
    CINTA SIMPUL MATI
CINTA SIMPUL MATI

CINTA SIMPUL MATI

CINTA SIMPUL MATI

#TantanganGurusiana

Tantangan Hari Ke-20

Pagi itu tepatnya pukul 05.30 WIB, kulangkahkan kaki menyusuri rerumputan yang masih berembun begitu terasa dingin dan sejuk, diiringi dengan semburat cahaya kemerahan di ufuk timur, ya pagi itu matahari belum sempurna menampakkan dirinya.

Lapangan berukuran 200x100 meter persegi itu tampak ramai dipagi ini berbeda dengan kemarin yang masih tampak sepi dan hanya terdapat belasan tenda yang terpancang. Hari ini sekolahku mengikuti Perjusami dalam rangka Hari Ulang Tahun Pramuka ke empat puluh dua Se-Kwarran Jaya Kerta Kabupaten Karawang, yang kebetulan juga masuk kedalam agenda tahunan osis.

Dari mulai Sekolah dasar aku sudah menyukai ekstrakurikurel pramuka. Sungguh kegiatan yang positif dan banyak manfaatnya. Wadah di mana peserta pramuka dapat mengembangkan kemampuan dan pembentukan watak. Kegiatan kepramukaan membentuk karakter lewat serangkaian kegiatan yang menarik, menyenangkan, rekreatif dan menantang tanpa terpaksa.

Kegiatan semakin seru dan asyik ketika peserta dituntut menyelesaikan tantangan dalam lomba yang diberikan. Walaupun hujan turun begitu deras ternyata tak menghalangi mereka mengikuti acara hingga usai. Berbagai lomba yang wajib mereka ikuti di antaranya lomba memasak non beras dengan menggunakan bahan dasar dari singkong atau ubi, permainan tradisional engrang, pioneering, tali temali, pembuatan jamu herbal, padus, membuat kaligrafi, PBB bertongkat, senam pramuka, P3K, sketpanorama, peta pita, pidato, jingle regu, pengetahuan umum kepramukaan dan tekhnik kepramukaan

Selesai upacara pembukaan agenda hari kedua adalah wide game (pencarian jejak) aku dan teman-teman segera kembali ke tenda menyiapkan segala keperluan untuk hari ini. Kegiatan wide game di mulai pukul 09.30, pos pertama pengetahuan umum kepramukaan, pos kedua PBB tongkat, pos ketiga pioneering, pos keempat, pos kelima, halang rintang, pos keenam semaphore, pos ketujuh PPPK. Sampai di pos terahir yaitu pos PPPK. Pos yang paling kusuka. Aku bersemangat sekali tak peduli wajah yang sudah belepot dengan cairan belao saat di pos halang rintang tadi. Selain memang aku menyukai tekhnik kepramukaan PPPK juga karena salah satu penjaga posnya adalah A’ Syazwan. Dia terlihat begitu gagah mengenakan baju seragam pramuka lengkap dengan atribut pramuka golongan penegak laksana yang menempel dibadannya.

“ Lapor kami dari regu Dewi Sartika siap melaksanakan tugas…”

Ucapku sebagai pinsa (pimpinan sangga) kepada salah satu Pembina yang berada di pos tujuh.

“Laksanakan” jawab pembina yang ada di pos tujuh.

“siap laksanakan”. Jawabku.

Kemudian kakak Pembina yang kuperhatikan dari atribut yang menempel di tubuhnya adalah seorang pramuka pandega memberikanku sebuah materi soal untuk dikerjakan bersama teman-teman.Tugasnya adalah melakukan pertolongan pertama pada luka patah di lengan bawah dan membuat tandu penolong untuk korban.

Strategi yang kubuat agar dapat menyelesaikan tugas tepat pada waktunya adalah menugaskan satu orang teman yang berperawakan kecil untuk menjadi korban patah tulang lengan bawah kemudian menugaskan teman-teman untuk membuat tandu bersamaku dan yang sebagian lagi membalut luka korban. Alat yang kugunakan untuk membuat tandu penolong adalah dua buah tongkat pramuka yang sama panjang, dua buah tali pramuka, dan cara membuatnya cukup kugunakan simpul pangkal dan simpul jangkar. Saat sibuk mengerjakan tugas yang diberikan di pos terakhir ini kucoba curi-curi pandang kearah A’ Syazwan, oh my god ternyata dia juga sedang memperhatikan kearahku tatapannya begitu dalam. Dia tersenyum kepadaku sambil memberikan support dengan mengacungkan jempolnya. Saat itu juga kurasakan seperti ada bunga-bunga yang bermekaran dihatiku, bahagia sekali hilang semua letih dan lelah hari ini.

Kuperiksa hasil kerjaku dengan teman-teman sebelum menyerahkannya kepada pembina di pos tujuh. Kupastikan tidak ada yang kurang dengan cara membalut luka korban juga tandu yang kubuat dengan teman-teman menggunakan simpul pangkal dan simpul jangkar terikat kua t.

Setelah selesai pencarian jejak aku dan teman-teman satu sangga kembali ke tenda untuk kegiatan patut diri seperti mandi, sholat ashar, dan makan kemudian dilanjutkan dengan sholat magrib yang dilaksanakan secara berjama’ah dengan seluruh peserta dan seluruh panitia di tengah-tengah lapangan.

“ kutulis catatan-catatan kecil tentang kita

Lalu kugantungkan di mega senja

Semoga ia mampu mengingatkanmu

Ketika kau mulai lupa”.

Priitt priittt priitt…terdengar bunyi peluit tanda panggilan untuk peserta kumpul menuju tempat api unggun berada. Aku bergegas cepat-cepat menuju lapangan sambil membawa obor karena aku mendapat tugas menjadi salah satu pembawa api obor Dhasa Dharma malam ini. Kayu bakar telah tersusun, semua peserta digabung dan membentuk sebuah lingkaran mengelilingi api unggun yang akan segera dinyalakan.

Sebelum acara dimulai pembawa acara menyampaikan susunan acara nya yang pertama doa sebelum api dinyalakan, yang kedua pembacaan Dasa Dharma pramuka oleh tim pembawa api Dhasa Dharma kemudian dilanjutkan dengan menyalakan api unggun, ketiga sambutan dari kakak Pembina dan keempat pentas seni.

Api unggun siap untuk dinyalakan. Sepuluh pemimpin sangga yang terpilih termasuk diriku telah siap di posisi masing-masing sambil memegang obor.

“siapp grakk !!!, luruskan” dari barisan depan terdengar dengan suara yang lantang.

“lurus !! dari barisan belakang.

“tegakkk grakkkk, maju jalann” berjalan perlahan dan mengelilingi susunan api unggun.

“hadap kiri grakk”instruksi dari pemimpin barisan pembawa api Dhasa Dharma.

Satu persatu obor yang dibawa dinyalakan secara estapet sambil mengucapkan Dhasa Dharma. Setelah selesai api diestapetkan sampai pada pembacaan Dhasa Dharma yang ke sepuluh “ suci dalam pikiran perkataan dan perbuatan”. Kemudian peserta terakhir meletakkan obor tersebut pada susuan api unggun dengan diikuti oleh peserta yang lainnya. Secara perlahan api unggun mulai menyala, api mulai membesar dan membara . Dinginnya malam pada saat itu sirna digantikan dengan hangatnya api kebersamaan.

“siap grakk, hadap kanan grakk” pemimin barisan memberikan komando untuk kembali ketempat sebelum api semakin membesar. Instruksi Pembina pramuka untuk menyanyikan lagu pramuka yang berjudul “ Api Unggun”. Namun sebelum lagu dinyanyikan didahulukan dengan tepuk pramuka.

“ Api Unggun”

Api kita sudah menyala

api kita sudah menyala

Api…api…api…

Api…api…api…

Api unggun sudah menyala

Cintaku padamu ibarat nyala api ungun yang harus dijaga

Agar bisa menghangatkan hati kita berdua.

Setelah acara api unggun selanjutnya acara pentas seni. Berbagai macam kreasi seni ditampilkan tiap regu dan tiap sangga ada yang membaca puisi dengan alunan senar gitar yang menyentuh hati, ada juga pementasan drama musikal pendek yang dikolaborasikan dengan musik seadanya, ada tarian dan lain-lain.

Malampun kian larut . acara dilanjutkan dengan renungan malam yang sangat menyentuh dan menggetarkan hati semua peserta hingga sampai menangis meneteskan air mata. Kamipun di bubarkan untuk segera tidur karena besok pagi masih ada upacara penutupan sebelum berkemas untuk pulang.

Saat menuju tenda untuk istirahat. Aku baru teringat akan secarik kertas yang tadi sempat A’ Syazwan berikan padaku dan belum sempat aku baca karena sibuk persiapan api unggun. Kubaca isinya.

“ Cinta Simpul Mati”

Cintaku padamu ibarat nyala api ungun yang harus dijaga

Agar bisa menghangatkan hati kita berdua.

Cintaku padamu tak sebatas patok tenda

Jika tenda dirubuhkan bye bye sayonara

Tapi cinta kita harus seperi tenda

Harus selalu kita jaga tali patoknya

Agar selalu tegar saat hujan dan badai menerpa

Meski kadang memahami isi hatimu rasanya lebih susah

Dari pada memahami sandi morse dan sandi rumput

Tapi karena cinta kita suci

Maka harus kuperjuangkan dengan bersurvival

Agar nantinya cinta kita berdua

Layaknya simpul mati kokoh dan kuat

Sehingga sulit untuk dilepaskan oleh siapapun

Kecuali dengan takdirNYA sang Maha Pemilik Cinta.”

--Syazwan Niyaz--

Kumenengadah ke langit. Kulihat malam ini langit begitu indahnya dihiasi dengan taburan bintang yang seolah-olah ikut tersenyum bahagia menyaksikan diriku.

SALAM PRAMUKA!!!!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mkasih bunda...slm kenal. . Cerita berdasarkan pngalaman pribadi saat SMA hehe.

04 Feb
Balas

Ciecie

04 Feb
Balas



search

New Post