Dian Intan Marsifa fauzia, S.Pd. SD

Guru di SDN 25 Membalong Belitung ...

Selengkapnya
Navigasi Web

Kugapai Cita-cita di Kampung

TantanganGurusiana

Tantangan hari ke-22

“ Membiasakan diri untuk menjalankan syariat agama dan menjauhkan larangan sejak dini. Sebab bila kita sudah terbiasa melakukan perbuatan yang baik, beribadah, berakhlaq baik dan sebagainya. Maka kebiasaan tersebut akan terbawa sampai kita dewasa sehingga dapat membentengi diri dan tidak terpengaruh dengan hal-hal yang negative”.

Itulah nasihat yang selalu kuingat dari salah seorang ustadzah saat memberikan kultum setelah melaksanakan sholat Subuh berja'maah di masjid Ponpes Puteri. Hari-hari terasa indah kulewati bersama kedua sahabatku Khalisah dan Khoirul Ummah di Pondok Pesantren attaqwa puteri Ujung Harapan Bekasi. Dimulai dari pukul 03.30 santri mulai dibangunkan dari tidur lelapnya oleh para “mudabbir” atau kakak kelas sebagai pembimbing untuk memulai aktifitas dengan qiyamul lail atau sholat tahajjud berjamaah, berdoa agar negara ini aman sentosa, agar orang tua yang menafkahinya diberikan kelapangan rizki, agar proses belajarnya berjalan baik dan barokah.

Setelah sholat tahajjud berjamaah dilanjutkan dengan sholat subuh berjamaah dan pengajian alqur’an atau tadarus. Perlu diketahui di pondok modern seperti At-Taqwa Ujung Harapan Bahasa yang santri gunakan santri untuk komunikasi sehari-hari adalah Bahasa Arab dan Bahasa Inggris, santri diwajibkan menghafal mufrodat (kosa kata) yang diberikan para ustadzah dan juga pengurus setiap harinya untuk kemudian dipraktekkan dalam berkomunikasi sehari-hari.

Pukul 06.00 saatnya santri untuk olah raga agar menjadi insan yang sehat baik jasmani juga rohani, ini menjadi hal yang selalu kutunggu-tunggu saking antusiasnya dalam mengikuti senam pagi selalu kupastikan untuk berada pada barisan terdepan alhasil gerakan senam SKJ 94’ benar-benar kuhafal, setelah berolahraga santri kembali ke asrama untuk bertolak ke dapur umum menikmati sarapan pagi, lalu bersiap-siap pergi ke kelas masing-masing untuk belajar. 100% pelajaran umum dan 100% pelajaran agama Islam. Ya…benar adanya jika kita mengenyam pendidikan di pondok pesantren kita akan mendapatkan 200% pelajaran.

Pukul 07.15-12.00 santri belajar pagi dimana Pondok Pesantren Attaqwa Putri menggabungkan dua kurikulum sekaligus. Baik kurikulum pondok maupun kurikulum nasional dipergunakan secara simultan dipondok ini. Kurikulum pondok adalah kurikulum yang digariskan oleh pihak Pondok Pesantren Attaqwa Putri berupa kumpulan mataajaran pondok yang lebihn menitik beratkan pada pengajaran ilmu-ilmu agama Islam. Kurikulum nasion aladalah kurikulum yang digariskan oleh Departemen Agama Republik Indonesiadan atau Departemen Pendidikan Nasional berupa kumpulan mataajaran nasional yang telah terstandardisasi. Kedua kurikulum, baik itu kurikulum pondok maupun kurikulum nasional, dilaksanakan secara tetap dan diajarkan dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Attaqwa Putri.

Tong teng tong teng tong teng…lonceng tanda berakhirnya pelajaran dikelas itu artinya kita sudah harus keluar kelas kembali ke kamar untuk bersiap-siap melaksanakan sholat dzuhur berjamaah. Pukul 13.00 setelah sholat dzuhur dan makan siang dilanjutkan dengan belajar di kelas siang dengan wali kelas masing-masing dan akan selesai sekitar pukul 15.30.

Tatkala mentari mulai condong ke barat kegiatan dilanjutkan dengan ibadah sholat ashar. Waktu antara 16.00 hingga adzan maghrib tiba menjadi waktu yang kutunggu-tunggu disini santri dapat mengisinya dengan aktivitas ektrakulikuler sebagai bekal untuk menunjang hidup para santri kelak ketika terjun di masyarakat. Ada beragam pilihan kegiatan ekstrakurikuler yang telah disediakan oleh Pondok Pesantren.

Kegiatan ekstrakurikuler dipilih sesuai dengan minat dan bakat para santri. Dan Latihan berpidato dalam tiga bahasamenjadi ektrakulikuler pilihanku. Selesai mengikuti kegiatan ektrakulikuler aku kembali ke asrama untuk makan sore dengan antri dan tertib.

“Khalisa, lets get some rice to eat or we will get long queue”

Ucapku mengajak Khalisa untuk segera ke dapur umum.

“ give me a minute, I will bring my things(plate and spoon).

Jawab Lisa singkat.

Pukul 18.00 terdengar kumandang adzan saatnya para santri bergegas menunaikan sholat maghrib secara berjamaah, sambil menunggu waktu sholat isya santri mengisi kegiatan dengan tadarusan dan menambah hafalan surat-surat pendek, Hingga akhirnya adzan isya berkumandang lalu santri sholat isya berjamaah di masjid. Sepulang dari sholat tak lupa kulihat ke papan tulis mahkamah (pengadilan) apakah namaku tertulis disana atau tidak karena biasanya tindakan-tindakan indisipliner seperti berbicara dengan bahasa Indonesia atau melanggar peraturan pondok akan dilaporkan oleh “jassus” atau mata-mata yang berasal dari kawanku sendiri yang sehari sebelumnya masuk mahkamah.

Pukul 19.30 dilanjutkan dengan kegiatan rutin Muzakaroh atau mengulang pelajaran sekolah di kelas masing-masing hingga pukul 22.00 barulah para santri diperbolehkan memasuki asrama untuk tidur malam, namun sebelum kembali ke asrama biasanya aku dan kedua sahabat dekatku di Pondok yang bernama Khalisah dan Zakiyyah selalu menyempatkan diri mengunjungi koperasi sekolah sekedar membeli snack atau cemilan juga keperluan lainnya.

Selain itu juga ada program menghafal dan mempraktekkan tahlilan dan doa-doa dengan cara bergantian untuk memimpin doa setelah sholat wajib berjamaah dan ketika ada program tahlilan bersama, dan yang tak kalah pentingnya ada juga program maulidan rutin dilaksanakan pada malam jum’at oleh seluruh santri yang bertempat di aula pondok. Hal tersebut didasari atas pesan dari bapak kyai yaitu pendidiri Pondok Pesantren Attaqwa yang tidak boleh untuk meninggalkan acara maulidan karena dengan harapan untuk mendapatkan keberkahan. Kegiatan maulidan adalah aktivitas yang sudah “ mendarah daging “ di Pondok Pesantren Attaqwa. Jika kelak para alumni pondok terjun di masyarakat luas akan selalu siap ketika dihadapkan pada persoalan tersebut. Seperti yang pernah diungkapkan oleh Ustadzah Ulfah:

Seperti itulah gambaran kegiatan sehari-hari di Pondok Pesantren Attaqwa Putri. Tak ada waktu yang terbuang percuma semua penuh dengan kegiatan positif bekal untuk masa depan, dalam seminggu ada juga kegiatan Muhadhoroh pelatihan publik speaking dimana santri digembleng untuk pandai berpidato. Ada yang isi pidatonya mudah dimengerti ada juga yang isi ceramahnya ngawur tak beraturan, tapi tak mengapa semua dalam proses belajar bagaimana agar dapat berani berbicara di depan khalayak banyak tanpa memerlukan teks.

Selain ilmu pengetahuan yang ditanamkan secara mendalam juga nilai-nilai adab yang harus sejajar dengan tingginya ilmu pengetahuan ikut ditanamkan. Karena jika ilmu tanpa adab ataupun sebaliknya bisa berbahaya. Berapa banyak kasus guru dicelakai oleh muridnya? Berapa banyak orang tua yang sudah renta dipenjarakan oleh anak kandungnya sendiri? Ya adab atau tata karma. Sangat sedikit teori kasar yang bisa ditemukan di kurikulum karena adab adalah praktek perilaku jadi perlu dicontohkan secara langsung dengan perilaku, suri tauladan. Bagaimana cara menghormati yang lebih tua, tutur kata, bahasa tubuh, dan juga bagaimana kita memperlakukan orang yang lebih muda dari kita, mengayomi atau memberi contoh yang baik.

Kini kampung Ujung Malang tempatku pernah menggapai cita-cita dahulu sudah berubah menjadi Kampung Ujung Harapan.

#Gak mondok, ga keren!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post