Dian Martiani

Dian Martiani...perempuan berdarah Sunda, putri dari Bp M.Ilyas dan Ibu Bai Rustiati yang keduanya berprofesi sebagai Guru. Meski Lulusan IPB, Jurusan Gizi Masy...

Selengkapnya
Navigasi Web

Selamat Tinggal Era Headstart.. Selamat Datang Era Heartstart

Sebuah stasiun radio nasional sedang menggelar dialog interaktif di suatu malam dengan narasumber seorang seniman, Remy Silado. Mereka memperbincangkan karya terbaru Remy yaitu sebuah novel tentang Perjalanan Sejarah Tuanku Imam Bonjol. Hasilnya? Animo masyarakat cukup bagus dalam mengapresiasi novel tersebut. Coba Anda bandingkan dengan minat anak di sekolah dalam mempelajari sejarah, katakan dengan topik yang sama yaitu Perjalanan Sejarah Tuanku Imam Bonjol. Secara umum hasilnya dapat diketahui bahwa pelajaran sejarah kurang diminati anak didik. Mau tahu faktornya? Di antarnya adalah kebanyakan guru menyampaikannya secara monoton tanpa variasi, hanya mencatat di papan tulis sehingga kesannya guru hanya sebagai “pengabar buku pelajaran saja, tanpa dibarengi interaksi yang menarik dengan anak didik. Lalu mengapa kemudian Novel yang bertema sama dapat lebih diminati? Tentu saja karena penyampaiannya yang menarik dan bercita rasa seni yang tinggi.

Jadi sebenarnya penyebab anak tidak cinta bebajar adalah sistem yang membosankan.

Peter Kline, seorang pakar Pendidikan Amerika, mengatakan sebenarnya sejak lahir setiap manusia dianugerahi dua insting (kecenderungan alami) yaitu sucking (menyedot air susu), dan insting belajar. Lalu kenapa kemudian insting belajar itu bisa berkurang bahkan mati justru setelah manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan? Sabah satu penyebab utamanya adalah sikap orang tua dan guru yang salah dabam mendidik dan memperlakukan anak serta sistem pembelajaran yang tidak menarik minat anak (Megawangi, 2004). Hal ini disebabkan banyaknya orang tua dan guru yang tidak menyadari dan mengetahui cara-cara mendidik anak yang patut.

Menurut Kak Seto dalam buku Anakku Penyejuk Hatiku (Prayitno, 2004), pemberian pembelajaran yang tidak benar dan tidak mengakomodasi perkembangan potensi anak adalah sebuah pelanggaran HAM, dalam hal ini hak asasi anak. Beliau mengatakan, bahwa dalam Konvensi PBB tentang hak anak (diratifikasi dalam UU No 23. Th 2002 tentang Perlindungan Anak) terdapat pernyataan bahwa anak memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang serta berpartisipasi secara wajar sesuai harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, termasuk memperoleh bimbingan dan pendidikan dengan cara yang benar sehingga seluruh potensi yang dimiliki anak dapat berkembang secara optimal.

Tentu Anda tidak mau menjadi pelanggar hak anak, bukan? Maka, para orang tua dan guru berkewajiban untuk mencari model pendidikan seperti apa yang bisa mengakomodasi pengembangan potensi anak secara optimal. Untuk menjawab pertanyaan itu, modal dasar orang tua dan guru adalah memahami psikologi perkembangan, khususnya psikologi perkembangan anak. Dengan memahami psikologi perkembangan anak, guru dan orang tua akan dapat melihat bahwa pertumbuhan psikologilah yang akan membawa anak ke arah yang lebih dewasa (matang).

Kesalahpahaman antara orang tua/guru dengan anak akan terjadi apabila tahap dan tugas perkembangan anak tidak dipahami secara benar. Hal ini banyak terjadi dalam berbagai kasus.

Orang tua dan guru harus memahami bahwa faktor genetika dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologi anak. Faktor genetika mungkin tidak banyak bisa kita rekayasa maka faktor lingkunganlah yang bisa kita kondusifkan untuk dapat membantu proses perkembangan anak. Lingkungan yang dimaksud tentu saja lingkungan keluarga sebagai yang utama dan lingkungan sekolah sebagai penunjang. Sebab, masa anak merupakan periode yang cepat dan terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan (Yusuf, 2006).

Sekarang pertanyaannya adalah pendidikan anak (terutama prasekolah) itu tanggung jawab siapa? Tentu saja semua sepakat bahwa itu adalah tanggung jawab mutlak para orang tua. Namun faktanya, saat ini banyak orang tua yang karena harus bekerja di luar rumah, mereka punya keterbatasan waktu dalam melakukan proses pendidikan anak secara utuh. Solusinya sederhana saja, para orang tua dapat bekerja sama dengan lembaga pendidikan prasekolah, dan usahakan lembaga tersebut yang memperhatikan secara serius penyelenggaraan pendidikan anak yang patut dan menyenangkan.

Dalam teori DAP (Developmentally Appropriate Practice) dijelaskan bahwa yang dikatakan patut adalah patut menurut umur,patut menurut lingkungan sosial dan budaya, dan patut menurut anak sebagai individu yang unik, dimana setiap anak mempunyai minat, bakat, kelebihan, kekurangan, serta pengalaman yang berbeda sehingga perlu pendekatan yang berbeda-beda pula (Megawangi, 2004).

Hilangkan paradigma yang keliru bahwa anak adalah subordinator dari orang tua atau guru, karenanya mereka harus tunduk dan selalu patuh, jika tidak maka pantas mendapatkan hukuman. Penerapan seperti ini, menurut Kak Seto, dapat menjadikan anak kurang PD, tidak kreatif, mudah emosi, bahkan dapat mengimitasi tindakan kekerasan yang mereka terima. Penghilangan paradigma seperti ini harus dimulai dalam pendidikan Pra Sekolah. Seyogyanya pendidikan (terutama akhlaq) yang baik dimulai dari TK. Penelitian yang dikutip dalam buku Pendidikan Karakter menunjukkan bahwa pengalaman anak-anak di masa TK (3-6 th) dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan anak di masa selanjutnya.

Saat ini, ada sebuah sistem pembelajaran prasekolah yang memungkinkan para pendidik untuk memperlakukan anak sebagai individu yang utuh (the whole child) yaitu sistem sentra. Sistem Sentra adalah sistem pembelajaran yang alamiah, yang memungkinkan anak belajar Secara aktif, sehingga tercapai pelibatan 4 komponen dasar sekaligus yaitu knowledge (pengetahuan), skill (keterampilan), disposition (sifat alamiah) dan feelings (perasan). Pengembangan ini dapat diakomodir dengan menyiapkan beberapa sentra yang memungkinkan anak berkembang secara optimal.

Dalam teori Psikologi Perkembangan, anak mempunyai beberapa tugas perkembangan antara lain kognitif, bahasa, motorik, sosial dan emosi, serta moral dan agama. Sentra dapat menyediakan tempat anak untuk berkembang secara alamiah. Beberapa jenis sentra di antaranya Sentra Eksplorasi (pengembangan motorik, kognitif, dan percobaan sederhana), Sentra Seni Kreasi (pengembangan motorik halus, seni, kratifitas, dan minat anak), Sentra Imajinasi (pengembangan bahasa dan sosial emosi), Rancang Bangun (Matematika, Science, dan kerjasama), serta Sentra Persiapan (Persiapan ke SD, menulis, membaca, dan berhitung). Lembaga pendidikan akan lebih sempurna lagi jika terdapat penambahan muatan materi keagamaan dan akhlaqul karimah karena akan memenuhi hak perkembangan anak dalam bidang moral dan agama.

Dari pembahasan pola pendidikan dengan sistem sentra, dapat dikatakan sistem ini sudah mengalami perubahan paradigma pendidikan dari Headstart (pengembangan otak kiri semata) menuju Heartstart (pengembangan otak kanan dan emosi). Pola Headstart cenderung memaksa anak “harus bisa” sedangkan Heartstart mendorong anak “harus cinta” dengan proses belajar.

Anda , para orang tua dan guru, harus menyadari bahwa sesungguhnya semua anak Jenius (Ken Adams,2006) dan Andalah aktor utama yang dapat melejitkan kejeniusan mereka karena Andalah yang paling mengenal mereka. Sebagai orang tua dan guru, Anda harus mampu menggunakan teknik yang unik, yang bisa membantu mengoptimalkan perkembangan potensi mereka. Bila Anda sudah memenuhi kebutuhan mereka terhadap ketersediaan suasana belajar yang kondusif, berarti Anda sudah memberikannya bekal kehidupan terhadap anak Anda. Mudah-mudahan mereka dapat berkembang secara optimal sehingga ada atau tidak ada Anda mereka tetap mandiri dan merupakan pembelajar sejati (Lifelong learner). Anda harus sadar bahwa tidaklah mungkin Anda senantiasa bersama anak Anda sepanjang masa, maka mempersiapkan bekal adalah suatu kebutuhan. Perhatikankah sebuah ayat Al Quran yang mengingatkan kita: “Hai manusia, bertaqwalah kepada Tuhan mu dan takutilah suatu hari yang pada hari itu seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat pula menolong bapaknya sedikit pun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar,” (Q.S. Luqman: 38).

Sekarang sudah siapkah Anda membekali anak Anda dengan cara memilihkan untuknya model pendidikan yang mempunyai paradigma maju?

Wallah u a’lam bishawab.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post