Dian Pertiwi

Yang sederhana itu hati Tak perlu direka karena telah tertata Yang sederhana itu hati Tak dapat dipaksa karena ia bisa memilih Yang sederhana itu hati Tak mung...

Selengkapnya
Navigasi Web

Secret Admirer

#TG H27

Secret Admirer 3

Satu persatu grup WA alumni itu kubuka, kutelusuri nama-nama anggotanya. Mungkin ada diantara mereka yang dulu juga mengenalnya, tapi bagaimana aku memastikannya? Sementara jejak obrolan di WA grup itu jarang aku baca, malah lebih sering langsung kuhapus.

Setelah tiga grup kubuka, akhirnya kuputuskan untuk istirahat, tidur. Biarlah, sepertinya tak mungkin kutemukan kabarnya disana. Rasa penasaran kukubur dalam-dalam.

Begitu membuka mata di esok paginya, nama itu kembali melintas di pikiranku. Bagaimana aku dapat fokus kerja kalau begitu. Seketika, dengan posisi duduk bersila, kuhela napas dari hidung, lalu kuembus dari mulut, layaknya sedang melakukan gerakan ocean breath. Kuulangi beberapa kali. Syukurlah, setelah itu aku merasa lebih tenang.

Sepanjang hari itu, di kampus tempatku bekerja, beberapa kali namanya melintas di ingatanku. Tapi karena jadwal mengajarku penuh dan ada beberapa hal yang harus kukerjakan di kampus, itu bisa kuabaikan. Malamnya aku tak sempat membuka blog, karena keletihan beraktivitas di kampus.

Seminggu setelah itu, saat sedang berada di perpustakaan kampus, nada getar dan notifikasi di gawaiku menunjukkan ada panggilan dari nomor yang tak kukenal. Ragu kujawab panggilan itu.

"Hallo, Na, ini Ayu,"ujar suara itu. Aku belum sempat mengenali suaranya, tapi ia sudah melanjutkan bicaranya. "Na, aku dapat nomormu dari abangku yang mengajar di fakultas yang sama denganmu,"jelasnya. "Oh..."responku, sembari menelaah ucapannya.

"Na, sudah dapat kabar belum tentang Wira?"tanyanya, membuatku terperanjat. "Wira?!"ujarku spontan, tak dapat menutupi kekagetanku. "Iya, Na. Wira teman satu kelompok kita dulu!"jelasnya. "Oh.."lagi-lagi ucapannya membuatku tercengang.

Ternyata itu suara Ayu, teman satu kelompok saat KKN dulu. "Lalu mengapa Ayu tiba-tiba menyebut nama Wira?"tanyaku dalam hati.

"Na, tadi aku dapat pesan WA dari Dani yang dulu seangkatan dengan Wira di teknik kimia juga,"kata Ayu, dengan suara tertahan. Aku diam mendengarkan. Aku tak tahu bagaimana meresponnya, aku belum mengerti arah pembicaraannya.

"Na, semalam Wira dibawa ke rumah sakit, pagi tadi kondisinya kritis, dan tadi jam 11, ia ..." Suara ayu terbata, ia terdengar menangis. Aku bingung mendengarnya, kusentuh dada dengan telapak tangan, untuk menenangkan jantungku yang berdetak cepat. "Wira meninggal karena gagal jantung, Na..."katanya, sembari terisak. Aku terkesiap. Jantungku terasa melemah, air mataku berurai tak tertahan.

D_090322

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

09 Mar
Balas

Salam literasi, Pak Dede.

09 Mar

Keren pisan kisahnya... Mengaduk2 emosi pembaca.. Pokok na mah mantap...

10 Mar
Balas

Mohon izin nambah satu penggemar ;)

10 Mar

Waduh...ada apa dg Wira? Lanjuuutt bund

11 Mar
Balas

Mantap! Salam

09 Mar
Balas



search

New Post