Dian Pertiwi

Yang sederhana itu hati Tak perlu direka karena telah tertata Yang sederhana itu hati Tak dapat dipaksa karena ia bisa memilih Yang sederhana itu hati Tak mung...

Selengkapnya
Navigasi Web

Secret Admirer

#TG H25

Secret Admirer 1

Malam hari menjelang tidur, adalah waktu yang biasa aku sisihkan untuk membuka blog. Menuliskan kisah-kisah perjalananku ke berbagai tempat yang aku singgahi merupakan preferensiku. Tulisanku itu biasanya lebih berupa tips, sharing, review atau cerita tentang pengalaman. Meski tak rutin, namun dalam seminggu aku sempatkan untuk posting minimal satu artikel.

Aku bersyukur, setiap tulisanku ada cukup banyak pengunjungnya. Aku selalu memilih judul yang singkat dan jelas, dengan ulasan sederhana, aku ingin pembaca mudah memahami tips atau sharing yang kutuliskan.

Malam itu, seperti biasa aku kembali membuka blog-ku. Tulisan terkini ku-posting beberapa hari sebelumnya. Tulisan itu berupa tips melakukan perjalanan sebagai back-packer ke sebuah air terjun yang cukup terkenal di tanah air.

Kubaca beberapa komen yang ditinggalkan pembaca di halaman itu. Ada satu komen yang entah mengapa membuatku berulang membacanya. "No words can fully describe all my feelings to you." Kuperhatikan nama akun penulisnya. Foto profil dan namanya sama, hanya inisial "WW"

Iseng, kubuka kembali artikel yang kutulis sebelum itu. Buru-buru ku-scroll komen yang ada disana. Ah, ada lagi komen dari akun yang sama. "You may and never will know it. But any where, I always look for you first." "Siapa sih pemilik akun ini?"gumamku.

Aku memang tak selalu membaca, apalagi membalas komen pengunjung blog-ku. Paling hanya satu-dua komen yang kubaca dan kubalas di setiap artikelnya. Selain kesempatan yang kurang, seingatku komen yang diberikan biasanya hampir serupa, ucapan terima kasih dan apresiasi.

Aku mulai penasaran, kutelusuri artikel-artikel yang ku-posting sebelumnya. Ternyata, hampir di semua artikel yang kubuka itu ada komen darinya. Semuanya berbahasa Inggris. Hampir semua berisi ungkapan perasaan, yang tidak ada kaitannya dengan tulisanku!

Aku mulai bertanya-tanya, mungkinkah aku mengenalnya, dan ia tak sekedar iseng menuliskan semua itu. Kutatap langit-langit kamar, mencoba mengingat apakah ada seseorang di sekitarku yang berinisial WW. Tak satu pun terlintas di pikiranku. Kutenangkan hati dengan menganggap itu sekedar komen biasa. Tapi rasa penasaran semakin menggangguku.

Kembali kubuka artikel yang sebelumnya kubagikan, secara runtut. Benar saja, ia memang tak sekedar iseng. Aku terhenti di komennya di artikel yang pernah kutulis setahun yang lalu. "When you can not see me, I choose to love you in silence, R!"

Hanya ada satu orang yang pernah memanggilku R.

Ia dulu satu kampus denganku. Kami bertemu untuk pertama kalinya di kegiatan pengabdian masyarakat beberapa tahun yang lalu. Ia dari fakultas teknik, aku dari fakultas keguruan.

Selama dua bulan kami bersama- sama mengikuti kegiatan itu. Pada saat itu, kami berada dalam satu kelompok. Kebersamaan dalam menjalani kegiatan itu, cukup membuat akrab sesama anggota kelompok. Dari sepuluh anggota kelompok kami saat itu, hanya ia yang tidak akrab denganku. Ia jarang bicara dan selalu terlihat menyendiri.

Ada satu kesempatan dimana aku harus melakukan survei ke satu sekolah yang ada di ujung desa, yang cukup jauh dari posko kami. Saat itu teman-teman lainnya sedang melakukan berbagai kegiatan masing-masing. Hanya ia yang ada posko. Ketika aku pamit lalu berjalan kaki, ia bergegas mengejarku. Rupanya ia memutuskan menemaniku.

Awalnya kami hanya berjalan berdampingan tanpa bicara. Tapi ketika akan pulang, hujan deras menahan perjalanan kami. Karena sudah sore, penerangan jalan sangat minim, aku memutuskan untuk menembus hujan.

"Hujannya deras, bahaya!"tolaknya. "Kamu ngga takut?"tanyanya. Aku menggeleng cepat. "I love rain,"jawabku seraya mulai berlari di bawah guyuran hujan. Ia keberatan, tapi kemudian mengikuti ideku.

Sepanjang perjalanan aku banyak berlari, karena tak ingin lama di perjalanan. Ia mengikutiku, sambil sesekali tersenyum dan tertawa lepas ketika beberapa kali kuajak ia berlomba lari di derasnya hujan sore itu.

Beberapa kali, ia berteriak mengingatkanku untuk berhati-hati saat hampir jatuh karena jalan yang licin.

"Karena kamu suka hujan, aku akan memanggilmu R,"teriaknya sambil mengejarku. Tiba-tiba ucapannya terngiang di telingaku.

Bersambung.

D_070322

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post