Dikampus ini amir memasuki dimensi baru dalam hidupnya, kampus yang dulunya tidak pernah ia bayangkan dalam mimpi sekalipun, namun ia harus masuk ke kampus ini demi menyenangkan orang tuanya. Dengan berat hati amir berangkat kekampus yang ia sendiri tidak tau dimana kampus itu berada, namun ia harus berangkat.

Bus cendana yang waktu itu masih baru, jadi teman yang menemani perjalan amir ke kampus atas awan. Amir bingung di dalam bus, nanti turun dimana? Waktu bayar karcis , ditanya kondektur turun mana mas ? kampus atas awan pak. Setelah ia bayar bayar tiket ia sibuk dengan dengan pikirannya sendiri, amir melihat kesekelilingnya kok rasanya g ada yang mau ke kampus atas awan.

Sampai akhirnya naiklah dua perempuan yang cantik kedalam bus, amir memperhatikan dengan seksama, ditebaknya dalam hati pasti dua perempuan ini mau kuliah. Amir memberanikan diri untuk berkenalan dengan perempuan tersebut, yupp... yang satu teman masa SMA ternyata.....wah maulunya sambil menutup mukanya sendiri. Setelah berbasabasi ternyata dua perempuan tersebut tidak mau kuliah katanya, ‘’waduh salah batin amir.”

Setelah tiga semester amir baru menikmati kuliah dikampus ini. Bukan karena nilainya yang bagus, tapi karena amir menjadi ketua di salah satu organisasi kampus. Saat jadi ketua inilah amir dikelilingi perempuan cantik, yang membuat dirinya semangat ke kampus, saat jadi ketua inilah amir berkembang secara akademis dan kepribadian.