Menjadi guru merupakan tugas yang mulia. Melatih saya menjadi pribadi yang bisa melihat sisi lain dari murid-murid saya. Dari yang mempunyai pengetahuan, keterampilan emosional, sosial dan juga mereka yang perlu bimbingan khusus dalam proses belajar mengajar.

Program Guru Penggerak merupakan suatu terobosan baru yang dimotori oleh Bapak Nadiem Makarim selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Melalui pandangan Ki Hajar Dewantara tentang filosofi pendidikan yang berhamba pada murid dan selalu menyesuaikan pembelajaran sesuai dengan perkembangan kodrat alam dan zaman, maka program guru penggerak ini menjadi salah satu program yang sangat bagus untuk memupuk guru-guru di Indonesia agar terbuka paradigmanya dalam melakukan proses pembelajaran kepada murid sesuai dengan pandangan Ki Hajar Dewantara.

Selama mengikuti program pendidikan guru penggerak, saya belajar tentang bagaimana mewudkan profil pelajar Pancasila, belajar menjadi guru yang bisa melihat sisi minat belajar murid, dan juga menjadi coach untuk mewujudkan visi dan misi sekolah yang berpihak pada murid. Hal ini tentu melatih saya untuk bisa mengambil keputusan dengan baik antara kegiatan pembelajaran, program sekolah, dan juga berbagi pengalaman dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

Seperti halnya dalam proses coaching dengan teman sejawat. Saya bersama Pak Rohmat melakukan coaching dari masalah yang beliau hadapi dan berdiskusi serta bercerita untuk menemukan solusi dari permasalahan tersebut. Dari hasil coaching, beliau bisa mengambil solusi dan keputusan dari masalah yang dihadapi.

Sama juga seperti saya yang dihadapkan dengan permasalahan antara proses belajar mengajar yang masih dilakukan secara daring dengan tuntutan orang tua yang menginginkan pembelajaran tatap muka. Hal ini tentunya menjadi suatu permasalahan yang harus didiskusikan bersama pihak sekolah, komite dan juga wali murid. Dari hasil diskusi, pihak sekolah mengadakan proses pembelajaran blended learning yang mengkombinasikan antara pembelajaran daring (dalam jaringan) dan luring (luar jaringan) dengan membentuk kelompok-kelompok kecil dan bimbingan dari guru secara bergiliran. Hal ini tentunya bisa membuat semua pihak menjadi sadar akan pentingnya pembelajaran di era pandemi dengan tetap mempertahakan protokol kesehatan.

Dalam proses pengambilan keputusan, seorang guru harus bisa mempertimbangkan masalah yang dihadapi antara dilema etika atau bujukan moral. Prinsip yang dilakukan yaitu dengan berpedoman dalam 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu berdasarkan hasil akhir, peraturan atau rasa peduli.

Selain itu, juga harus melalui 9 langkah pengambilan keputusan yang bertanggungjawab yaitu : a) Mengenali bahwa ada nilai-nilai yang saling bertentangan dalam situasi ini; b) Menentukan siapa yang terlibat dalam situasi ini; c) Kumpulkan fakta-fakta yang relevan dengan situasi ini; d) Pengujian benar atau salah; e) Pengujian paradigma benar lawan benar; f) Melakukan prinsip resolusi; g) Investigasi opsi trilema; h) Buat keputusan; i) Lihat lagi keputusan dan refleksikan. Hal ini bisa membantu dalam proses pengambilan keputusan, sehingga meminimalisir resiko dari pengambilan keputusan yang merugikan orang lain.

Dari materi guru penggerak ini, saya belajar tentang pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dalam proses belajar mengajar yang berpihak pada murid berdasarkan kodrat alam dan kodrat zaman serta melihat potensi dan minat murid dalam pembelajaran dengan melakukan coaching sehingga semua murid bisa mendapatkan haknya dalam belajar.

Didi Hari Purwantoro, S.Pd (19-D1)

CGP Kabupaten Cilacap