Didik Hermanto

Guru SDIT Daarul Fikri Cikarang-Bekasi...

Selengkapnya
Navigasi Web
MASJID TAMAN BERMAIN ANAK

MASJID TAMAN BERMAIN ANAK

Masjid sebagaimana kita tahu merupakan tempat yang seharusnya kondusif dan tenang untuk melaksanakan ibadah secara khusu’ dan khidmah, terlebih pada saat pelaksanaan sholat-sholat berjama’ah. Hal ini tentu saja sangat penting mengingat kekhusu’an beribadah akan menentukan kualitas ibadah itu sendiri.

Namun demikian, fenomena yang terjadi saat ini sedikit berbeda dengan apa yang diharapkan di atas. dimana beberapa masjid khususnya di komplek perumahan masih terlihat kurang kondusif (jika tidak bisa dikatakan ramai). Dalam hal ini ternyata anak-anaklah yang “tertuduh” atas permasalahan ini. Keberadaan anak-anak dinilai menggangu ketenangan dan ketertiban masjid atau musholla.

Berbagai cara dilakukan pengurus masjid untuk mencegah keributan tersebut. Termasuk peraturan yang cukup “unik” yaitu anak-anak tidak boleh sholat di dalam masjid, dan bahkan yang lebih esktrim lagi yaitu adanya larangan datang ke masjid bagi anak-anak. Hal ini tentunya membuat kita prihatin mengingat sholat berjama’ah di masjid adalah salah satu sunnah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah.

Melaksakan sunnah-sunnah Rasulullah rumlahnya tentu saja mengajarkan sejak dini kepada anak-anak kita. Rasulullah sendiri telah mencontohkan beberapa hal tentang bagaimana berinteraksi dengan anak-anak di masjid. Salah satunya saat beliau membawa salah satu cucunya (Hasan atau Husein) ke masjid untuk melaksanakan sholat.

Pada saat sujud beliau melakukannya sangat lama tidak seperti biasanya, maka ketika selesai shalat, para sahabat langsung bertanya, “wahai Rasulullah, baginda sujud sangat lama sekali tadi, sehingga kami sempat mengira telah terjadi apa-apa atau baginda sedang menerima wahyu”. Rasulullah menjawab, “tidak, tidak, tidak terjadi apa-apa, cuma tadi cucuku mengendaraiku, dan saya tidak mau memburu-burunya sampai dia menyelesaikan mainnya dengan sendirinya”.

Kisah di atas mengajarkan kita bahwa mengajarkan anak-anak cinta sholat berjama’ah harus dilakukan sejak dini. Janganlah sekali-kali khawatir akan terganggu dengan kehadiran anak-anak tersebut. Kalaupun ternyata realita yang terjadi bahwa keberadaan anak-anak di masjid sering membuat keributan, baik saling berkejaran, teriak-teriak, dan bahkan bertengkar satu sama lain. sebaiknya carilah solusi agar masjid tetap kondusif dan tenang. Bukan serta-merta malah mengusir anak-anak dan melarang anak ke masjid.

Peran Orang Tua

Dalam membantu mengkondisikan masjid atau musholla, peran orang tua terutama ayah terhadap anak-anaknya sangat dibutuhkan. Keributan yang terjadi di masjid atau musholla sangat mungkin diakibatkan oleh menghilangnya peran ayah itu sendiri. Terkadang kita lupa bahwa anak-anak pergi ke masjid tidak ditemani oleh ayahnya. kita seringkali membiarkan anak berangkat hanya bersama teman-temannya, sementara kita hanya menyusul di belakang atau bahkan tidak pergi sama sekali.

Pendampingan ayah inilah yang diperlukan untuk membantu pengurus mengkondisikan ketertiban masjid. Untuk itu dalam mendidik anak tertib di masjid tentu saja dimulai dari pendampingan ayah. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa tahap.

Tahap pertama adalah selalu berangkat ke masjid bersama anak dan memastikan anak sholat berdampingan dengan kita. Hal ini bermaksud untuk mendidik anak bahwa tujuan datang ke masjid untuk fokus beribadah. Dalam tahap ini kasarnya jika kita tidak bisa ke masjid jangan sekali-kali membiarkan anak berangkat bersama teman-tamannya. Pastikan pada tahap ini anak sudah kuat secara mental sehingga meski diajak oleh temannya untuk sholat terpisah dengan kita, dia bisa menolaknya. Tahapan ini biasanya dilakukan untuk anak berusia 3 s.d 7 tahun.

Tahap kedua (untuk anak berusia 7 s.d 10 tahun), mulai membolehkan sekali-kali anak kita sholat bersama temannya, namun harus tetap dalam pengawasan kita. Jika menemukan kesalahan yang diperbuat oleh anak kita, segera setelah sholat atau di rumah memberikan pengertian secara lembut agar anak memahami kesalahannya. Tetapi jika kita tidak bisa melihat langsung dikarenakan tempat sholat yang berjauhan, mintalah kepada anak kita menceritakan perihal sholatnya tadi. Mulailah dengan pertanyaan-pertanyaan ringan, misal “gimana sholatnya tadi? pintar kan?”, “gerakannya sudah benar apa tidak?” “temanmu sholatnya juga pintar atau tidak?”. Kemudian berilah pemaham tentang kesalahan yang ditemukan sesuai dengan yang diceritakan. Jika kita merasa anak kita sudah bisa melalui tahapan ini maka silahkan lakukan tahapan selanjutnya.

Tahap ketiga adalah memberikan keluasaan kepada anak kita untuk memilih apakah berangkat bersama teman-temannya atau bersama kita. Dalam tahap ini biasanya dilakukan untuk anak-anak yang sudah masuk usia remaja (10 – 15 tahun) sehingga cenderung mampu mengendalikan diri, tentu saja dengan syarat kedua tahapan sebelumnya sudah teruji.

Kesimpulan

Masjid sebagai “taman bermain” anak bisa mengandung konotasi negatif jika anak-anak kita masih memahami bahwa tujuan mereka pergi ke masjid hanya untuk sholat “sambil” bercanda ataupun sebaliknya. Apalagi anak-anak kita merasa bebas tanpa adanya kontrol dan pengawasan kita sebagai orang tua. Meski demikian hal ini haruslah dipandang lebih positif daripada mereka lebih menyukai tempat yang kurang bermanfaat seperti warnet, playstation dll. Jangan sampai kita sebagai orang dewasa bahkan memberikan “ancaman” semisal larangan dan lain sebagainya sehingga anak-anak tidak lagi senang pergi ke masjid.

Fitrah anak yang cenderung ingin bermain haruslah selalu kita perhatkan. Agar konotasi “taman bermain” menjadi lebih positif yaitu sebagai media menanamkan kecintaan anak terhadap masjid sejak dini sehingga diharapkan nantinya mereka menjadi pemuda-pemuda penggerak masjid yang hatinya selalu terpaut dengannya “rajulun qalbuhu mu’aallqun fil masajid” yang dengan “meramaikan” masjid dijamin oleh Allah akan kemajuan umat islam di dunia dan perlindungan dari Allah saat akhirat kelak, aamien yaa rabbal ‘alamien, wallahu a’lamu bis showab.

Penulis adalah peserta sagu sabu cikarang.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Praktik dan teladan langsung . Ok Pak !

12 Nov
Balas

benar pak, sabar dan pelan

12 Nov

Masjid hrs diperkenalkan pd anak usia dini, seperti di Masjid Nabawi. Hanta hrs punya trik bagaimana anak tdk mengganggu di kala shalat. Itu tugas kita semua. Sukses selalu dan barakallah

12 Nov
Balas

bukan tugas mudah, tapi harus berusaha dijalani.

12 Nov

Tawa anak..didengar sama malaikat..jadi mushola tak akan sunyi..barakallah..salam literasi pak..

12 Nov
Balas



search

New Post