DIMAS WIHANDOKO

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
CHALLENGE…”GURU MENULIS BUKU”..SIAPA TAKUT ?

CHALLENGE…”GURU MENULIS BUKU”..SIAPA TAKUT ?

CHALLENGE…”GURU MENULIS BUKU”..SIAPA TAKUT ?

“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”

― Pramoedya Ananta Toer.

Kutipan diatas terkesan sederhana namun memiliki makna yang mendalam, kutipan dari seorang novelis dan esais ternama yang pernah dimiliki bangsa Indonesia dalam sejarah, dan waktu telah mencatat nama besar beliau karena karyanya. Quotes yang disampaikan oleh beliau mengenai menulis tentu menjadi tantangan tersendiri bagi seorang guru, dimana guru juga merupakan salah satu bagian sumber belajar bagi peserta didik, ketrampilan menulis merupakan potensi dasar yang merupakan bagian integral dan tidak dapat dipisahkan dari seorang guru, pada prinsipnya menulis merupakan kontemplasi yang artinya adalah memandang jauh ke depan demi mendapatkan arah, bisa juga merupakan suatu tindakan untuk memahami penuh suatu hal. Target pencapaian terbesar dalam pembiasaan guru menulis adalah, bagaimana menjadikan menulis sebagai suatu kebutuhan bagi guru, memahamkan kepada guru bahwa dengan menulis, guru mampu merangsang, memacu, dan menuangkan pemikiran dalam bentuk tulisan, Sebagai guru biasanya menyampaikan informasi atau pengetahuan dengan lisan, kekekalannya dalam pemahaman peserta didik mungkin hanya berlangsung hingga pertemuan di kelas selesai. Namun jika guru menuliskannya, dengan gaya bahasa yang lugas dan menarik maka tulisan tersebut bisa dibaca siswa kapan dan di mana saja. Tiada alasan bagi guru yang telah bersertifikat pendidik untuk meluangkan waktunya untuk menulis, terlebih saat ini hasil tulisan diperhitungkan dalam Penilaian Angka Kredit (PAK), dan merupakan salah satu dari jenis kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang menjadi dasar kenaikan pangkat dan golongan bagi guru PNS. ada banyak jalan belajar memulainya, mengikuti workshop pelatihan penulisan salah satunya, tunjangan profesi yang sedemikian besar tentunya lebih dari cukup bila hanya untuk membiayai mengikuti workshop penulisan.

Tataran lebih lanjut setelah guru memiliki ketrampilan menulis adalah guru membuat sebuah buku, banyak penulis sukses dari kalangan guru mungkin dapat menginspirasi guru lain untuk bersama – sama menuangkan gagasan dan idenya dalam sebuah buku antologi, yang dapat difasilitasi dan diwadahi dalam kegiatan kolektif guru (KKG). Setelah terkumpul barulah dalam tahapan berikutnya memilih penerbit indie yang senantiasa setia menanti karya kita, pemilihan penerbit indie bukanlah tanpa alasan, alasan utama adalah tidak mudah bagi penulis pemula untuk menembus penerbit major atau penerbit besar, kemudian alasan lain, kita sebagai penulis pemula dapat secara langsung mendapatkan legalitas atas karya kita dalam bentuk ISBN dari perpustakaan nasional, cukup dimudahkan bagi guru yang ingin mengabadikan karya nya tulisan dalam bentuk buku, menjawab tantangan dan sekaligus sebagai investasi jangka panjang dalam bentuk ilmu pengetahuan, walau telah diketahui bersama bahwa pastilah penerbit indie seperti ini adalah berbayar, dalam artian kita harus merogoh uang pribadi sebagai investasi awal kita menerbitkan sebuah buku, “ jer basuki mawa bea “. Mungkin saat ini kita harus berkorban untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar, karena banyak keuntungan dari guru menulis buku, yang utama adalah sebagai interpetasi ilmu yang bermanfaat, sebagai jejak atas diri kita dikemudian hari, melalui menulis sebuah buku kita mampu menuangkan gagasan ilmu pengetahuan atau metode pembelajaran untuk peserta didik sesuai dengan kondisi dan kebutuhan sekolah, yang kedua teman sejawat atau bahkan orang tua peserta didik akan lebih mengenal kita karena karya yang kita hasilkan, yang ketiga membuat buku juga dapat sebagai bekal untuk menambah nilai angka kredit dalam tujuan kenaikan pangkat. Karena memiliki poin atau angka kredit cukup tinggi, kemudian yang paling akhir disisi lain jika seorang guru telah biasa dan mampu menghasilkan karya berupa buku, terlebih buku tersebut dapat diterima dengan baik dan berkualitas bukan tidak mungkin pundi-pundi rupiah akan menghampiri guru penulis tersebut dengan sendirinya.

Tidak sulit bila mau memulai, guru bisa karena terbiasa, terlebih di era digital saat ini, dengan ujung jari kita tahu isi berbagai penjuru negeri, banyak materi dan pengetahuan yang dapat digunakan sebagai bahan muatan dan isi, kepedulian pemerintah melalui kementrian pendidikan dan kebudayaan pun mengamini misi dan visi ini dalam bentuk gerakan literasi sekolah dan gerakan literasi nasional, para guru penulis pun diwadahi dalam berbagai kegiatan yang diadakan oleh kementrian. Jika dalam waktu belakangan muncul dan viral diberbagai media sosial berbagai jenis dan bentuk challenge, hingga seakan mewabah, maka tantangan yang tepat bagi seorang guru adalah menulis, Menjadi guru plus, guru yang menulis buku, siapa takut ? salam literasi .

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menulis... Siapa takut... Ayukkk

25 Feb
Balas



search

New Post